Chereads / Pernikahan Yang Salah / Chapter 19 - Keributan

Chapter 19 - Keributan

Karena akan lebih irit jika beli di luar karena hal itu pun yang sudah sering Mika lakukan, menghemat waktu serta tidak perlu repot-repot memasak dalam jumlah yang besar karena posisi makanya tidaklah banyak.

Melihat Mika yang memasak di dapur membuat rak dapur memperhatikan Mika, karena memang Raka sangat senang dengan keberadaan Mika di rumahnya.

"Enak nih, sedang masak apa?" tanya Raka yang datang tiba-tiba dari belakang yang jelas mengagetkan Mika saat itu dan Hal itu membuat mereka pun marah pafa Raka karena mengagetkannya.

"Yang kau lihat aku sedang masak apa aja jangan datang tiba-tiba seperti itu kau mengagetkanku Untung saja aku tidak memiliki penyakit jantung juga akan memiliki penyakit jantung aku bisa bicara langsung terserang jantung dan mati begitu saja," kata Mika kesal dan marah marah dengan memegang bahasa yang masih ada di tangannya menambah membuat rekapan mundur beberapa langkah dan lebih memilih untuk lebih duduk di tempat makan daripada menggoda Mika karena sangat berbahaya dengan pisao di tangan Mika.

"Kenapa kok ketakutan begitu Aku tidak akan menyerang mu dengan besok ini, aku hanya sedang memasak makanan dan masih megang pisau saja, yang salah datang dengan tiba-tiba seperti itu mengagetkan ku saja," kata Mika yang melihat mereka ketakutan karena dia memegang bakso padahal itu hanya digunakan untuk memotong sayuran saja dan tidak digunakan untuk menyerang karena tadi ini Raka mengagetkannya.

Jadi membuat mereka pun tersebut hal itulah yang membuat mereka lebih memilih untuk duduk dan tidak mengganggu Mika.

"Aduh!" teriak Mika yang megang saat tangannya tergores besok pun membuat Raka bergegas untuk menghampiri dan menolongnya.

"Apa kau tidak apa-apa, coba aku lihat?" Tanya Raka yang panik melihat Mika terluka.

Tapi Mika tidak mau langsung menunjukan tangannya dan terus memangnya dengan erat tidak mua menunjukan luka goresan tersebut hingga membuat Raka ikut panik dibuatnya.

"Sakit, banget," keluh Mika yang masih memegangi tanganya tersebut sambil kesakitan.

Padahal semua itu tidak benar-benar sakit dan Mika hanya becanda saja ingin membuat Raka khawatir karean ia paling suka melihat Raka kesal. Karean sedari kemarin Raka selalu saja membuat Mika kesal. Jadi sekali-kali Mika juga ingin melihat Raa kesal karena ulahnya tersebut.

"Coba tunjukan tanganmu aku lihat," kata Raka panik dan bingung.

Sesaat kemudian Mika tersenyum karean hanya becanda dan tidak serius ia hanya ingin mebuat mengerjai Raka saja.

"Lihat lah, tidak apa-apa," kata Mika sambil menunjukan jarinya yang hanya tergores sedikit dan tidak mengeluarkan darah sama sekali.

Merasa berhasil mengerjai Raka hingga Raka panik adalah hiburan tersendiri untuk Mika,

"Kau benar-benar panik yah, padahal aku hanya becanda saja, sudah sana pergi katanya mau kerja," kata Mika lagi yang mana tahu jika Raka sudah bersiap ingin pergi kera untuk mengurus kepindahannya.

"Aku benar-benar mengkhawatirkan mu, kau malah membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu," ujar Raka kesal melihat tingkah Mika yang berhasil membuatnya panik padahal Mika hanya becanda saja.

Raka segera bergegas mengambil tas dan akan berangkat tapi ponselnya berbunyi membuatnya mengangkat telepon terlebih dahulu. Terlihat jelas nama ayahnya yang terpampang di layar ponsel membuat Raka menghentikan langkahnya untuk mengangkat telepon terlebih dahulu.

