Chereads / Ketika CEO Tampan Jatuh Cinta / Chapter 4 - Tante Lampir Mengalah

Chapter 4 - Tante Lampir Mengalah

Alaric merasa sudah saatnya ia menengahi masalah ini sebelum membesar, lagi pula sudah cukup malu dirinya ini karena terlibat di tengah keributan antara dua wanita di depannya. Yang satu wanita angkuh yang merupakan kekasihnya dan satu lagi gadis pemberani yang tidak ia kenal. Pada siapa ia akan berpihak?

" Wenna, jangan membuat keributan lebih dari ini. Mengalah saja " saran Alaric dengan nada tenang.

" Apa-apaan sih Al?! Aku ini pacar kamu, bukannya kamu bela, kamu malah dari tadi diam aja nonton aku dipermalukan. Sekarang apa? Kamu suruh aku minta maaf sama si tuyul ini?" pekik Wenna tak terima.

David berdeham pelan, " semua yang dicatat Ria, pelayan kami itu sudah sesuai dengan pesan Anda. Dan yang datang pun menunya sudah tepat. Tapi karena kami menghormati Anda sebagai tamu, maka saya pun mengalah dan memberikan ganti rugi. Jadi tolong, nikmati saja steak baru Anda dan pergi setelah ini agar tidak ada keributan lagi " tegas pria Prancis itu.

Wenna tampak ingin protes, namun Aika akan mengambil tindakan, " udah, Tante. Demi kebaikan bersama mending minta maaf aja. Aku juga males berantem lama-lama sama Tante, capek bicara sama orang yang cuma punya muka sama kepala tapi isinya kosong " cibir Aika.

" Pilihannya cuma ada dua, Tante minta maaf di sini atau masalah ini aku viralkan dan aku bawa sampai kantor polisi karena Tante udah nampar aku. Mau yang mana?" tawar Aika dengan ekspresi cerah.

" Aika, aduh.. kenapa sih kamu selalu bikin saya mau jantungan?" lirih Lauren.

Aika mengibaskan tangannya, " tenang aja, Kak. Ini Tante Lampir emang harus dikasih pelajaran biar tau rasa dan gak macam-macam lagi sama orang lain " balasnya.

" Tante, kita semua ini orang sibuk. Apalagi Tante itu model terkenal kan, KATANYA. Nah, jadi jangan buang-buang waktu. Tante mau jalan damai atau jalan ribut?" desak Aika.

" Al.. " panggil Wenna pada sang kekasih. Niatnya ingin meminta pertolongan, seperti biasa. Jika Alaric sudah turun tangan, tak ada yang mustahil bagi Wenna untuk menang dari gadis ini.

" Sudahlah, Wenna. Jalan damai saja. Kita pulang habis ini, ada banyak rekan bisnisku di sini " cetus Alaric.

Gigi Wenna bergemeletukan, masa iya dirinya harus mengalah pada bocah kecil lalu meminta maaf pada orang-orang rendahan di depannya ini?

Ah, baiklah. Kali ini Wenna akan mengalah karena sudah terlanjur seheboh ini. Tapi, jangan harap Wenna akan berhenti sampai di sini. Setelah ini, ia akan mencari tau semua tentang Aika dan menyiksa gadis kecil itu secara perlahan sampai meminta ampun dan bersujud di kaki ya. Lihat saja.

" Oke, maaf " ucap Wenna singkat dengan sikap ogah-ogahan.

" Hah? Gak dengar, ulang " perintah Aika.

" Maaf, " ulang Wenna lagi dengan nada sedikit kuat.

Aika tersenyum lebar, " bukan gitu caranya minta maaf loh, Tante. Pasti selama ini Tante gak pernah minta maaf ke orang ya? Makanya mau bilang maaf aja kayak dipaksa minum racun " kekeh Aika.

" Bilang gini, Maafkan saya yang sudah bercanda keterlaluan ke Mbak ini dan maaf ke aku juga jangan lupa" instruksi Aika.

Kesabaran Wenna benar-benar dipermainkan oleh si bocah kecil ini. Tangannya gatal ingin mencakar dan mengacak-acak wajah kurang ajar Aika.

