Berulang kali Dilara memekik terkejut ketika mendengar ucapan Aika pada Wenna, sedangkan Edmond—ayah Alaric hanya diam menemani sang istri. Alaric juga menonton kembali rekaman CCTV kejadian sore tadi dengan perasaan yang sedikit tertarik pada Aika.
Selesai menonton, Dilara bertanya, " Al, siapa gadis itu? Dia lucu sekali, padahal mungil dan cantik tapi pemberani. Mommy suka, mungkin bisa Mommy minta jadi anak.. " kekeh Dilara.
Keluarga Millano entah kenapa seperti mendapat kutukan, yaitu selalu hanya ada satu anak di setiap generasi. Mulai dari kakek buyut, kakek Alaric, ayah Alaric, dan Alaric sendiri. Semuanya tidak punya saudara, mereka menjadi anak satu-satunya.
" Tidak bisa, " sanggah Alaric cepat.
Dilara bingung, " kenapa gak bisa? Kalaupun dia ada orang tua, kan kita bisa izin baik-baik ke orang tuanya. "
" Bukan, ah.. maksudku.. dia tidak boleh menjadi adikku " ralat Alaric sedikit gugup.
Aneh, rasanya Alaric tidak ingin Aika menjadi adiknya. Ia ingin punya hubungan dengan Aika, tapi bukan sebagai keluarga seperti itu. Entahlah, Alaric tidak tau apa maksud keinginan dirinya saat ini.
" Kamu tertarik padanya?" tuding Edmond yang sejak tadi hanya diam.
" What? Sinting, mana mungkin aku tertarik pada gadis belasan tahun!" bantah Alaric tergesa-gesa.
Edmond terkekeh mengejek, " kamu hanya gengsi, tidak ingin mengaku bahwa kamu tertarik pada gadis muda itu. "
" Eh, tapi... Kamu ingat permintaan dari Jordan kan, Al? " tegur Dilara mengingatkan.
Jordan Lucionis—ayah dari Wenna, kekasih Alaric, mengusir Wenna dan memutuskan hubungan lantaran Wenna bisa membuat citra nama keluarga Lucionis memburuk akibat perbuatan liarnya. Tapi, bagaimana pun seorang Ayah pasti tetap peduli pada putrinya kan? Itu sebabnya, Jordan mencoba meminta tolong pada Dilara yang merupakan teman sekolahnya untuk menjodohkan Alaric dengan Wenna. Bisa dibilang, Jordan menitipkan Wenna pada Alaric.
" Ingat, untuk menjaga Wenna kan? Tapi bagaimana jika Wenna sama sekali tidak berubah? She make me look like a helper, walking bank, and stupid boyfriend, Mom " ungkap Alaric dengan nada kesal.
* Artinya : Dia membuatku terlihat seperti seorang pesuruh, bank berjalan, dan pacar yang bodoh, Mom.
" Aku selama ini selalu mengalah karena kasihan, tapi Wenna bukannya berubah malah semakin parah. Sebagai contoh saja, Mommy sudah lihat sendiri kan bagaimana dia? She jokes and tries to make someone out of job just because she feels that poor girl's face doesn't fit there, as human beings we shouldn't be like that, right?"
Artinya: Dia bercanda dan mencoba membuat seseorang kehilangan pekerjaan hanya karena dia merasa wajah miskin gadis itu tidak pantas berada di sana, sebagai manusia kita tidak boleh seperti itu, kan?
" Bukannya munafik, aku juga tidak sebaik itu pada orang-orang. Tapi, aku tidak berniat mengusik orang lain seperti dia. Wenna itu sudah keterlaluan, aku bersabar selama setahun ini untuk dia manfaatkan. Bukankah sudah cukup?" lanjut Alaric dengan nada kesal.
" Hei, Nak. Kamu tampak sedang menggebu-gebu, padahal biasanya kamu orang paling santai. Apakah semangat hidupmu terpacu oleh gadis bernama Aika itu?" tanya Edmond yang sebenarnya yakin bahwa putranya tertarik pada Aika.
" Gosh, stop it. Kenapa dari tadi Daddy terus menyebut nama Aika? " gerutu Alaric.
" Because you look different since talk about her. You are interested in Aika, aren't you? " gumam Edmund.
* Artinya: karena kamu terlihat berbeda sejak membicarakan tentangnya (Aika). Kamu tertarik pada Aika, ya kan?
Dilara memutar bola mata kesal, Ayah dan anak ini memang sangat suka berbicara campur-campur antara bahasa Inggris dan Indonesia. Membuatnya kesal, meski diam-diam kagum karena para pria tampan kesayangannya itu terlihat keren ketika menggunakan bahasa Inggris.
" Mommy gak akan komen apa-apa soal ketertarikan kamu ke gadis muda itu ataupun soal hubungan kamu dengan Wenna, tapi sebisa mungkin bantu Wenna ya Nak? Kasihan dia, dari kecil ibunya sudah gak ada " tutur Dilara lembut.
