"Tapi dia mau perkosa aku, Mom!" rengek Aisyah pada ibunya melalui ponsel.
"Kok perkosa? Dia itu suami kamu loh! Itu haknya Kaspian, kenapa kamu nolak? Kalo nolak permintaan suami, nanti dosa loh!" ucap sang ibu.
"Tapi 'kan ...."
"Nggak ada tapi-tapi! Kalo udah berumah tangga itu tugasnya cuma satu, nurut sama suami!" ucap ibunya lagi.
Setelah mendengar nasihat dari sang ibu, Aisyah menghela napas lelah. Ia berjalan malas ke depan rumah karena makanan yang ia pesan telah sampai di depan pagar.
Di saat yang bersamaan, Kaspian malah mencari gadis itu. Kaspian kembali melanggar perjanjian kawasan antara kedua belah pihak. Ia memasuki kamar Aisyah dan membuka kamar mandinya. Detik itu juga, Kaspian dikejutkan oleh boneka yang duduk di atas kursi dalam lemari kaca.
Tiba-tiba boneka itu menoleh ke arah Kaspian dan bermain suling. Burung di tangan boneka itu juga ikut bernyanyi.
Hal itu benar-benar membuat Kaspian terkejut dan membanting boneka tersebut hingga komponen-komponennya yang terbuat dari logam mulia berhamburan di lantai. Kaspian membawa boneka itu dan membakarnya di halaman belakang.
"Itu cewek kenapa sih suka nyimpen barang kayak gini?!" gerutu Kaspian sambil membakarnya.
Aisyah yang berjalan ke dapur tak sengaja melihat asap hitam dari arah kolam renang. Ia berjalan dan mengintip apa yang menyebabkan asap itu mengebul ke sekitar rumah.
Kaspian tengah membakar boneka termahal yang Aisyah miliki.
"Kaspiaaaaannnnn!!" teriak Aisyah berlari mendorong pria itu menjauh dan membuat apinya semakin marak.
"Lo dapat boneka ini dari mana? Ini pasti pemilik sebelumnya udah mati! Suer gue liat boneka ini gerak sendiri!" jelas Kaspian.
"Itu harganya enam juta dollar, Kaspiaaaaaannn!!" teriak Aisyah yang kalang kabut menyiram boneka mahal itu dengan air.
"6 juta dollar? Ini boneka berhantu!" tegas Kaspian.
"Ini boneka kesayangan gue! 6 juta dollar!" jerit Aisyah sambil menangis.
"Boneka beginian, 6 juta dollar? Lo mau kita berurusan sama Pajak juga?! Lo kira barang-barang mewah lo ini nggak ditagih negara tiap tahun?! Lo mikir sampai ke sana nggak sih, Ai?!" omel Kaspian.
"Ini barang-barang investasi gue! Beberapa tahun ke depan, pasti boneka ini harganya bakalan naik! Karena udah nggak diproduksi lagi! Lo mana ngerti soal investasi! Lo 'kan miskin! Lo mana pernah punya barang-barang kayak gini! Lo cuma taunya pajak, ngutang, kerja keras buat bayar hutang!" omel Aisyah sambil menangis.
"Aaaaah, boneka gue!" teriak Aisyah di depan api yang semakin menyala.
"Siapa yang mau beli boneka kayak gitu?!" bantah Kaspian.
"Ya ada lah pokoknya! Tahun ini produksi terakhir! Beberapa tahun lagi pasti dicari-cari kolektor! Lo mana paham soal ginian!" omel Aisyah lagi.
"Kan lo bisa invest di tas, jam, sepatu, perhiasan atau yang lain. Kenapa mesti boneka kayak gini?! Gue liat pake mata kepala gue sendiri, ini boneka gerak sendiri!" bantah Kaspian.
"Ya mau dia gerak sendiri, terbang, melayang-layang sampai nyekik lo pun gue nggak peduli! Ini harganya mahaaaaall! Lo hitung sendiri 6 juta dollar itu berapa rupiah! Beberapa tahun kedepan pasti harganya bisa tembus sampai 10 juta dollar! Lo bodoh! Lo berotak miskin, mana paham sih soal investasi!" teriak Aisyah yang mengamuk di pinggir kolam renang.
