"Tidak! Hector! Kau iblis! Apa yang kau lakukan? Setelah apa yang diberikan orang tuaku padamu, kau Mengkhianati kami! Apa salah mereka? Mereka menyayangimu seperti anak laki-lakinya!"
"Menyayangiku? aku tak pernah merasa seperti itu. Kau dan keluargamu begitu munafik dan bodoh, kau pikir aku mau menikah dengan wanita seperti dirimu? Cih! Aku bahkan tak sudi!"
"Sialan! Setelah beberapa tahun yang kita lewati bersama, ini balasan atas cinta dan waktu yang telah aku berikan padamu? Aku mencintaimu sangat banyak Hector!"
"Cinta kau bilang? Aku tak pernah mencintaimu, kau hanya wanita angkuh yang punya kekuasaan dan manja! Pada akhirnya, saat aku menjadi suamimu nanti, kau akan menjadikan aku budak!"
"Kata siapa? Aku tak pernah berpikir sampai kesana! Aku bahkan rela menukar jiwa dan tubuhku untukmu!" Auristella hanya bisa menangis, dia memeluk tubuh kedua orangtuanya yang sudah berlumuran darah. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat orang yang telah membuatnya terlahir di dunia ini, kini tak bernyawa lagi.
"Mereka pantas Mati! Keluargamu begitu Munafik! Bodoh dan tidak berguna!"
"TUTUP MULUTMU! BRENGSEK!" Auristella sudah menatap mata Hector dengan pandangan begitu tajam.
Mata coklat itu berubah merah, giginya yang rata berubah runcing, gaun pernikahan yang tadinya berwarna putih kini sudah berlumuran darah. Bahkan para tamu undangan semuanya tak sadarkan diri karena sihir yang Hector sebarkan di ruangan tersebut.
Tapi sihir itu tak mempan untuk menyentuh kekuatan di tubuh Auristella, wanita dengan darah murni kaum werewolf.
Dia tersenyum seperti binatang yang sudah kelaparan, bangkit dari lantai yang membuat tubuhnya kedinginan.
'Stella'
Sebuah suara berbisik di balik telinga wanita tersebut, nama kecilnya terucap jelas. Bisikan-bisikan Roh leluhur, mengelilingi dirinya saat ini.
"Kau mau menantangku? Bermimpilah! Kau tidak akan bisa melakukan apapun! Kau hanya wanita lemah!" Hecto berteriak kencang, dia mengambil pedangnya yang tergeletak di lantai, lalu mulai melangkah untuk mendekati Auristella.
Wanita itu berdiri dengan tubuh lemah, hanya tatapan mata saja yang begitu tajam.
"Aku tanya sekali lagi Hector, apakah kau pernah mencintaiku?" Tanya Auristella dengan nada lemah.
"Kau, benar-benar menyedihkan Stella, kau pikir aku punya cinta untukmu?" Kata Hector sekali lagi, lelaki tersebut sudah tersenyum seperti orang gila.
"Jadi kau tidak pernah mencintaiku? Setelah apa yang aku berikan padamu?"
"Tidak! Aku katakan berulang kali, aku tidak pernah mencintaimu!" Hector berteriak kencang, namun belum sampai mulutnya tertutup, pada saat itulah Auristella langsung mencekik leher Hector dengan kencang.
Kekuatan leluhur bangsa Werewolf sudah menyelimuti tubuh sang Wanita, matanya begitu kosong dan hanya ada kemarahan disana.
"Maka matilah! Jika kau tidak pernah mencintaiku, maka Mati adalah satu-satunya tempat untuk lelaki tidak berguna sepertimu!" Ujar Stella.
"Argh!! Stella… sakit!" Hector mencoba memberontak, tapi sia-sia saja. Sebab saat ini kekuatan sang wanita lebih kuat dari siapapun.
"Aku mencintaimu…" kata sang wanita, dengan nada lemah dan penuh air mata. "aku sangat mencintaimu hingga aku akan mati, jika berpikir kau pergi. Tapi sekarang, aku yang akan membuatmu pergi selama-lamanya."
"Stella.. maafkan aku! Arghh!!!" Sang wanita mengambil pedang yang dipegang oleh Hector, lalu dengan cepat dia melepaskan tangannya dari leher Hector, membuat lelaki itu terjatuh tanpa daya.
Auristella berjalan perlahan lalu menatap wajah Hector untuk terakhir kalinya.
"Kau tidak bisa membunuhku Stella! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, jatuh cinta berulang kali! Walaupun kali ini aku mati, aku akan hidup lagi dan membuatmu jatuh cinta lagi!!"
"Bahkan jika kau bereinkarnasi ratusan kali, maka aku akan tetap membunuhmu lagi dan lagi. Lalu aku pastikan, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu! Ingat itu baik-baik, Hector Giovanni!" Ucap Auristella, lalu dengan sekali tebas kepala lelaki tersebut sudah menggelinding ke tanah. Darah mengalir deras hingga mengenai tubuh sang wanita.