" Ya, Mom. "
" Tapi, tetap yang paling penting itu kebahagiaan kamu. Kalau kamu bersama Wenna hanya untuk menjaganya tapi kamu gak bisa bahagia, lepas saja. Kebahagiaan kamu juga penting, sayang " ujar Dilara. Meskipun ia kasihan pada Wenna, tetap saja prioritas utamanya Alaric.
" Putuskan saja, " gumam Edmund.
Cubitan kecil Dilara layangkan pada sang suami, " kok malah ngajarin anaknya begitu sih, Dad?" gerutu Dilara.
" Sayang, Wenna itu anak orang bukan anak kita. Peduli dan jagain dia juga ada batasnya loh, lagi pula Wenna bukan hanya sekali dua kali berulah, melainkan sudah ratusan lain. Kita gak bisa terus-terusan menjaga orang yang sudah dewasa tapi gak mau berubah. Kesabaran Alaric juga ada batasnya, rasa kasihan kita juga harus tau batas, jangan malah memanjakan Wenna dan membuatnya semakin keluar batas " papar Edmund tegas.
" Ya, setuju. Apa yang Daddy katakan memang benar. Jadi, bisakah aku berhenti Mom? Aku lelah. Aku juga yakin Wenna bukan mencintaiku, tapi hanya ingin memanfaatkan aku " tambah Alaric.
" Berhenti saja, Alaric. Kamu sendiri yang tau dirimu, jangan dipaksa " cetus Edmund. Pria yang masih berusia 40 awal ini sangat pengertian.
" Iya, jalanin aja sesuai yang kamu mau. Nanti soal Papinya Wenna bisa kami yang urus, " putus Dilara akhirnya.
" Okay, thank you Mom and Dad. "
Alaric merasa lega, orang tuanya memang pengertian. Hanya tinggal menunggu waktu, sampai batas kesabarannya pada Wenna habis dan ia akan melepaskan wanita itu.
" Tapi Al, kamu benaran tertarik pada gadis itu ya? Mau Mommy cari tau soal dia?" tawar Dilara dengan nada senang.
" Aku tidak-" Alaric ingin membantah, tapi sesuatu di dalam dirinya seolah tak suka dengan bantahannya.
" Tidak apa, hm?" ujar Edmund.
Alaric menyugar rambutnya ke belakang, " ah, entahlah. Sudah dulu ya, Mom, Dad. Aku mau mandi " pamit Alaric.
" Iya, bye sayang " balas Dilara lalu mematikan sambungan telepon.
Setelah sambungan panggilannya terputus, Alaric menghela nafas pelan. Benaknya melayang pada berbagai ekspresi yang ia lihat dari Aika hari ini, " dasar gila, Alaric! Bagaimana bisa hanya sekali bertemu kamu sudah mengingatnya terus?" gumam pria tampan itu.
Senyum mengejek Aika, ekspresi berani, ancamannya, ah.. semua tentang Aika itu sangat menarik. Alaric bahkan sampai menyimpan video rekaman CCTV tadi sore karena ada Aika di dalamnya.
" Ini pasti hanya sekadar tertarik karena dia lucu, kan?" Alaric mencoba meyakinkan diri.
" Mana mungkin aku tertarik sebagai lawan jenis pada gadis mungil dan muda sepertinya "
Tidak bisa dibiarkan, Alaric harus segera mandi dan membuat kepalanya dingin.
*****
" Serius kamu mau diturunkan di sini, Aika?" tanya Lauren ketika Aika meminta diturunkan di gerbang komplek rumahnya.
Aika mengangguk, " iya, Kak. Di sini aja ya, terima kasih udah antar aku," balasnya dengan senyum manis.
" Oke, hati-hati ya Aika. Kalau udah sampai rumah, tolong kabarin Kakak " pesan Lauren yang khawatir pada Aika.
" Iya, Kak. Kakak juga hati-hati ya pulangnya, sampai ketemu minggu depan," pamit Aika. Ia pun turun dari mobil Lauren dan menarik nafas panjang, sebentar lagi ia akan kembali ke neraka yaitu rumahnya.
Ketika sudah hampir tiba di depan rumahnya, Aika mendengar suara teriakan dan barang-barang yang dibanting.
" Mulai lagi.. " lirih Aika.
Seorang pria paruh baya keluar dari rumahnya, " HABIS DARI MANA AJA KAMU, ANAK KURANG AJAR?!" bentak pria itu sambil menghampiri Aika.
" Aku kan udah bilang, Pa. Hari ini aku mau ketemu editor buat novel aku, " balas Aika pelan. Tangannya gemetar takut.
" Terus? Mana uangnya?" tanya Anto—ayah Aika.
" Belum ada, Pa. Kan hari ini baru ketemu editor, jadi harus diperiksa ulang dan diperbaiki dulu baru bisa terima uang " jawab Aika.
PLAKK, satu tamparan mendarat di pipi Aika, lagi. Tadi sore sudah ditampar Wenna, dan sekarang ditambah tamparan Ayahnya.
" UDAH PULANG SEMALAM INI PUN GAK BAWA UANG? GOBLOK!" maki Anto sambil menjambak rambut Aika.