Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Record of Fatamorgana, Start as Antagonist (Bahasa Indonesia)

🇮🇩SirGallicia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.2k
Views
Synopsis
Alba, seorang guru laki laki 24 tahun yang tiba tiba terlempar ke dunia novel fantasi karena kejadian absurd. [Peri Faye La Lifa memohon padamu untuk menyelamatkan putri itu] "Tapi dia Villain....." gumam Alba. Dunia baru, tubuh baru, dan peri kecil cerewet yang selalu menemaninya. "Apa salahku"
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 0 - Prologue

Bunyi jam sekolah berdering. Suara anak-anak SD yang sedang merapikan tempat duduk, membereskan buku pelajaran, dan bersiap untuk pulang terdengar di seluruh kelas.

Di salah satu kelas 3-A terdengar satu anak laki-laki dengan lantangnya berteriak. Kemungkinan ketua kelas, kelas tersebut.

"Persiapan berdoaaaaaa!" semua anak yang lain duduk dan diam mengejamkan mata-

"Berdoa selesaiiiii" -teriak ketua kelas itu lagi.

'Belum 10 detik' pikir guru yang hanya bisa tersenyum kecil.

"Memberi saaaalaaaaammm!"

"Selamat siangg paakkk, terimakasihhh untuk kelas hari iniii !!!!" teriak semua anak di kelas itu.

"Siang anak-anak. Baik, jangan lupa tugasnya diselesaikan di rumah. Pulang sekolah ini langsung pulang ke rumah ya. Jangan ke mana-mana" tambah si guru.

"Baik Pak Albaaa!!!"

Bergegas semua anak-anak keluar dari kelas untuk segera pulang. Entah untuk bermain game, ke rumah temannya, atau memang sudah tak tahan lagi dengan kebosanan di sekolah.

'Ah tidak mungkin mereka bosan dengan kelasku kan??' Pikir Alba

Alba sendiri adalah seorang guru yang sudah 3 tahun mengajar. Pelajaran seni. Salah satu pelajaran yang tidak dibenci atau disukai.

'Mungkin karena jam pelajaranku banyak gambar bebas dan banyak freetime ?'

Alba kemudian merapikan beberapa map, laptop dan handphone-nya. Anak-anak mungkin sudah pulang siang ini. Tapi dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya di ruang guru, kemungkinan besar sampai sore nanti.

'Tak kukira aku akan repot menilai gambar anak anak'

Sambil Alba berjalan ke ruang guru ,dia melihat banyak anak yang keluar dari gerbang sekolah. SD ini tidak begitu besar, hanya terdapat 12 kelas. Kelas 1-6 yang masih masing terbagi menjadi kelas A dan B.

'10...atau bahkan 5 tahun yang lalu aku tak menyangka aku akan menjadi guru... Guru Seni pula' bisik Alba.

Semasa sekolah Alba bukan termasuk kelompok siswa yang pendiam atau yang aktif. Alba termasuk seorang yang jika ditanya keberadaannya saat reuni, teman-temannya akan cuma mengingat 'Oh Alba yang itu!'

Hanya diingat tapi tidak ada yang dekat. Hanya ada dan tidak pernah menjadi sorotan.

'Tapi sekolah... menjadi siswa seperti itu juga menyenangkan... setidaknya tenang'

Iya tenang -Adem dan Ayem orang bilang. Alba terbiasa membentuk ikatan yang dangkal dan tidak menyusahkan siapa-siapa. Bukan berarti Alba tidak peduli dengan sekitar.. Alba hanya merespon dengan batas minimum dalam kewajaran bersosialisasi.

Contoh ; jika ada orang tua temannya atau orang tua muridnya meninggal. Maka Alba akan bersikap sopan dan semestinya. Berbelasungkawa.

Jika ada teman yang mendapat berprestasi maka Alba hanya tersenyum dan bertepuk tangan saja.

Itu saja. Normal.

'yah...setidaknya aku sekarang bisa lebih bisa tersenyum' mengingat sudah 3 tahun dia mempraktikkan senyum sopan pada wali murid dan siswanya.

'

.

.

.

.

"Ah Pak Alba siang pak-"

"Ah siang bu." jawab Alba di pintu ruang guru.

"Duluan ke aula pak ya, untuk rapat guru."

"Oh iya silahkan bu"

Salah satu guru menyapa dan lanjut berlari kecil ke arah Aula.

'Ah hari ini rapat buat ujian ya. Agak repot juga untuk tema pelajaran wajib'

Alba segera masuk ke ruang guru- ke tempat duduknya.

'Ok kita selesaikan hari ini!' tegas Alba dalam hati sambil melihat gambar-gambar muridnya.

Alba memegang pelajaran seni di empat kelas. Menyebar dari kelas 1A sampai 3B. Untuk pekerjaannya sendiri cukup menyenangkan pikirnya. Tapi untuk membuat raport atau menilai tugas anak-anak. Butuh perhatian ekstra.