"Cuma lo orang tergila di dunia ini! Cuma lo yang mau nuker nyawa lo buat boneka kayak gitu!" omel Kaspian.
Aisyah terlampau kesal pada sikap Kaspian. Ia memilih untuk kembali ke kamarnya dan menangis sepanjang hari. Uang 6 juta dollar dalam barang investasinya hilang dalam hitungan detik karena kebodohan Kaspian.
Dengan kejadian ini, Aisyah hendak membalas perbuatan Kaspian dengan cara yang cerdik. Ia harus membuat Kaspian takut menyentuh semua barang-barang mewahnya.
Aisyah mengusap air matanya setelah selama 4 jam menangisi boneka super mahal tersebut. "Jadi dia pikir kalo boneka L'O itu berhantu? Oke, gue bikin semuanya jadi berhantu! Biar lo nggak tenang seumur hidup!" ketus Aisyah sambil mengambil ponselnya.
Ia mulai mencari informasi mainan-mainan sekaligus gadget yang bisa bergerak otomatis. Aisyah ingin memenuhi isi kamarnya dengan alat-alat canggih termasuk semua mainan yang ada di sana.
Aisyah sampai harus mengeluarkan uang tabungannya sejumlah 3 ratus ribu dollar untuk semua alat-alat tersebut. Untungnya Kaspian pergi selama 1 minggu. Waktu itu digunakan oleh Aisyah untuk mempermak isi kamarnya menjadi The Real of Sultan Room!
"Elli, open the door!" ucap Aisyah. Lalu pintu kamarnya terbuka. "Aku menyebut ini dengan kata canggih!" ucap Aisyah yang sangat puas dengan gadget yang ia beli.
Aisyah juga memasang sebuah mikrofon di setiap sudut kamarnya.
"Hey Elli, how are you?" tanya Aisyah sambil cekikikan.
"Don't talk to me, I see you're very busy with some fancy stuff. I don't like your husband's presence!" suara bisikan itu muncul dari speaker yang Aisyah sembunyikan di bawah kasurnya.
Ini adalah hari ke 7 kepergian Kaspian. Pria itu telah kembali dan mendengar Aisyah mengobrol dengan seseorang di lantai atas. Dengan penasaran, Kaspian menghampirinya dan mengintip melalui celah pintu. Tiba-tiba pintu itu tertutup. Karena kamera pengintai di depan pintu mendeteksi wajah pria tersebut.
"He's here!" ucap Elli.
Elli adalah nama gadget yang Aisyah gunakan. Alat dengan kecerdasan buatan itu mengubah segala sesuatu yang menakutkan menjadi canggih di mata Aisyah.
Aisyah ke luar kamar dan melihat keberadaan Kaspian di sana. "Lo udah balik?" tanya Aisyah.
"Lo ngobrol sama siapa?" Kaspian balik bertanya.
"Siapa yang ngobrol?" bantah Aisyah.
Kaspian mencoba untuk membuka pintu kamar Aisyah untuk memeriksanya. Namun pintu itu terkunci dengan rapat.
"Buka!" perintah Kaspian.
"Lantai dua dan terus ke atas itu kawasan gue! Lo nggak ada hak buat masuk!" tegas Aisyah.
"Buka!! Lo nyimpen cowok ya di dalam?" tanya Kaspian.
"Cowok? Buat apaan?" bantah Aisyah lagi.
"Lo harus ingat, poin nomor 3 di dalam surat yang udah lo tanda tanganin itu tertulis dilarang selingkuh! Lo mau gue tuntut pidana dan perdata hah?!" omel Kaspian semakin menjadi.
