Maaf banyak update, aku membenarkan chapter 2,13 dan 16 supaya Rai masuk akal.
_______
"Dan ini adalah ?"
Cassius mengirim tatapan tajam terhadap Rai, bagaikan pisau yang diasah. Tanpa terpengaruh olehnya, temanku tetap membiarkan tangannya terkait denganku.
"Orang yang akan menjadi ayahku."
"….."
Tensi diantara kedua mereka menghilang. Tatapan kebingungan muncul di muka Cassius. Seperti menilai umur Rai dibandingkan ke rambut putihnya. Seperti mempertimbangkan mutasi baru ke penampilan umur seorang pria.
"Eliana, aku sudah merencanakan supaya kamu berjalan dengan ayahku."
Semua akan baik - baik saja, jika bukan karena tatapan di matanya. Dalam seketika aku merasa perasaan menjadi anak bandel yang memanfaatkan kebaikan pengurusnya. Tetapi, siapa aku jika membiarkan dirinya dikendalikan oleh orang lain ?
"Maaf Cassius, tetapi lebih baik aku berjalan bersama dengan Rai daripada orang yang tidak kukenal. Setelah bertahun - tahun tinggal bersama dia sudah menjadi seperti ayahku."
Dari ujung mata aku. ekspresi Rai berubah menjadi hijau. Aku tersenyum melihat betapa ia benci dipanggil itu. Salah sendiri dia pernah berkata "kalau keluarga kamu terlalu berat untuk kamu, dan kamu takut sendirian, jangan khawatir, karena aku akan menjadi ayahmu, ibumu, adikmu."
"..."
Rai menggigit bibirnya dengan muka seseorang yang ingin menelan kembali perkataannya. Tetap saja, sudah tetlambat. Untukku, Rai adalah keluarga terdekatku. Bahkan jika dia tidak menyetujui pernikahan ini, ia tidak bisa mengelak dari tugas menemaniku di altar.
Sementara, di depanku , Cassius juga menjadi hijau karena alasan lain. Kewalahan dengan informasi yang baru kukatakan. Atau lebih tepatnya, ketidakmampuannya untuk menerima.
"… ayahmu- Tunggu kalian tinggal bersama ??"
Mendengar seruan Cassius, Rai menyeringai seperti seorang pemenang, wajah menantang tersembunyikan di balik topeng sopan yang ia pakai.
"Kalau kamu tidak menyukai fakta jika aku tinggal bersama seorang laki - laki seumuran dengan ku selama 10 tahun kamu bisa menarik kembali putusanmu."
Aku mencubit tangan Rai begitu kata - kata itu keluar. Dia menahan rasa sakitnya dan melanjutkan laganya sebagai penjahat cinta. Sesuatu hal yang sudah lama ia tidak lakukan selagi menyetujui hubunganku dengan Jason.
'Nah kita mulai lagi.'
Jika aku tidak tau lebih baik, aku akan berpikir Rai sedang menandai teritorinya. Seperti buku yang terkenal tentang manusia serigala. Tetapi, ini adalah kepedulian seorang kakak.
Batasan yang menjaga hubungan kami kekal.
Tidak seperti asmara.
Penasaran dengan reaksi Cassius akan berita tersebut, aku memandanginya. Menarik satu helai rambut yang sengaja tidak terikat ke belakang telingaku.
"Kenapa ? Kamu terganggu dengan fakta itu ?"
Berbalik dari perilaku semua orang yang mengetahui riwayat hidupku dengan Rai, Cassius hanya memisahkan tanganku yang terhubung dengan Rai dan menciumnya.
"Tentu tidak. Kalian mungkin hidup bersama selama 10 tahun, tetapi aku akan memilikimu di sisiku seumur hidup, banyak waktu untuk mengalahkan masa itu."
'Seumur hidup? Akankah ini menjadi kekang atau keselamatan?'
Tanpa menyadari pikiranku, Cassius melanjutkan serangannya ke Rai, selagi bergerak untuk mengusap kelopak mataku, gerakannya perlahan untuk tidak menghapus makeupku tetapi yang dia lakukan membuatku tidak bisa tenang. Sebuah aksi yang memerahkan pipiku- ingatan yang terulang- malam itu.
"Terlebih lagi, dia mempunyai teman yang begitu dekat dengannya, dan tetap memutuskan untuk datang kepadaku. Ku hanya merasa senang. Eliana ternyata kamu mempercayaiku sebesar ini."
"Jangan terlalu memuji diri sendiri!" Aku berkata, hampir menaikkan suaraku dalam upaya untuk menghindari rasa malu, "Kebetulan Rai sedang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak bisa dihubungi. Hanya kamu saja yang mempunyai cukup waktu untuk membantuku."
