Dalam mobil ambulance, Nakula masih saja menggenggam tangan ayahnya. Dia tidak melepaskan barang sedetik, setelah masuk tadi.
Pandangan mata Nakula menuju ke wajah yang terlelap itu. Matanya terpejam. Begitu damai, seperti
"Maafkan Nakula, Ayah. Kita cek tubuh ayah sebentar ya," ucap Nakula pada Ayahnya.
Nakula tahu, tidak akan ada sahutan dari ayahnya. Dia juga tahu, ayahnya bisa jadi menolak ini. Tapi Nakula butuh kejelasan untuk menguatkan dugaannya.
"Kita akan cek terkait kesehatan Ayah selama ini, dari rekam medis saat hidup. Lalu setelah kau berpulang. Aku harap, hidupmu baik-baik saja. Seperti yang selama ini aku tahu."
Nakula panjang lebar berkata, dengan hadapan bisa mengurangi rasa sesak di dadanya. Yang dia inginkan, bisa menebus waktu yang mereka abaikan.