"Apaan sih, orang nggak ada apa-apa! Kenapa lo balik ngomel-ngomel gini? Atau lo yang habis selingkuh? Ke mana aja lo selama seminggu? Urusan apa yang lo kerjain? Bukannya kerjaan lo cuma ngamen di pinggir jalan? Kenapa lo nuduh gue selingkuh? Lo sengaja balikin fakta dengan cara nuduh gue? Jelas-jelas gue di rumah seharian nggak ke mana-mana. Pasport gue juga belum ada tinta baru! Cek sendiri! Kan semua buku penting gue ada sama lo! KTP gue juga lo yang pegang! Tanya sama mbak, ada nggak cowok yang masuk ke rumah ini! Yang jelas ke luar rumah dan nggak balik selama seminggu itu lo! Harusnya gue yang nanya. Lo ke mana aja? Sama siapa? Tidur di mana lo selama 7 malam? Ke hotel bareng cewek pake duit bokap gue?!" Aisyah berhasil membungkam mulut Kaspian dengan omelannya.
Tak ada satu kata pun yang mampu Kaspian jelaskan. Ia malah menarik tangan Aisyah dan menyeret gadis itu ke dalam kamar miliknya di lantai bawah.
"Lo mau ngapain? Lo takut kedok lo kebongkar di mata keluarga gue?!" omel Aisyah lagi dan lagi.
Dengan cepat Aisyah menelepon ayahnya. "Daddy!! Kaspian itu sebenarnya mau ambil harta kita! Dia mau ngebunuh aku terus ambil semua harta warisan!" jerit Aisyah.
"Hah? Ngomong apa kamu ini, Ai?!" bantah Rohmansyah.
"Iya! Kaspian juga selingkuh! Dia pergi seminggu nggak pulang ke rumah! Dia pasti nginep di hotel bareng cewek lain pake duit Daddy!" ucap Aisyah lagi.
"Aarghh!!" jerit Aisyah karena Kaspian menghempasnya di atas kasur dan terdengar oleh Rohmansyah.
"Daddy, toloooonggg!!!" teriak Aisyah.
"Kalian kenapa sih?! Halo!" Rohmansyah mulai panik mendengar anak gadisnya meminta tolong.
Kaspian mengunci tangan dan kaki Aisyah dengan tubuhnya. Aisyah terus menjerit. Kaspian mengambil alih ponsel tersebut.
"Halo, Om! Jelasin ke anak Om yang idiot ini ke mana saya selama seminggu kemaren!" tegas Kaspian sambil me-load-speaker panggilan tersebut dan menempelkannya ke telinga Aisyah.
"Jadi gini, Ai. Kaspian itu bantuin Daddy buat ngurusin klien di Bandung. Tadinya kita nggak ada niatan buat nginep, tapi kliennya dari luar negeri jadi kita terpaksa buat nemenin dia yang mau liburan juga di sini. Kliennya cowok kok! Mana ada cewek!" jelas Rohmansyah.
"Tapi kenapa nggak bilang?!" bantah Aisyah yang tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali.
"Gue mesti bilang gimana? Lo nangis-nangis nggak jelas di kamar cuma gegara boneka lo kemaren!" bantah Kaspian.
"Kan lo bisa kirim surat diselipin di bawah pintu! Atau lo juga bisa nyuruh Daddy buat bilang ke gue!" omel Aisyah.
"Jadi gegara itu kalian berantem?" tanya Rohmansyah.
"Om, kirim dua tiket buat ke Eropa sekarang!" tegas Kaspian.
"Hah?! Mau ngapain?" tanya Aisyah.
"Honeymoon!" tegas Kaspian.
"Nggaaaaaakkk!!! Lo gila ya?! Gue masih perawan! Gue nggak mau! Lo terlalu sinting dan miskin buat gue!" bantah Aisyah sambil berusaha memberontak.
"Aduh, nanti Daddy siapin tiket, hotel, kendaraan, semuanya!" balas Rohmansyah dan mengakhiri panggilannya.
"Aaaahh!! Ampun, Kas! Gue nggak bakalan nuduh lo selingkuh lagi! Gue janji! Lagian lo bikin gue emosi! Pliss!! Lepasin gue!" ucap Aisyah memohon agar Kaspian melepaskannya.
"Jadi kalo lo emosi, lo bisa bebas ngata-ngatain gue?" tanya Kaspian.
"Ya, namanya juga orang emosi! Masa lo nggak bisa maklumin? Gue 'kan manusia! Gue bisa marah! Gue bisa kesel! Gue 'kan cewek, ya wajar dong kalo suka ngebacot!" ucap Aisyah yang terus berusaha membebaskan dirinya.