" Maaf saya sudah bercanda keterlaluan pada kamu, " mata Wenna melirik name tag pelayan wanita itu, " Ria. Dan maaf juga padamu, Aika. Karena sudah menamparmu " ujar Wenna.

" Gak apa-apa, Bu. Maaf kalau saya ada salah " balas Ria yang masih takut dengan Wenna.

" Oke, Tante. Semoga lain kali kita gak ketemu lagi, soalnya kalau ketemu Tante bawaannya aku mau ajak ribut terus " kekeh Aika. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan melambaikan tangannya pada Wenna.

Akhirnya, keributan mereka selesai.

" Steak kamu masih utuh, " tegur Alaric mengingatkan.

" KAMU PIKIR AKU MASIH BISA MAKAN, AL?! " geram Wenna.

" Bisa, kenapa gak bisa? Kamu kan belum makan " balas Alaric santai.

Wenna mendengus sebal, Alaric ini memang pacar yang baik dan selalu menuruti semua keinginannya. Tapi, masa pria itu tidak ada inisiatif membantunya sedikitpun tadi sih? Meskipun Wenna tidak meminta bantuannya, kan harusnya Alaric membantunya agar tidak dipermalukan seperti tadi.

" Udah gak mood makan aku. Kita pulang aja, " ajak Wenna sambil membenahi tasnya dan bercermin pada cermin kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya untuk memastikan penampilannya sudah tidak sekacau tadi akibat siraman jus alpukat itu.

" Oke, kita pulang " putus Alaric. Memang semakin cepat pulang semakin baik.

Sembari melangkah, Alaric melirik sekilas pada Aika si gadis pemberani tadi. Aika tampak sangat ceria.

*****

Selama di perjalanan, Alaric dan Wenna hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Setelah tiba di lobby apartemen Wenna pun, wanita itu turun tanpa kata dan membawa belanjaannya sendiri.

" Mungkin dia ngambek " gumam Alaric sambil melajukan mobilnya meninggalkan lobby apartemen Wenna.

" Gadis tadi, menarik juga.. " kekeh Alaric. Entah kenapa, pikirannya terus terbayang aksi berani yang dilakukan Aika.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Alaric,

Wenna Lucionis :

" Nanti kalau udah sampai rumah, pesankan aku makanan dari Go-food. Aku lapar "

" Jangan yang goreng, kuah-kuah kayak Suki atau rebusan aja "

Alaric tidak berniat membalas Wenna sekarang, ia akan membalasnya nanti saat sudah tiba di rumah.

*****

Setibanya di rumah, Alaric berniat membersihkan tubuhnya sambil berendam di bath tub. Namun, dering panggilan masuk di ponselnya membuat ia menghentikan aktivitas.

Mommy is calling...

Dilara—ibunya menelepon.

" Halo, sayang?" sapa sang ibu ketika Alaric mengangkat teleponnya.

" Halo, Mom. Ada apa?" tanya Alaric to the point.

" Mommy dengar dari Wenna, katanya tadi dia terlibat keributan di restoran. Dia cerita sambil nangis, katanya kamu gak bantu dia padahal dia dipermalukan. Mommy ingin tau ceritanya dari kamu, " lontar Dilara dengan nada lembut.

" Hm, " Alaric berdeham sambil mencari posisi nyaman di bath tub.

" Ceritanya panjang, aku malas bercerita panjang lebar Mom " ujar Alaric.

" Oh, ayolah Nak. Mommy ingin tau " pinta Dilara.

Alaric mengetuk-ngetukkan jarinya di pinggiran bath tub, " aku akan mengirimkan rekaman CCTV dari awal cerita sampai akhir saja untuk Mommy tonton, oke?" tawar pria itu pada sang ibu.

" Oke, tapi Mommy tonton sambil telepon kamu ya. Kami, maksudnya Mommy dan Daddy penasaran. Jadi ingin menonton sambil bertanya-tanya pada kamu kalau ada yang kurang jelas "

" Baiklah. Aku juga ingin menonton ulang, " gumam Alaric.

" Hah? Kenapa kamu mau menonton ulang? Ada hal menarik?" tebak Dilara, firasatnya sebagai seorang ibu merasa ada sesuatu.

" Ada. Kita tonton saja, " kekeh Alaric sambil meminta David mengirimkan rekaman CCTV kejadian tadi.