"Sudahlah, lebih baik kita masuk ke rumah. Di sini dingin." Delia masih memegangi bahu Liana sembari mengusapnya pelan.
"Hei, anak mama kan cantik. Lihat, cantik begini kok. Jangan mau sedih hanya karena satu pria. Toh, di dunia ini cowok jumlahnya banyak sekali, Sayang. Bukan hanya satu. Tidak selayaknya kamu sedih begini. Apalagi dengan pria pembohong seperti itu. Pasti nanti Tuhan akan hadirkan pria yang jauh lebih tulus menyayangimu, Sayang. Tenang saja, oke?" Delia berusaha keras meyakinkan Liana. Sementara Liana sendiri hanya menatap sang mama sekilas kemudian menganggukkan kepala singkat.
Entah akan ada pria yang mau menerima atau tidak. Di era seperti ini wanita berwajah biasa saja sudah kesulitan untuk menggapai cinta karena kebanyakan pria lebih suka melirik yang goodlooking. Selain itu, kondisi keuangannya pun tak memungkinkan. Apakah ada pria yang mau mencintai gadis miskin sepertinya dengan begitu tulus?