Liana seketika terperanjat di tempatnya saat mendengar suara Bara tepat dari arah belakang nya. Bahkan dia sendiri sampai tidak berani untuk menoleh karena saat ini pun embusan nafas dari Bara benar-benar dapat ia rasakan menghunus ke arah tengkuknya.
"Kenapa malah diam saja?" Bara kembali bersuara. Begitu datar namun juga terdengar begitu penuh intimidasi.
"T-tidak ada apa-apa. Aku hanya cukup bosan dan tak tahu ingin melakukan hal apa. Jadi aku memutuskan untuk ke sini dan membaca majalah ini. Iya, majalah," jawab Liana dengan begitu terbata.
"Benarkah?" Bara menaikkan sebelah alisnya sembari menatap penuh telisik ke arah Liana. "Bukan karena mencari tukang kebun yang kemarin?" Pria itu memancing. Sementara Liana sendiri kian menunjukkan pandangan sembari menatap lekat majalah yang kini telah ada di pangkuan.
Ya, kini Liana sudah mendudukkan diri di salah satu sudut sofa ruangan itu sementara Bara sendiri masih betah dengan posisi berdiri.
