Dengan gerak lesu, Liana mulai beranjak turun dari ranjangnya, lalu mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamar kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Usai mengganti baju, Liana terus duduk termenung di depan cerminnya. Ingatannya kembali berkelana pada isi pesan yang Bara kirimkan kepadanya tadi. Liana tahu jelas jika Bara memang tidak menginginkan anak itu. Tapi dia tidak menyangka jika pria itu bisa dengan tega asal menyuruh dirinya untuk melenyapkan anak mereka begitu saja.
Tunggu, anak mereka? Liana mengulas senyum miris mengingat hal itu. Tidak ada kata mereka, yang ada hanyalah dirinya sendiri karena bagaimana pun anak itu ada di dalam perutnya. Bukan dalam perut orang lain.