[200 Tahun kemudian]
Pagi itu wanita cantik yang punya banyak jadwal padat harus menghela nafas lelah, matanya berwarna coklat terang membuat dia semakin cantik saja jika terkena sinar mentari.
Hari ini dia harus berkunjung ke sebuah tempat yang sedang dalam tahap pembangunan.
"Nyonya Auristella, ini nama-nama pekerja yang akan bertanggung jawab pada pembangunan 6 bulan ke depan. Saya sudah memastikan mereka orang-orang yang bisa dipercaya."
"Kau yakin Bella? Kau selalu berkata bahwa orang-orang di dunia ini bisa dipercaya, tapi pada akhirnya mereka akan tetap berkhianat. Memuakkan!"
"Nyonya jangan begitu, tidak ada salahnya kita tetap berpikir positif. Mau bagaimanapun orang-orang ini hanya bekerja untuk bertahan hidup." Bella tersenyum manis sekali, dia satu-satunya orang yang bisa dekat sang Alpha. Dia juga merupakan Beta yang mengurus Pack Cavendish selama ini.
"Kau selalu saja berkata bodoh, buatlah semua pekerja berbaris sekarang juga. Aku mau melihat dengan mataku sendiri bahwa mereka bukan orang-orang yang menjijikan." Stella mengembalikan berkas tadi ke Bella.
Bella hanya mengangguk dan mulai pergi dari sana, dia menghampiri pemimpin yang bertanggung jawab atas proyek pembangunan kali ini.
Auristella memang berharap proyek pembangunan kali ini berjalan dengan baik tanpa hambatan, karena bangunan yang akan mereka kerjakan merupakan sebuah rumah kaca yang nantinya akan dijadikan taman bunga terbesar di negara tersebut. Sebab, 6 bulan lagi bertepatan dengan hari kematian ayah dan ibunya, tepat 200 tahun yang lalu tragedi berdarah itu ingin dia lupakan. Tapi tetap saja tak bisa, Karena pada akhirnya semua kenangan tersebut tetap membuatnya sakit hati.
Tepat di tengah-tengah Taman ini adalah kuburan ayah dan ibunya, Auristella ingin sekali memberikan suasana yang nyaman pada kedua orangtuanya itu.
"Nyonya, ini 30 pekerja yang akan bertanggung jawab selama 6 bulan kedepan." Suara Bella membuat sang Nyonya menengok ke beberapa pekerja di depannya.
Bella memang menyewa Arsitektur terbaik di negara tersebut beserta para pekerjanya.
"Selamat siang Nyonya, saya David. Saya arsitektur sekaligus pemimpin yang akan menjalankan rumah kaca dan taman bunga nantinya. Saya sangat senang sekali bisa dipilih dalam proyek yang begitu luar biasa. Semoga saya bisa memberikan hasil yang terbaik." Ujar sang lelaki.
"Kau memang harus memberikan hasil yang terbaik dalam proyek kali ini, aku tidak suka kegagalan. Selain itu, aku tidak suka dikhianati. Pekerja yang kau bawa, jangan sampai menyentuh kuburan ayah dan ibuku sedikitpun. Kalian bekerja untuk membuat kuburan itu menjadi rumah kaca yang indah, jadi aku harap kalian paham hal ini!" Stella berkata dengan sangat tegas, wanita itu menatap satu persatu pekerja lelaki yang hanya menunduk hormat.
Namun matanya menatap lelaki yang berambut hitam pekat, tubuhnya tinggi berotot, Kumal dan menyedihkan. Tapi, entah kenapa ada perbedaan dari lelaki tersebut. Wajahnya yang tampan namun tak terurus itu membawa ketidaknyamanan di hati Stella.
"Kau? Siapa namamu?" Stella langsung bertanya tanpa basa-basi, dia menunjuk dengan jarinya dengan cukup angkuh.
David langsung menengok ke arah pekerjanya yang ditunjuk.
"Ahh.. Nyonya namanya."
"Aku tidak bertanya padamu! Aku bertanya pada lelaki itu! Jangan memotong ucapanku sembarangan!" Stella berucap sangat kasar.
"Jawab!" Sekali lagi Stella berkata pada lelaki yang cukup mengusiknya.
"Saya Xavier, Nyonya.." suaranya yang serak dan pandangan mata yang mampu menenggelamkan itu, seketika membuat Stella terhenyak. Debaran jantungnya seakan-akan mau meledak, wanita itu bahkan sudah memegang dadanya karena merasa tak nyaman.
[Apa ini? Perasaan apa ini? Kenapa aku merasa lemah?] Pikir Stella dengan tak nyaman.
"Maaf Nyonya, apakah tubuhnya yang besar ini membuatmu tak nyaman? Dia pekerja baru, umurnya masih 25 tahun dan dia sangat hebat sejauh ini. Apakah anda mau aku menggantinya?" Tanya David dengan suara yang takut-takut.
"Tidak usah." Setelah Stella mencoba menghela nafas dan menenangkan hati yang aneh.
