Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Full House (Bella Biyah)

🇮🇩BellaBiyah
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.6k
Views
Synopsis
Menjadi tumbal perusahaan ayahnya. Itu yang Aisyah rasakan. Ia dipaksa untuk menikah dengan anak dari pemilik perusahaan Golden-Tam (tambang emas) bernama Kaspian. Aisyah yang begitu mencintai kehidupannya yang serba glamor dan mewah, sangat berbanding terbalik dengan Kaspian yang lebih memilih untuk menjadi anak miskin di jalanan agar bisa menikmati hidup bersama teman-temannya. Kaspian juga menutupi latar belakangnya dari mereka semua hanya untuk menikmati pertemanan tanpa dusta karena harta. "Saya alergi sama orang miskin!" tegas Aisyah pada saat Kaspian menjemputnya di Malaysia. *** "Gue mau ngerasain jadi orang kaya. Gue mau punya perusahaan besar dan bisa keliling dunia tiap hari tanpa keluar duit. 'kan bokap lo kaya. Enaknya punya mertua konglomerat," ucap Kaspian agar Aisyah semakin jijik padanya. "Karena sekarang kita udah nikah. Gue mau kita punya anak. Terus gue mau ngebunuh lo, otomatis harta lo dikasih ke anak kita, terus gue nikah sama cewek yang gue suka," lanjut Kaspian dengan senyuman ala-ala psikopat. Ia melakukan hal itu hanya untuk menakut-nakuti Aisyah. Tapi, Aisyah malah berpikir itu benar-benar sedang terjadi dan ia mendesak Kaspian untuk menceraikannya. *** Kira-kira kalau Aisyah tahu Kaspian itu putra tunggal pemilik perusahaan tambang emas Golden-Tam, gimana ya? Baca kisahnya di novel Full House! Karya asli Bella Biyah!
VIEW MORE

Chapter 1 - Maju Mundur Cantik

"Resiko punya istri chaantyik, ke mana-mana banyak yang suka!" Aisyah bernyanyi sambil mendorong troli belanjaan dengan gaya lentik.

Langkah gadis itu semakin menawan dengan balutan Swear Regent. Sepatu seharga 60 juta rupiah itu memperindah kaki mungil mulus milik Aisyah.

"Kau ikuti aku terus sampai kususah bergerak. Maju mundur maju chantyik, Chantyik!" jerit Aisyah yang mulutnya langsung disumpal dengan buah apel oleh Kaspian.

"Jadi buah simalakama, dipaksa nikah rakyat jelata!" Aisyah terus bernyanyi dengan mengubah liriknya.

"Lo nyanyi lagi, gue suapin bayam mulut lo!" ancam Kaspian yang merasa risih.

"Sedikit-dikit kamu marah. Aku makin cantik kau marah!" Aisyah terus memancing emosi Kaspian. Hingga pria itu benar-benar mengambil sayur Bayam dan menghampirinya.

"Aarghh!!" jerit Aisyah kabur membawa troli agar tak disuapi Bayam segar oleh Kaspian. "Kau ikuti aku terus, mau mundur maju, Chantyik, Chantyik!!" lanjutnya lagi sambil tertawa.

***

Setelah Kaspian berhasil memaksa Aisyah untuk berbelanja stok makanan di supermarket. Kini, Aisyah meminta Kaspian mengeluarkan semua isi dompetnya.

"Iya, tapi buat apaan?! Lo 'kan udah kaya, masa lo mau malak gue?!" bantah Kaspian karena Aisyah terus memaksanya.

"Lo 'kan cuma pengamen. Dari mana lo dapat duit buat bayar belanjaan ini semua? Lo nyolong debit sama credit card gue ya?!" tuduh Aisyah.

"Buat apa gue nyolong punya lo?! Mertua gue 'kan kaya!" balas Kaspian membuat Aisyah semakin mencurigainya.

"Keluarin semuanya! Lo nyolong money card bokap gue ya?! Udah miskin, maling pula!" oceh Aisyah merampas dompet milik Kaspian dan membongkar semua isinya di dalam mobil.

"Black card?!" pekik Aisyah begitu ia menemukan 3 buah kartu berwarna hitam. "Lo dapat dari mana? Lo maksa bokap gue ya?!" tuduhnya lagi.

"Katanya sih, itu buat nafkahin lo. Tapi, kayaknya lo terlalu kaya buat dikasih nafkah. Lo bisa nafkahin diri lo sendiri!" ucap Kaspian.

Aisyah mengambil salah satu black card milik Kaspian. "Nafkah gue!" tunjuknya pada kartu tersebut.