'Apalagi jika ada walimurid yang keras kepala dan memaksa anaknya pintar dalam segala hal'

Seni tidak pernah menjadi tolak ukur anak cerdas atau pintar -Setidaknya di mata khalayak umum. Diremehkan adalah kata yang tepat. baik itu pelajaran dalam sekolah atau dalam dunia kerja.

'Jujur menyedihkan sih..tapi yah, sudah begini.'

♪♫♬♫♪♫♬♩♪♫ ~'

'♪♫♬♫♪♫♬♩♪♫ ~'

"hmm?? notifikasi ?" Alba mengambil Handphonenya, melihat notifikasi pop-up email yang jarang sekali muncul. Mengingat hanya whatsapp atau telegram yang dia gunakan untuk chat dan berkomunikasi dengan keluarganya.

Alba mengetuk layar handphone dan membuka aplikasi emailnya. Dilihat subjek dari emailnya;

.

[Ending dari Record of Fatamorgana]

.

'????' Alba menatap judul subjek sambil mengingat dan mengerutkan dahi.

"Ah Record of Fatamorgana...sepertinya aku dulu pernah membaca novel itu...Notifikasinya belum dimatikan ?"

Sebelum menjadi guru, Alba seperti orang lain menghabiskan waktu luang untuk hobinya. Salah satunya menggambar ; yang saat ini membantunya dalam mengajar bidang seni. dan yang lain membaca.

"Meskipun sekarang aku agak jarang baca webnovel lagi...Kalau tidak salah, Record of Fatamorgana itu..."

Salah satu novel ber-genre fantasy. Tipe novel yang ditunjukkan bagi anak muda atau remaja. Sama seperti remaja lainnya, Alba pernah ada dalam fase menyukai cerita yang penuh aksi, bertema pahlawan menyelamatkan putri, dan mendirikan kerajaan sebagai pahlawan.

Record of Fatamorgana sendiri bercerita tentang protagonis. Laki laki dari desa dan perjalannya menjadi pahlawan sampai menjadi Knight of Radiant yang bersetting sebagai suami; Ratu kerajaan adidaya di cerita ini.

'yah dulu waktu baca lumayan unik. Mengusung tema Queendom'

'Hmm ngomong-ngomong. Novel ini dulu yang di drop sebelum ending sama penulisanya kan ?' gumam Alba, sambil mengetuk isi email tersebut.

Tapi yang menyambut Alba hanya layar putih kosong.

"Eh kosong ? ini spam ?" beberapa kali Alba mencoba me-reload aplikasi atau merefresh emailnya, namun tetap saja yang dilihatnya hanya layar kosong.

'Alamat emailnya kayaknya bukan spam....hmm aneh' pikir Alba.

Tiba tiba ada yang berteriak "Paaaaak! Pak Alba!!"

Pak Alba menoleh dan melihat ke depan pintu ruang guru. Anak perempuan sekitar kelas 2 SD, melambaikan kedua tangannya.

Alba segera menurunkan handphonenya. Meskipun masih berada dalam genggamannya.

"Hayoo, gak sopan. ayo ke sini , kalau bicara yang baik." panggil Alba ke anak itu.

"Hehe" kata gadis kecil itu sambil menuju ke Alba.

"Ada apa? mau tanya tugas ?" tanya Alba.

"Nggaaaaaaaak.. Lifaayy mau kasihh tugas ke Pak Albaaaa" sambil mata gadis kecil itu bersinar.

'Eh kasih tugas? bukannya kebalik... tunggu- ini bukan muridku-kan ?' tengok Alba ke Gadis kecil itu. Seragamnya sama dengan sekolah ini. Tapi Alba merasa tidak ada murid yang namanya Lifa atau semacamnya di kelas yang dia ajar.

'anak kelas lain ?? hmmm' melihat pak Alba bergumam, Lifa gadis kecil itu menambahkan "Iyaaa Pak. gini ya gini ya. Kan Lifa lihat Pak Alba. Terus terus Lifa ingin Pak Alba yang nyelesain cerita Lifa."

"Cerita ?" tanya Alba bingung.

"Iya! Iya! Cerita punya Lifa! Mauya! Mau ya ! Mauya!!"

"Ok ok Lifa" jawab Alba sambil tersenyum sopan. dan memikirkan dia murid guru siapa.

"Yay kontraknya berhasil !!" sebelum Alba menjawab. Lifa menambahkan. "Yay! gini ya gini ya. Pak Alba, lihat tangan Lifa !" Lifa memegang kedua tangan Alba yang sedang memegang handphone. kemudian dengan agak lambat menaikkan ke depan muka Alba, atau lebih tepatnya dahi Alba.

"Terusssssss Lifa bilangg.

BAAAAAAAAAAAAAAAAMMMMMM"

Serentak Alba melihat cahaya dari tangan Lifa.

"WHAT TH-" sontak Alba.

.

.

.

Alba mungkin tidak pernah mengira kejadian absurd ini yang membuat dirinya terbangun di dunia lain. Di dalam novel Record of Fatamorgana.