"Pokoknya jangan menyerah, Li. Kalau perlu kita bawa polisi untuk memenjarakannya! Pria seperti itu memang harus diberi! Huh, kenapa malah aku yang jadi sebal, sih!" Mila kian merutuk.
"Satu-satunya jalan untuk untuk membuat Bara berpikir, kita memang harus mendatangi rumahnya. Mungkin dia mengira kemarin kamu hanya menggertak saja, makanya dia berani berbicara dan menolakmu seperti itu, bahkan dengan tidak tahu dirinya memfitnahmu yang bukan bukan. Jika aku berada bersamamu tadi mungkin aku sudah bergerak untuk meremas mulutnya yang menjengkelkan itu!" Mila tak henti-hentinya menumpahkan rasa geram. Sementara Liana yang mendengar kekesalan temannya itu hanya bisa melayangkan senyuman. Setidaknya beberapa ucapan dari Mila cukup membuat hatinya senang. Liana sedikit terhibur dengan kehadiran sahabatnya itu.