"Lo 'kan udah punya banyak duit!" bantah Kaspian.

"Ini duit bokap gue! Harusnya lo bilang makasih ke gue, karena gue nggak ambil semuanya!" tegas Aisyah.

Kaspian tak bisa mengucapkan sepatah kata. Semua kartu yang ada di dompet itu adalah miliknya secara pribadi bahkan sebelum ia mengenal keluarga Aisyah.

"Ambil aja semuanya!" ucap Kaspian membuat Aisyah dengan semangat mengeluarkan semua kartu-kartu tersebut. "Gue bisa minta lagi ke bokap lo," lanjutnya.

"Hah?!" pekik Aisyah menatap pria yang duduk di sebelahnya tersebut. "Parasit!" ketusnya kembali menaruh semua kartu itu ke dalam dompet milik Kaspian.

"Ini berapa limitnya?" tanya Aisyah pada black card yang pertama kali ia pegang.

"Entah," jawab Kaspian.

"Oke, ini buat nafkah gue!" Aisyah memindahkan kartu hitam bertuliskan American Express itu ke dalam dompetnya yang sudah tebal.

"Kapan lagi ngabisin duit Daddy segampang ini," ucap Aisyah dengan girang.

Duit Daddy lo?! (batin Kaspian).

"Gue mau beli boneka!" ucap Aisyah.

"Boneka? Buat apaan?" tanya Kaspian.

"Buat ditaroh di kamar gue! Kalo lo masih suka gangguin gue, gue bisa jadiin buat nyantet!" ketus Aisyah.

"Boneka apa? Biar gue yang beliin," ucap Kaspian.

"Beliin? Emangnya lo mampu?" ejek Aisyah sambil mengibaskan rambutnya.

"Lo mau boneka segede rumah?" balas Kaspian mempertanyakan boneka apa yang tak mampu untuk dibeli.

Aisyah tak menghiraukan pria itu dan memilih untuk fokus pada ponsel cantiknya.

***

Seminggu kemudian, tiada angin, tiada hujan maupun badai. Kaspian tengah bernyanyi di pinggir jalan dengan teman-temannya. Tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di ponsel pria itu.

[Terima kasih telah bertransaksi dengan kartu **** xxx-6723 tgl 30/09/19 di *****.com sebesar $2.100.500.0 hubungi 78368 jika Anda tidak melakukan transaksi]

Mata Kaspian terbelalak akan notifikasi tersebut. Ia segera pulang dan menemui Aisyah. Sayangnya, gadis itu sedang tak berada di rumah.

"2,1 juta dollar?! Beli apaan, Gila?! Beli kapal pesiar apa gimana itu cewek! Aisyaaaahhh!!!" teriak Kaspian.

Kaspian setia menunggu Aisyah pulang. Ia berbaring di sofa ruang tamu.

Tling!

[Terima kasih telah bertransaksi dengan kartu **** xxx-6723 tgl 30/09/19 di Amazone sebesar $1.999.900 hubungi 78368 jika Anda tidak melakukan transaksi]

"2 juta lagi?!" pekik Kaspian melihat notifikasi berikutnya.

Tling!

Tling!

Tling!

Belasan notifikasi tersampaikan di ponselnya. Kaspian sampai menggigil melihat nominal tagihan.

Aisyah pulang pada malam hari. Ia baru saja menghadiri acara pesta ulang tahun temannya di sebuah pulau. Ia juga memanfaatkan kartu hitam milik Kaspian untuk menutup Mall saat pulang dari sana untuk berbelanja secara pribadi.

Aisyah pulang dengan wajah lelah dan banyak sekali paper bag di tangannya. Bahkan supir mereka membantu untuk membawa yang lainnya.

"Lo gila ya?! Lo belanja apa aja?!" omel Kaspian begitu melihat Aisyah memasuki rumah.

"Aduh, nggak tahan gue liat diskon," ucap Aisyah.

"Diskon?! Lo liat ini!!" teriak Kaspian menunjukkan layar ponselnya.

Tagihan kartu kredit miliknya sudah mencapai lebih dari 10 juta dollar. Yang jika dirupiahkan sekitar 145 miliar rupiah dalam satu hari.

"Gue beli boneka buat temen gue, soalnya dia ultah. Gue beli 2, satunya buat gue. Satu boneka harganya 2,1 juta dollar. Terus gue ...."

"Boneka apaan harganya sampe segitu?! Boneka dari kulit manusia?!" pekik Kaspian.

