"Tidak. Aku mau pulang saja," tukas Liana melepas genggaman Reza dari tangannya dan hendak pergi dari sana.
"Pulang? Memangnya kamu ingat jalan pulang?" Reza bertanya. Langkah Liana pun sontak terhenti seiring dengan otak kolotnya yang berusaha kembali mengingat. Meskipun hanya berupa jalanan setapak, namun rute yang Liana dan Reza lewati tadi memang cukup banyak cabangnya. Jalannya pun tidak selalu menurun tetapi juga kadang berkelok dan menanjak.
Sebagai seseorang yang baru pertama kali datang ke tempat itu tentu saja Liana tidak akan dapat mengingat dengan jelas rute yang telah mereka lewati. Terlebih terkadang pemandangan kala datang dan pulang terasa cukup berbeda karena kilas balik yang ada.
"Aku tidak ingat. Tetapi, memangnya kenapa? Toh aku hanya perlu memilih rute yang menanjak saja." Liana merasa tak ingin kalah, padahal dia jelas tahu bagaimana kondisi jalan yang mereka lewati tadi.