Chereads / Ketika CEO Tampan Jatuh Cinta / Chapter 6 - Kehidupan Aika, Gadis Cantik Itu

Chapter 6 - Kehidupan Aika, Gadis Cantik Itu

Tak ada rintisan kesakitan dari bibir Aika, karena Anto—ayahnya, sangat tidak suka jika Aika menangis ataupun kesakitan saat disiksa. Biasanya, semakin Aika menangis atau meringis maka semakin kejam pula siksaan dari ayahnya.

" Gak kamu, gak ibu kamu, sama aja genitnya! Pulang malam-malam karena habis ngerayu cowok kan?" tuding Anto sambil menyeret Aika masuk ke dalam rumah.

" Enggak, Pa. Aku beneran habis ketemu editor, Papa telfon aja Kak Lauren buat nanya " bantah Aika dengan nada pelan. Takut jika di anggap melawan.

" Halah, malas. Paling juga kamu udah minta editormu itu buat bantu kamu bohong biar kamu bisa jual diri!" hina Anto.

Aika tersenyum miris sambil terus mengikuti langkah Anto terseok-seok, mau dijelaskan bagaimanapun bdan diberi bukti apapun, Anto akan terus menganggap Aika sama seperti ibunya.

Setibanya di dalam rumah, tubuh mungil Aika dihempaskan ke lantai. Anto terus memakinya dengan kata-kata kasar penuh hinaan dan tuduhan tak berdasar. Semuanya Aika telan layaknya pil pahit. Memangnya Aika bisa apa? Aika bisa saja melawan, tapi ia masih menyayangi kedua orang tuanya. Aika bisa saja kuat, seperti saat ia memberi pelajaran pada Wenna, tapi kembali lagi.. Aika itu bodoh, karena tidak ingin berpisah dari orang tuanya.

Pukulan, tendangan, dan tamparan Aika terima begitu saja. Tidak apa-apa, Aika kuat.

Sampai Irina—ibunya Aika pulang.

" Ngapain kamu?" tanya Irina pada Anto.

" Nah, baru pulang kamu? Puas habis menjual diri di luar sana?" tanya Anto yang langsung menuduh.

" Ngomong apa sih kamu? Ngawur ya?" balas Irina dengan nada kesal.

Anto dan Irina berdebat, suaminya itu terus menuduh Irina menjual diri karena pulang malam. Meski kenyataannya begitu, Irina mana mungkin mengaku. Ia tidak ingin yang hasil kerjanya dipakai oleh Anto untuk berjudi.

Istri yang menjual diri, dan suami gila judi. Sungguh pasangan yang sangat kacau, kan? Dan anak mereka satu-satunya, Aika Russela adalah pihak yang menerima luka paling banyak. Aika menjadi korban atas semua yang terjadi di dalam keluarganya.

Irina yang sudah kehabisan akal untuk membalas Anto pun akhirnya memilih cara yang sudah sering ia pakai untuk menghindari pertengkaran dengan sang suami, yaitu.. menyalahkan dan melimpahkan semua kesalahan pada Aika.

" Kamu tadi habis dari mana, Aika? Tadi mana lihat kamu masuk ke mobil Om-om " ujar Irina asal. Apapun akan ia ucapkan, yang penting ia bisa menghindar dari Anto sekarang.

Mata bulat Aika terbelalak, " Ma, tadi aku kan bareng Kak Lauren editor novel aku. "

" Apaan? Mana mungkin. Jadi maksud kamu Mama nuduh? Orang Mama jelas-jelas lihat kamu bareng Om-om kaya kok " sinis Irina.

Anto yang percaya dengan tuduhan tak berdasar dari sang istri pun berang, " KAN! KAMU ITU MEMANG JUAL DIRI DI LUAR SANA! DASAR PEMBOHONG! MANA UANGNYA DARI OM-OM ITU?!" bentak Anto sambil menarik rambut hitam panjang Aika untuk mendongakkan kepala putrinya.

" Enggak, Pa.. aku gak bohong " lirih Aika. Rambutnya terasa seperti dicabut paksa dari kepalanya. Namun, Aika tetap berusaha tidak meringis ataupun menangis.

" BOHONG! Mama itu gak mungkin bilang kalau gak lihat, masih berani bohong ya kamu?" pekik Irina.

Anto—yang amat sangat mencintai Irina pun percaya saja. Selama ini ia selalu marah-marah jika Irina pulang larut karena cemburu buta. Apapun ucapan Irina, ia akan percaya. Meskipun itu menuduh Aika, putri mereka.

Malam itu..