"Itu dari LV! Boneka teddy bear! Emang segitu harganya! Kalo nggak percaya, cek aja di Google!" bantah Aisyah.

"Terus yang lainnya? Ini baru 4,2 juta, 5,8 jutanya ke mana?!" tanya Kaspian lagi.

"Gue beli ini semua. Terus separohnya gue beliin hadiah buat temen gue, dia lahiran tadi pagi," jawab Aisyah.

"Masa sebanyak itu, Ai?!" omel Kaspian.

"Ya nggak tau juga, 'kan gue nggak ngitung!" bantah Aisyah lagi.

"10 juta dollar dalam sehari. Gilaaaa!" teriak Kaspian.

"Apaan sih?! Ini 'kan duit bokap gue! Lagian 'kan yang bakalan lunasin tagihannya bokap gue! Kenapa lo yang ribet?!" ucap Aisyah sambil berbarjng di atas sofa, saking lelahnya menghabiskan uang hari ini.

"Oke, lo boros! Gue harus minta bokap lo yang lunasin tagihannya!" ucap Kaspian menelepon Rohmansyah dan melaporkan akan apa yang telah diperbuat oleh Aisyah hari ini.

Berita itu menghebohkan grup WhatsApp keluarga hingga dilakukan pertemuan anggota keluarga laki-laki untuk membahas hal tersebut.

"Biar Papa yang lunasin tagihannya," ucap Abdul (ayah Kaspian).

"Nggak, Pa! Ini harus dilunasin om Rohman! Aisyah itu 'kan anaknya!" bantah Kaspian.

"Iya, Kaspian benar, Dul. Aisyah itu anakku. Biar aku yang lunasin," ucap Rohmansyah.

"Nggak, Man. Nggak gitu konsepnya! Kaspian itu suaminya Aisyah. Semenjak ijab kabul kemaren, semua tanggungjawab Aisyah udah kamu serahkan ke Kaspian. Sebenarnya, Kaspian yang harus lunasin tagihan itu," ucap Abdul membuat Kaspian menelan salivanya.

"Tapi, Kaspian nggak mungkin bisa lunasin itu semua dalam waktu satu bulan. Biar aku yang bayar," lanjut Abdul.

***

Kaspian pulang hingga larut malam karena hal tersebut. Aisyah tertidur di ruang tamu akibat menunggu kepulangan Kaspian. Kaspian berjongkok dan menatap wajah Aisyah tanpa polesan bedak tersebut.

"Kayaknya lo harus banyak belajar, Ai," ucap Kaspian pelan.

Kaspian membangunkan Aisyah dan menyuruhnya untuk pindah ke dalam kamar.

"Jadi gimana?" tanya Aisyah sambil mengucek matanya.

"Tidur di kamar lo," jawab Kaspian.

"Jadi gimana tagihannya?" tanya Aisyah lagi.

"Jangan dibahas, gue capek mau tidur," jawab Kaspian dan memasuki kamarnya.

Semenjak kejadian itu, Aisyah merasa tak enak hati untuk berbelanja menggunakan kartu hitam milik Kaspian lagi.

"Kayaknya kita harus hemat. Tagihan listrik kita juga gede, belum lagi gaji pelayan, supir, tukang kebun. Kayaknya, kita harus kurangin pegawai, biar pengeluaran kita nggak terlalu banyak," ucap Kaspian di tengah sarapan mereka.

"Tapi, kalo pelayannya dipecat semua, siapa yang masak? Siapa yang beres-beres?" tanya Aisyah.

"Kita sisain 4 sampai 5 orang aja. Tapi, lo juga harus ikut andil buat masak sama beresin rumah. Lo istri gue!" ucap Kaspian.

"Kok gue? Gue mana bisa masak! Gue juga nggak suka beres-beres! Capek! Banyak debu! Kotor!" bantah Aisyah.

"Gue nggak pernah nyuruh lo belanja sampai 10 juta dollar dalam sehari!" balas Kaspian dengan sinis.

Aisyah tertunduk mendengar kalimat tersebut. Ia juga tak menyangka semuanya akan berakhir pada kejadian ini.

"Setiap malam, suruh semua pelayan buat matiin lampu kamar, ruang tamu, ruang-ruang yang lain, biar listriknya nggak banyak. Sisain teras sama lampu-lampu luar aja!" ucap Kaspian.

"Gue nggak bisa tidur gelap-gelapan! Susah napas! Takut!" bantah Aisyah lagi.

"Kalo mau terang, tidur di teras!" omel Kaspian sambil melahap rotinya.