Aisyah melongok melihat seisi rumahnya mendadak gelap gulita. Ia kembali menutup pintu kamar dan mengurung niat untuk ke dapur karena kondisi rumah yang minim cahaya.
"Tapi laper," ucapnya sambil mengusap perut yang sudah keroncongan.
***
Sedangkan yang terjadi di lantai bawah, Kaspian membawa kain putih dan berjalan perlahan menaiki anak tangga.
"Kalo takut, berarti lo harus hemat duit biar listrik tetap nyala! Jadi cewek boros bener!" gerutu Kaspian.
Aisyah melawan rasa takutnya dengan bekal senter dan berjalan perlahan menuju dapur di lantai bawah. Bertepatan dengan itu, ia bertemu dengan Kaspian yang berbalut kain putih.
Deg!
Jantung Aisyah berhenti berdetak. Darahnya berhenti mengalir. Kaki gadis itu mendadak lemas.
"Aaarghhh!!!" jeritnya terbaring di lantai.
"Aaarghhhhhhh!!" Aisyah terus menjerit dan membuat Kaspian semakin menakut-nakuti gadis itu.
"Huaaaa," ucap Kaspian semakin mendekat.
Sekuat tenaga, Aisyah bangkit dan kabur menuruni tangga. Hal pertama yang ia lakukan adalah menggedor pintu kamar Kaspian dengan kalang kabut.
Aisyah menangis sejadi-jadinya. Hingga Kaspian turun menemui gadis itu di depan kamarnya.
"Kenapa?" tanya Kaspian ber-akting.
Aisyah langsung memeluk Kaspian. "Heeeeeghh!! Nyalain lampunyaaa!! Heeeghh, gue takut!" jerit Aisyah sambil menangis dan mempererat pelukannya.
Kain putih milik Kaspian malah terjatuh dari tangga dan Aisyah melihat hal tersebut.
"Aaaarghhhh!!! Buka pintunya, cepet!! Bukaaa!!" jerit Aisyah semakin menjadi. Kaspian terpaksa membuka pintu kamarnya dan membiarkan gadis itu masuk.
Aisyah menyalakan lampu dan terduduk lemas di lantai sambil menangis.
"Lo kenapa sih?!" tanya Kaspian lagi.
"Heeeeeghh!! Nyalain semua lampunya! Gue takut!" jawab Aisyah.
"Takut apaan?" tanya Kaspian agar Aisyah menceritakan apa yang ia rasakan saat ini.
"Gue takut gelap!" ucap Aisyah sambil mengusap air matanya.
"Ya, siapa suruh lo boros?! Kita mesti hemat! Kan ini semua gegara lo!" omel Kaspian.
"Gue nggak bakalan boros lagi! Plis, nyalain lampunya! Gue takut!" pinta Aisyah sambil memohon.
"Nggak bisa, kita punya tagihan bank 145 miliar!" tegas Kaspian.
Aisyah kembali menangis.
"Udah-udah! Nggak usah kebanyakan drama! Gue mau tidur! Mending lo ke kamar lo, sekarang! Gue cuma mau kasih tau kalo lo udah langgar peraturan yang lo bikin sendiri! Padahal lo sendiri yang bilang kalo semua ruangan di lantai 1 itu kawasan gue, kecuali ruang tamu sama dapur! Sekarang lo masuk ke sini!" omel Kaspian.
"Gue boleh tidur di sini nggak?" Kalimat itu membuat Kaspian bergidik. "Gue takut!" lanjut Aisyah.
"Kesempatan nih," goda Kaspian.
"Nggak jadi deh!" tegas Aisyah dengan cepat.
"Nggak-nggak! Gue becanda doang!" balas Kaspian. "Lo bisa tidur di mana aja yang lo mau," lanjutnya.
"Tapi lo nggak bakalan apa-apain gue 'kan?" tanya Aisyah.
"Ya .... Paling dikit aja," goda Kaspian lagi.
"Nggak jadi deh! Gue mau balik aja ke rumah bokap gue! Pinjem HP lo bentar! Gue mau minta jemput sama Tere," respons Aisyah.
