Liana terus berkutat dengan ponsel di tangannya. Hampir seperti saat dirinya ingin menghubungi Bara untuk yang pertama kali setelah sekian lama. Kini, hendak kembali membuka obrolan dengan Vella pun Liana harus ekstra memutar otaknya.
"Astaga, rasanya sejak tadi tak ada kalimat yang cocok untuk mengutarakan semua ini, lalu harus bagaimana aku?" Liana kembali menghapus deretan teks panjang yang telah dia persiapkan cukup lama untuk untuk mengucapkan maaf kepada Vella dan memperbaiki persahabatan mereka.
"Aghh! Kepalaku benar-benar pusing!" Liana meletakkan ponselnya sejenak kemudian memijit pelipisnya yang kian berdenyut. Rasanya tiap detik yang dia jalani tak pernah ada yang benar-benar membahagiakan.
"Mungkin aku bisa memulainya dengan kalimat sapaan." Liana kembali mengambil ponselnya. Namun, setelah mengetikkan nama Vella di laman pesan, gadis itu mulai dilanda ragu.