Tahu sang mamah sudah melaporkan nya pada Ayahnya membuat Raka bersiap dengan apa yang akan di katakan oleh ayahnya.

"Siapa?" tanya Mika dengan suara pelan dan hampir tidak terdengar melihat Raka yang tidak adi berangkat karean telepon.

"Ayah," jawab Raka pelan tidak ingin jika suaranya terdengan oleh sang Ayah.

Mendapat telepon penting yang hanya satu kata membuat Raka paham jika sang Ayah menyuruhnya pulang, dengan cepat telepon sudah di akhiri membuat Mika juga bingung melihatnya.

"Kenapa apa Ayahmu marah lagi," kata Mika yang tahu jika mamah asri marah padanya menganggap juga sang Ayah akan marah tapi ternyata tidak.

"Tidak beliau menyuruh kita untuk pulang," kata Raka menyampaikan perintah Ayahnya.

Raka yang tidak bisa mengatasi mamah dan lebih takut pada sang Ayah karena Ayah adalah panutan baginya, walau tahu ika apa yang ia lakukan salah, tapi dengan dia yang sekarang pasti akan menadi musuh keluarga besar, yang memutuskan pertunangan secara sepihak dan memilih untuk menikah dengan orang yang bukan pilihan keluarga.

"Kita? kamu saja, kenapa aku juga harus ikut pulang, yang benar saja siapa aku," kata Mika yang merasa tidak bersalah setelah berbohong dengan kehamilannya tersebut yang jelas salah.

"Buruan bersiap-siap, kita akan berangkat bersama," kata raka lagi tidak ingin mengulur waktu lama dan tidak ingin mendengar kemarahan ayahnya jika mereka datang telat.

"Aku malas menghadapi keluarga mu yang tidak ada yang setuju dengan hubungan kita," kata Mika lagi yang tahu akan menghadapi masalah.

"Sudah jangan malas-malasan kalau kau tidak mau bersiap sekarang aku kan membantumu," kata Raka yang mengangkat mika dan membawanya ke kamar agar ia cepat bersiap-siap.

"Turunkan aku!" teriak Mika yang memberontak saat Raka menggendongnya dan membuat Mika tidak senang.

Saat sampai di kamar Raka baru menurunkannya, karean tudak ingin mereka terlambat untuk pulang. Apalagi sudah mendengar Mika malas pasti akan sulit untuk mengajaknya bergegas.

"Aku sudah menurunkan mu, cepatlah bersiap kalau kau tidak bersiap aku tidak segan-segan membantumu utuk mandi," kata Raka mengancam agar Mika mau bergegas dan segera pulang e rumahnya karan mendapatkan pangilan dari sang Ayah.

Tahu jika raka tidak main-main membuat Mika pun menuruti perkataan Raka dengan kesal.

"Baiklah aku kan mandi, jadi baiknya keu keluar dari kamarku," kata Mika menyuruh Raa untuk menunggunya di luar.

hal itu membuat Raka keluar dari kamar sambil karean ia juga tidak mau menunggu dia didalam kamar Mika yang jelas pasi akan membosankan.

"Aku kan keluar dan aku juga tidak tertarik berada di kamar mu," kata Raka sambil keluar dari kamar Mika.

"Baiknya seperti itu, tidak ada gunanya juga kau menunggu mandi, pasti akan sangat lama," kata Mika sambil masuk ke kamar mandi dan segera menjadi untuk menyiapkan diri sebelum berangkat ke rumah Raka.

Mika tahu betul keluarga Raka, yang sudah pasti mamah Asri tidak setuju dengan hubunganya itu, tapi kalau Ayah dari Raka belum pernah Mika sebelumnya, mengingat Ayah dari raa itu sangat sibuk dengan perusahaanya, jadi saat Mika dulu bermain kerumahnya sangat jarang sekali bertemu, hanya beberapa kali saa dan itu pun hanya sekedar lewat membuat Mika sediri tidak paham dengan bagaimana respon dari ayahnya Raka tentang hubungan mereka, yang jelas sudah di awali dengan kebohongan.