Aika akhirnya bisa tidur setelah berjam-jam dipukuli, disiram air, dan dipaksa kepalanya masuk ke dalam air oleh Anto. Irina tidak peduli, bahkan wanita yang menyandang status sebagai ibu Aika itu sudah tidur duluan membiarkan suaminya menyiksa Aika.

" Yang penting bukan aku yang disiksa, " begitulah moto hidup Irina.

Tetes demi tetes air mata Aika mengalir deras, ia bahkan menangis tanpa suara karena terlalu lelah. Hanya air matanya yang terus keluar. Aika tertidur setelah menangis beberapa saat.

*****

Paginya, Aika bangun dengan semangat yang terkumpul kembali. Pipinya bengkak, sudut bibirnya robek, keningnya membiru di beberapa area, tangan dan kakinya pun banyak luka bekas libasan tali pinggang, namun itu semua tidak menyurutkan semangatnya. Gadis muda itu bangun dan membersihkan diri, kemudian menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

" Pagi, Pa, Ma " sapa Aika pada Anto dan Irina yang baru keluar kamar dengan pakaian rapi. Irina kerjanya tidak jelas, yang pasti setau Aika dan Anto wanita itu bekerja sebagai pekerja kantoran. Nyatanya? Irina bekerja sebagai wanita penghibur, bukan karena kekurangan uang melainkan ia memang suka.

Dan Anto, ia memiliki toko pakaian di sebuah pasar namun uangnya selalu habis tak bersisa untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Semua kebutuhan keluarga, Aika yang biayai sejak menjadi menulis novel saat SMA.

" Pagi, " balas Irina dan Anto singkat.

Saat pagi hari, keluarga itu tampak seperti keluarga yang sebenarnya. Karena Anto tidak mabuk dan belum marah-marah, sedangkan Irina juga belum pergi bekerja. Jadi, tidak ada pertengkaran di pagi hari.

Aika pun sudah terbiasa bangun pagi dengan wajah dan tubuh yang penuh luka dan memar. Aika juga tidak berniat protes. Apapun yang terjadi, Anto dan Irina tetap orang tuanya.

" Sarapan pagi ini Nasi goreng seafood buat Papa dan Nasi goreng ayam buat Mama, " ujar Aika sambil menyajikan dua piring nasi goreng dengan topping yang berbeda.

Kedua orang tuanya memakan nasi goreng buatan Aika dengan lahap, dan Aika yang memakan nasi goreng telur pun tampak senang. Ia tidak malah jika harus memakan yang berbahan murah, asalkan orang tuanya makan yang sesuai keinginan mereka.

Lagi-lagi, Aika memang sangat bodoh. Tidak ada pertanyaan ataupun sebersit rasa khawatir dari orang tuanya soal Aika yang sehabis dipukul semalam. Peduli apa mereka? Mereka itu hanya menganggap Aika sebagai hewan peliharaan yang menjaga rumah, mengurus rumah, dan membiayai kebutuhan rumah.

*****

Sehabis kedua orang tuanya pergi, Aika pun merebahkan tubuhnya yang lelah ke atas kasur kamar.

" Padahal masih pagi, kok udah capek aja sih Aika?" kekeh gadis itu pada dirinya sendiri.

" Ayo, semangattt! Kalau kamu gak nulis, nanti biaya rumah dan makan Mama Papa siapa yang bayar?" ucap Aika menyemangati diri.

Gadis itu, Aika Russela. Berumur 18 tahun, baru lulus SMA tahun lalu dan tidak meneruskan kuliah karena sudah memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang. Yakni, menulis novel. Sudah cukup banyak novel Aika yang dicetak dan disebarluaskan hingga menghasilkan uang, hingga Aika merasa sudah cukup dan tidak perlu kuliah, apalagi kedua orang tuanya juga menentang keras Aika agar tidak kuliah karena di anggap buang-buang uang dan hanya menghabiskan waktu.

Orang tua Aika menuntutnya agar terus bekerja dan membayar jasa mereka sebagai orang tua yang sudah membesarkan Aika. Padahal, sejak kecil pun Aika hidup hasil dari belas kasihan para tetangga. Saat kecil pun, Aika di asuh oleh Nenek pihak ibu. Namun setelah Neneknya meninggal, Aika yang baru kelas 4 SD itu mulai luntang-lantung dan tumbuh besar dibantu oleh tetangga sekitar rumahnya. Jadi, dimana peran orang tuanya yang selalu mengatakan mereka membesarkan Aika?

" Mikir apa sih, Aika? Harusnya kamu bersyukur.. masih punya orang tua " lirih Aika sendu.

Setetes air mata keluar dari sudut matanya, " tapi aku capek.. boleh gak sih untuk sementara aku kabur aja?" isaknya kemudian.