"Tapi ...." Liana masih dilanda resah, rasanya begitu berat untuk dirinya melangkah kembali. Dia yang dahulu selalu dijuluki 'makhluk suci' oleh teman-temannya sekarang nyatanya berakhir sama saja. Liana benar-benar malu kala memikirkan itu. Tetapi di sisi lain ada yang lebih penting yaitu masa depannya.
Liana menggertakkan giginya pelan. Sekarang pilihannya ada dua. Menuruti gengsi atau merendah diri demi menyelamatkan masa depan. "Aku rasa mungkin tidak apa-apa." Liana bergumam pelan sembari memilin tangannya resah. Membangun keberanian diri terkadang memang begitu sulit. Namun keadaan yang begitu mendesak juga membuatnya semakin frustasi.
"Aghh! Aku benar-benar pusing dengan semua ini." Liana kembali menjambak rambutnya resah. Sepertinya menarik rambut menjadi salah satu hal yang cukup dia gemari saat ini terutama di saat resah atau pening karena terlalu banyak pikiran.
