Felix kembali berjalan lunglai. Dia masuk ke apartemen dengan setengah hati. Ucapan Anta begitu membuat pikirannya kalut. Tapi dia tidak bisa menghilangkan hal itu begitu saja.
"Dasar kurang ajar," ucap Felix dengan kasar.
Dia melempar guling ke tembok. Membentur dan balik mengenai dirinya. Begitu juga dengan bantal dan benda-benda lain.
"Tidak bisa hal seperti ini terjadi," ucap Felix.
Dia merasa kacau. Seumur hidupnya tidak pernah berpikir jika ayahnya bukan asli. Dia merasa dibohongi.
"Tapi itu juga belum pasti kan?" ucapnya saat lebih tenang.
Napas Felix memburu. Dia harus segera mengetahui yang sebenarnya. Pikirannya sudah sangat tidak tenang. Berharap ini tidak berdampak apa-apa pada masa depannya.
Felix menatap ponsel. Dia sempat berkenalan dengan salah satu orang terdekat Nakula. Dengan langkah tergesa, dia segera mengambil benda pipih yang layarnya menyala.
"Hah, apa yang diharapkan segera tiba," ucapnya tersenyum getir.