Aku bertompang dagu agar kepalaku tak terjatuh menghantam meja. Di depan sana Pak Adi, guru Matematika itu sedang berdiri dan menjelaskan apa yang ia tulis, tapi entah kenapa yang terdengar di telingaku adalah lagu nina bobo. Meskipun beliau bilang dirinya tidak bisa bernyanyi, tapi suaranya mampu membuatku tidur pulas.
Aku berusaha menahan rasa kantuk, namun hanya dengan melihat papan tulis membuat mataku perlahan tertutup, lalu terbangun lagi ketika suara guru itu yang terdengar keras, kemudian terpejam lagi dan terjaga kembali.
Itu guru ngajar atau ngedongeng, Sih? Kok bikin ngantuk. Keluhku dalam hati.
Bagaimana bisa orang-orang mendengarkan penjelasan guru tanpa mengantuk?
Apa ini hanya berlaku padaku saja? Tanyaku yang tidak tahu apa jawabannya.
"Sst... Ta," bisik seseorang di sebelahku, Rio. Aku satu kelas dengannya, juga satu meja. Tapi, gak satu bangku, ya kali gue sama Rio....
"Dibawah ketek lo ada apa tuh?" bisik Rio. Mataku terbelalak, lantas ku angkat tanganku dan memeriksa bagian tubuh yang dikatakan Rio tadi. Setelah memeriksanya aku tidak menemukan hal apa pun yang mengganjal. Apa Rio menipuku?
"Oh, Nagita. Kamu mau mengerjakan soal nomor 5?" ucap Pak Adi menghampiri mejaku dan memberikan spidol. Oh, jadi ini tujuan Rio mengatakan ada sesuatu di ketiakku, agar aku mengangkat tangan di saat Guru menanyakan apakah ada yang meu mengerjakan soal nomor lima? Riooo, awas ya lo!
"Sa—saya pak?" aku menunjuk diri sendiri masih dengan ekspresi bingung.
Aku masih berharap untuk tidak maju dengan berpura-pura tidak mengakuinya.
Tapi, tidak bisa, dari sekelas yang tidak mau mengerjakan, Rio menjadikanku tumbal.
"Ya, siapa lagi?! Tadi saya bilang, 'siapa yang ingin menyelesaikan soal ini?' dan hanya kamu yang tunjuk tangan. Ayo, kerjakan!" perintah guru tersebut membuatku tidak bisa apa-apa.
Aku berdiri dan mengambil spidol yang diulurkan oleh beliau. Ku lirik Rio yang cekikikan diam-diam. Sebelum benar-benar maju ke depan aku mengucapkan sumpah serapah terlebih dahulu terhadap manusia alien yang ku sayang itu.
Dasar, tengil banget sih lo, Yo! Gue sumpahin lo pulang di begal!!!
Tapi kan, dia pulangnya bareng sama gue, gue juga ikut dibgal dong?
Aaaah, tau ah. Sekarang gue hanya perlu menyelesaikan soal nomor lima ini!
Aku marah pada Rio saat kejadian di pelajaran Matematika tadi, pokoknya kali ini aku gak akan menanggapi panggilan Rio. Bagaimana pun juga!
"Hm... Ta." Rio menyenggol lenganku.
Kali ini aku tidak mau kena tengilan Rio lagi. Cukup pelajaran MTK aja yang kena!
Tapi, emang akunya yang tidak bisa mengabaikannya. Aku meoleh dan berkata, "Apa?"
Wajah Rio panik sepanik-pankinya anak SD yang mau disuntik saat ada posyandu keliling, tubuhnya sedikit bergetar, pandangannya was-was. Ku lihat dia seksama. Tangannya berada di bawah meja seperti memegang sesuatu.
"Gue mau ngomong sesuatu. Tapi, gak enak sama lo," katanya dengan wajah panik.
"Yaudah, bilang aja!" kata gue sebal dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu.
Kalau mau bilang sesuatu bilang aja, gak usah bikin orang penasaran, huh!
"Serius, Nih?" katanya nampak gelisah.
"Iya gue dua rius malah!" kesalku.
Wajahnya mendekat ke telinga kananku. