Sebenarnya menurut Nakula, hanya buang-buang waktu saja mengurusi dua orang di depannya. Namun, jiwa isengnya seperti mendapat santapan baru.
Melihat wajah pucat Damir dan juga raut tegang Estelle, begitu membahagiakan. Setidaknya, apa yang ingin Nakula bahas pada Damir, bisa lain kesempatan.
"Kalian bisa jelaskan? Sebenarnya malam-malam, sebagai pria dewasa, saya tahu apa yang akan kalian kerjakan. Hanya saja, ada rasa penasaran. Bagaimana kalian akan menjawab ini? Apa butuh karet pengaman?"
Dalam hati Nakula ingin sekali mencabik wajah Damir, jika itu terjadi. Dia saja begitu menghargai Jane, dulu. Masa adik perempuannya akan jatuh pada lembah yang salah.
"Apa sih Nakula. Aku hanya pamit pada Damir. Karena itu kami berpelukan. Itu saja."
Wajah Estelle semerah tomat. Siapa juga yang suka, jika harus diadili seperti ini. Meski pun dengan kakak sendiri.
"Oh begitu," ucap Nakula yang hanya mengangguk-angguk saja.
"Selebihnya bagaimana?" lanjutannya lagi.