"Kalian pergilah, aku sudah selesai bicara." Kata Stella.
"Baik Nyonya." Mereka semua pergi begitu saja, Bella yang melihat ada hal aneh tentu saja mencoba membantu sang Nyonya untuk duduk di bangku.
"Ada apa, Nyonya.. kau terlihat aneh." Ujar Bella.
"Lelaki tadi, kau tidak merasa ada hal buruk padanya?"
"Maksud anda?" Bella merasa tak mengerti.
"Aku sedikit lemas saat menatap matanya, dia seperti menyerap seluruh kekuatanku. Apakah kau merasa energi besar darinya?"
"Tidak, jika memang lelaki itu berbahaya. Aku pasti bisa merasakan lebih dulu, dia terlihat seperti lelaki lemah yang sangat tidak berguna. Kenapa Nyonya merasa seperti itu? Apakah mungkin…" Bella tak berani berkata tentang kemungkinan lelaki tadi Reinkarnasi Hector.
"Kau mau berkata dia Reinkarnasi Hector? Tidak mungkin, jika memang iya. Aku akan tahu lebih awal. Setelah 30 tahun lalu aku membunuh Reinkarnasi terakhirnya, aku memang belum menemukan lagi. Tapi jika memang lelaki itu sudah terlahir kembali, aku yakin saat ini mampu mencium aroma keberadaanya." Stella memegang keningnya yang mendadak pusing.
Tidak biasanya dia seperti ini, untuk pertama kalinya tubuh yang kuat bisa lemah hanya karena tatapan mata lelaki bodoh!
"Bella, bisakah kau bawakan aku ramuan buah persik? Sepertinya aku butuh sesuatu yang segar." Kata Stella.
"Kita pulang saja."
"Tidak usah, berikan saja ramuan itu. Aku harus melihat dulu bagaimana pekerjaan orang-orang itu."
"Baiklah, aku akan ke parkiran mobil dan mengambil ramuannya. Anda jangan kemana-mana, tunggu disini." Bella langsung melangkah pergi, meninggalkan sang Nyonya yang hanya bisa menghela nafas lelah.
Stella mencoba memejamkan matanya sambil duduk, dia merasa ingin menikmati sebentar angin siang hari itu.
"Nyonya, maaf.." suara lelaki yang mengusik sejak tadi, kini terdengar kembali.
Stella membuka matanya dan kini dapat melihat lelaki tersebut dari dekat, tubuh lelaki yang tinggi dan besar itu menghalangi sinar mentari yang tadi terkena wajah Stella.
"Apa!?" Tanya Stella dengan nada sinis.
"Ini, aku punya Teh hijau yang dibawa untuk makan siang. Jika Nyonya tidak keberatan, ambilah. Anda terlihat lelah, Teh hijau bisa membuat tubuh lebih baik." Xavier, berkata dengan sangat lembut. Bahkan lelaki Kumal itu tersenyum tulus pada Stella.
"Cih! Kau pikir aku mau meminum, minuman sampah itu!?"
"Ahhh maafkan aku, aku lupa bahwa anda tidak terbiasa mendapatkan minuman sederhana seperti ini. Tapi saya yakin, minuman ini sangat enak. Cobalah.." Tatapan mata Xavier merontokkan keangkuhan hati Stella begitu saja.
Entah bagaimana ceritanya, Sang Alpha yang sombong itu langsung merampas botol berisi Teh hijau dengan kasar dari tangan Xavier.
"Jika Teh ini tak enak, aku akan membuatmu dalam masalah!" Kata Stella dengan wajah marah.
Namun Xavier hanya tersenyum dan mengangguk, lelaki itu seperti malaikat yang turun dari langit. Stella hampir tersedak air liurnya sendiri karena begitu terhipnotis dengan tatapan mata lelaki tersebut. Dari jantung yang hampir meledak, kepala yang mendadak pusing, tubuh yang mendadak panas, lalu perasaan aneh yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Stella bingung, kenapa dia mau membuka penutup botol itu? Lalu meminum isinya dengan gerakan perlahan.
Ketika rasa Teh hijau tersebut menjelajahi lidahnya, saat itulah ada satu kehangatan yang mengalir deras melalui tenggorokan.
[Rasanya? Sejak kapan ada Teh hijau yang punya rasa semanis ini?] Stela yang hidup hampir 250 tahun tidak pernah merasakan teh hijau yang begini.
"Bagaimana rasanya, Nyonya?" Tanya Xavier.
"Biasa saja! Tidak ada bedanya dengan Teh yang sering aku rasakan! Ck! Membuang-buang waktu saja, pergilah! Kau mengganggu waktuku!" Stella berkata seperti itu, namun masih memegang botol berisi Teh.
"Baiklah, Nyonya. Aku permisi kalau begitu, semoga anda baik-baik saja." Xavier langsung pergi, dia bahkan tak meminta botol yang masih dipegang Stella.
Stella yang melihat hal tersebut hanya bisa terdiam beberapa saat, lelaki itu punya aura yang aneh.