Tentunya Kaspian tak mau Aisyah berhubungan dengan abangnya lagi. Tere ikut serta dalam rapat keluarga. Ia mengetahui bahwa tagihan bank akan dilunasi oleh Abdul, drama berhemat ini hanya akal-akalan Kaspian. Kaspian tak ingin Tere mengetahui apa yang sedang terjadi di rumahnya.
"Ya udah, iya! Iya!! Lo bisa tidur di sini dengan nyaman, aman! Gue nggak bakalan apa-apain lo!" tegas Kaspian.
"Demi apa?" tanya Aisyah.
"Demi lo!" bentak Kaspian berbaring di atas kasur. "Tapi selimut gue cuma satu!" lanjutnya.
"Guenya gimana? Gue mau tidur di kasur. Lo tidur di lantai aja. Kan gue boleh tidur di mana aja yang gue mau," ucap Aisyah yang mulai tak tahu diri.
Kaspian menatap Aisyah dengan jengkel. "Kalo lo mau tidur di kasur, tidur sebelah gue! Enak banget gue disuruh tidur di lantai," gerutunya.
"Masa kita tidur berdua? Ntar kalo gue diapa-apain dari lo, gimana?!" omel Aisyah.
"Kalo lo nggak mau, ya udah!" ucap Kaspian menutup tubuhnya dengan selimut dan bersiap untuk tidur.
"Gue 'kan cewek! Gue mana bisa tidur di lantai! Ntar sakit!" omel Aisyah lagi.
"Terus kalo gue yang tidur di lantai, gue nggak bakalan sakit, gitu?!" balas Kaspian.
Aisyah terdiam dan bersandar di pintu kamar Kaspian yang terkunci.
"Kalo nggak salah, hantu bisa nembus pintu—"
"Aaarghhhh!!!" teriak Aisyah yang langsung melompat ke atas kasur begitu mendengar kalimat tersebut. "Jangan nakut-nakutiiiin!" Ia kembali menangis sambil memegangi baju Kaspian.
Pria itu malah terkekeh jahil melihat tingkah Aisyah.
"Bukannya lo alergi orang miskin ya? Ngapain megang baju gue! Lepas!" ejek Kaspian sambil memukul pelan tangan Aisyah.
"Aaarghh!! Jangan gituuuu! Gue takut! Udah miskin, jelek lagi, jahat banget sih lo jadi orang!" omel Aisyah sambil menangis.
"Kalo gue jahat, gue biarin lo di luar. Karena ini kamar gue! Lo nggak boleh masuk ke sini kecuali perintah dari gue! Gue biarin lo dimakan Genderuwo, Kuntilanak, diludahin pocong sekalian!"
Aisyah malah memeluk tangan Kaspian karena semakin ketakutan.
***
Jam 11 malam.
Aisyah masih menatap sekeliling kamar. Sedangkan Kaspian sedang bermain game online dengan ponselnya.
***
Jam 2 pagi.
Kaspian mulai mengantuk dan menyetel alarm agar bisa bangun pagi ini karena ada meeting di perusahaan Golden-Tam.
Aisyah yang melihat Kaspian hendak tidur, dengan cepat mengganggunya.
"Ya jangan tidur duluan dong! Gue belum tidur!" omel Aisyah.
"Gue ada urusan besok pagi!" bantah Kaspian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Aisyah membuka selimut tersebut agar Kaspian tak tidur mendahuluinya.
"Apa lagi sih?!" bentak Kaspian.
"Gue nggak bisa tidur," ucap Aisyah.
Mereka terus berdebat hingga adzan subuh terdengar. Kaspian ke kamar mandi. Aisyah mengikutinya dan duduk di depan pintu kamar mandi karena ketakutan.
Kaspian sholat. Aisyah berbaring di kasur dan melihat Kaspian. Perlahan-lahan mata Aisyah mulai mengantuk dan ia tertidur. Kaspian dengan perasaan kesal, malah ikut tertidur di sebelah Aisyah begitu menyelesaikan sholat subuhnya.