"Oke," ucap Kaspian yang berganti posisi dengan menduduki tubuh Aisyah agar gadis itu tak bisa kabur.
"Lepasin gue, plisss!" Aisyah terus memohon.
Kaspian malah membuka bajunya dan bertelanjang dada. Otot perutnya yang six pack terekspos dengan sempurna.
"Aaargghhh!!! Kas!! Ampuuuunnn!!" teriak Aisyah.
"Sorry, gue cowok! Gue juga manusia! Gue bisa marah! Gue juga bisa ...." ucap Kaspian yang mendadak terdiam dan tak melanjutkan kalimatnya.
"Bisa apaan? Gue mohon, Kas! Gue nggak mau! Gue nggak mau punya anak! Gue nggak mau diperkosa kayak gini! Dosa apa sih gue sampai lo giniin gue?!" Aisyah mulai menangis lagi.
"Perkosa? Lo itu istri gue!" bentak Kaspian.
"Ya, kan guenya nggak mau! Lagian 'kan kita nikah bukan karena ikhlas! Gue dipaksa buat nikah sama lo! Gue juga dijemput paksa dari lo buat balik ke Indo! Lo juga maksa gue buat berhemat, padahal hemat itu cuma buat orang miskin! Gue 'kan nggak miskin!" omel Aisyah.
"Ya, emang udah takdir hidup lo dipaksa-paksa!" jawab Kaspian.
"Aaarghhh!! Kas! Lo jangan bikin gue takut! Kalo lo perkosa gue sekarang, gue bakalan ingat seumur hidup kalo lo orang terbiadab, terbrengsek yang pernah gue temuin!" tegas Aisyah.
"Gue nggak peduli," ucap Kaspian.
Aisyah terus menangis. "Ya udah kalo lo emang mau. Silakan! Lagian kita udah suami-istri. Kata Mommy, kalo nolak suami, nanti dapat dosa!" ucapnya.
Kaspian membatu. Ia bahkan tak pernah melakukan hal semacam itu pada seorang wanita. Kaspian hanya ingin menakut-nakuti Aisyah, tapi gadis itu malah pasrah. Bukan ini yang Kaspian inginkan.
"Kenapa?" tanya Aisyah sambil memejamkan matanya.
Dalam sekejap, Kaspian membebaskan Aisyah dan kembali memakai bajunya.
Aisyah membuka matanya dan melihat Kaspian sudah menutupi tubuhnya kembali. "Kenapa?" tanya Aisyah lagi.
"Ke luar!" tegas Kaspian.
"Kok ke luar?" tanya Aisyah dengan polosnya.
"Jadi lo mau gue ...." Kaspian tak melanjutkan kalimatnya.
"Ya ayok, kan kita udah suami-istri!" jawab Aisyah.
Kaspian memilih untuk ke luar kamar dan meninggalkan Aisyah di sana.
"Nggak! Nggak!! Gue nggak sebejat itu! Gue emang nakal, tapi gue nggak pernah perkosa anak orang! Kenapa dia tiba-tiba mau? Bego banget!" gerutu Kaspian.
"Ow, jadi lo cuma mau nakut-nakutin gue?" ucap Aisyah dari balik pintu kamar yang mendengar gerutu tersebut.
Aisyah tersenyum, tiba-tiba ia terkekeh. "Hehe! Jangan main-main sama Aisyah Nur Kumala Kencana!" ucap Aisyah mengambil seember air dari kamar mandi yang berada di dalam kamar Kaspian.
Ia menuang semua air itu ke atas kasur.
Aisyah juga merusak kasur di kamar tamu. Gadis itu tersenyum puas. "Mau nggak mau lo harus tidur di kamar gue yang Angker! Ha ha!" Aisyah tertawa sambil mencari keberadaan Kaspian.
Pria itu sedang berenang di halaman belakang.
"Sini istriku yang kaya raya anak konglomerat pemilik perusahaan tambang batu bara, Bapak Rohmansyah yang terhormat!" goda Kaspian begitu melihat Aisyah berdiri di balik pintu kaca.