"Ya. Bisa jadi begitu. Lagi pula aku pikir tidak ada manusia lain lagi yang dapat aku tuduh selain dirimu." Reza mengerdikkan bahunya. Sementara Bara masih mengulas senyuman.
"Aku sama sekali tidak mengetahui keberadaan mereka. Lagi pula untuk apa aku mengurusi mereka bahkan sampai meminta mereka untuk pindah rumah? Kurang kerjaan saja." Bara memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kemudian pria itu kembali membalikkan tubuh dan pergi begitu saja dengan hati yang senantiasa merutuk. Ternyata masih ada satu sampah yang harus dia bereskan untuk menutupi Aib ini.
Bara masih senantiasa berdiri di tempatnya. Seraya terus mengarahkan pandangannya pada layar tv yang menyala. Tidak salah lagi. Pasti sosok yang membiarkan hal itu terjadi adalah Liana. Terlihat jemari tangan lentik yang sedikit menggantung di sisi sofa tersebut. Setidaknya meskipun tubuh Liana tak terlihat karena masih tertutup oleh Badan sofa namun Bara sangat yakin akan tebakannya ini.