Setengah kebohongan; setengah kebenaran.
Daripada marah, wajah Cassius hanya bertambah lembut. Kenapa dia temperamennya aneh sekali ? Bukankah seseorang akan marah jika direndahkan begitu ?
"Berarti kamu mengaku, hanya aku yang memperdulikannu ?"
Angin menjilat tubuhku. Suara di latar belakang menghancurkan ketenangan. Tetapi, pengaruh itu semua tidak bisa membandingi kenarsisan Cassius yang membuat kepalaku sakit.
Aku kalah babak ini.
"Tamu - tamu sudah mulai datang, mari Eli."
Cassius memberiku aba - aba untuk bersiap - siap.
Aku menurut dan bermaksud mengikutinya saat kudengar Rai berbisik di telingaku dengan nada serius dan rendah, "El, sesibuk apapun aku, jika kamu menghubungiku , aku akan melepaskan semuanya untuk membantumu. Aku ingin kamu mengerti itu."
'Aku tahu dan itu sebabnya aku tidak bisa mengganggu dan merusak kehidupanmu. '
Rai seperti daun pohon maple yang rela jatuh oleh sentuhanku. Begitu setia terhadap sesuatu yang seharusnya tidak dicintainya. Rapuh. Indah. Aku tidak tega mencabutnya dari dahannya.
_______________
Lagu dari orchestra yang disewa oleh Cassius mulai bermain. Bach Cello Suite no. 1. Keceriaan di dalam music itu menguras negatifitas yang bertunas karena perkataan Rai.
Acara di hari itu berjalan seperti rekaman yang dipercepat. Interaksi antara pendamping pria dan Cassius yang terlihat akrab. Kedatangan Vienna sebagai pengiring pengantin perempuan. Dan kelucuan dua pengiring cilik yang membuat suasana bertambah meriah.
Sebelum, kutahu sudah waktunya untuk Rai dan aku untuk berjalan ke depan. Selagi disana, aku bisa merasakan tatapan semua orang memperhatikanku. Dan aku menyesal mengundang begitu banyak orang. Seolah - olah dunia mencari kesalahanku.
Di saat gugup seperti itu , Rai tetap teguh dan berulang kali menenangkanku . Cengkramanku terhadap tangannya menjadi lebih putus asa. Seperti jika dia tidak di sana aku akan lemas dan terjatuh.
Aku tidak ragu, satu-satunya alasan ku tidak kabur dari pernikahan itu adalah keberadaan Rai.
Orang yang paling menentang ikatan ini.
Dan dalam sekejap kami sudah tiba di altar yang penuh dengan bunga mawar putih yang indah . Kukira aku sudah siap hanya untuk dibuktikan salah oleh cara kakiku membatu. Menyadari itu, Rai mendorongku dengan ringan ke depan.
Sekali lagi secara paradox, berbisik kembali kepadaku, "Jika sesuatu terjadi, kembali kepadaku El."
Melancholia dalam kalimatnya tidak berhasil menyamarkan dirinya dengan nadanya yang mendukung. Untuk seketika aku terlena- apakah ini yang kuinginkan?
Aku tidak punya rencana untuk menjalani pernikahan yang sesungguhnya. Hanya mencari cara untuk membalas dendam kepada Jason, menjauhi Ken dan melindungi Aspen. Komplikasi masalah yang kuhadapi memaksaku menempuh jalan ini.
Kukira pernikahan ini hanya akan diatas kertas. Aku memandang lagi ke Rai. Lebih tepatnya terhadap sesuatu yang mati sebelum dimulai. Dan akhirnya berjalan ke depan, diatas bangkai yang masih berusaha bangkit.
Sebenarnya sejak kapan kuputuskan untuk mengambil keputusan ini ? Sejak kemarin malam aku sengaja memabukkan diri ? Sejak kebaikan Cassius meresap di hatiku ?
Sejak pembicaraan tentang lukisan itu memberiku harapan ?
Atau bahkan sebelum itu- saat aku melihat matanya dan tenggelam di dalam kasih cintanya?
Oh Cassius sebenarnya apa yang kamu lalukan terhadap aku?
Pertanyaan yang tidak terjawab. 150 orang yang tidak mengetahui pernikahan ini juga adalah kuburan. Dan juga permulaan baru dari kepercayaanku yang kukira sudah menghilang.
Menegakkan kepalaku ke depan, aku melewati pendeta dan menatap pada Cassius.
Yang akan menjadi suamiku sebentar lagi.
Dan dengan begitu, upacara pernikahan ini
Waktuku terkekang dengan Cassius.
Waktu yang paling kuingin hapus dari keseluruhan kehidupanku.
Dimulai.