***
Dering ponsel membangunkan Kaspian di pagi ini. Sesuatu yang berat menimpa setengah tubuh pria itu. Ia menggapai ponsel yang tergeletak di atas meja. Sang ayah melakukan panggilan video padanya. Kaspian menjawab panggilan tersebut dengan mata yang masih sangat mengantuk.
"Kamu baru bangun?! Ini udah jam berapa, Kas?! Kita ada meeting sama klien dari brand luar negeri! Mereka mau kolaborasi sama perusahaan kita!" omel Abdul begitu melihat wajah Kaspian yang baru bangun dari tidurnya.
"Aku nggak tidur semalaman!" bantah Kaspian dengan suara parau.
"Siapa yang nyuruh kamu nggak tidur? Kan kamu udah tau kalau kita ada meeting hari ini!" omel Abdul lagi. Namun, pandangannya terfokuskan pada rambut perempuan di dada Kaspian. "Itu siapa?" tanyanya.
Kaspian masih mencoba untuk mengontrol pandangannya. "Aisyah nggak bisa tidur! Dia maksa buat aku nemenin dia! Dia juga baru tidur sekitar jam setengah lima!" jawab Kaspian.
"Itu siapa yang tidur bareng kamu! Kamu jangan macam-macam ya, Kas! Coba arahin kameranya!" tegas Abdul yang mengira bahwa Kaspian hanya mengarang kisah Aisyah.
Kaspian mengarahkan kamera ponselnya pada Aisyah yang tertidur pulas sambil memeluk dirinya. Kaspian terkejut bukan main. Ia sampai tak bisa mengucapkan sepatah kata pun kepada sang ayah.
Abdul malah tersenyum. "Jadi Aisyah nggak bisa tidur semalaman? Kalian begadang berdua?" tanya sang ayah.
Kaspian masih berada dalam keterkejutannya.
"Bilang dong kalo mau cuti bulan madu. 'kan Papa bisa atur jadwal. Kamu libur aja hari ini!" ucap Abdul dan memutus panggilan tersebut.
Kaspian langsung mendorong tubuh Aisyah untuk menjauh darinya. Aisyah benar-benar pulas. Ia tak terbangun sama sekali.
Mumpung dia tidur nih, Bos! (bisik pikiran kotor seorang Kaspian.)
Bisalah, nyentuh-nyentuh dikit. Lagian 'kan dia nggak bakalan sadar. (Lanjutnya.)
Kaspian hendak mendekati Aisyah. Namun ....
"Nggak-nggak! Gue cuma becanda! Gue bilang mau bikin anak sama dia dan rampas harta ortunya, itu cuma becanda! Gue nggak pernah serius soal itu!" bantah Kaspian bermonolog.
Kan dia istri lo. Apa salahnya nyicip dikit? (Pikiran itu kembali muncul entah dari mana.)
Kaspian duduk terdiam menatap Aisyah yang tertidur dalam balutan selimut.
Kecil banget ya badannya Aisyah? Enak sih dipeluk kalo cewek badan mungil gini. Coba deh peluk! Kalo nggak percaya!
Pikiran itu semakin menjerumuskan Kaspian. Hingga membuatnya berani untuk menyentuh pundak Aisyah. Tiba-tiba tangan Kaspian gemetar tak keruan. Napasnya menggebu-gebu. Bak dikejar pasukan perang, Kaspian mendadak lelah dan berkeringat.
"Nggak!!" tegas Kaspian dan pergi ke luar kamar.
Ia memasuki kamar tamu dan berbaring di sana.
"Nggak bisa nih gue diginiin! Gue cowok! Mana bisa nahan yang beginian! Astaga! Gue harus ingat, Aisyah itu menjijikan! Dia matre! Dia boros! Dia jelek! Dia gila! Gue nggak boleh pokoknya!" bantah Kaspian pada dirinya sendiri.
Rambutnya Aisyah cantik ya, Bos? (Pikiran itu kembali meracuni Kaspian.)
"Astaga, kenapa di otak gue ada rambutnya Aisyah?! Nggak-nggak! Rambutnya Aisyah itu banyak kutunya! Gue harus lupain!" Kaspian memukul-mukul kepalanya agar bayangan rambut Aisyah menghilang dari otak yang ia miliki.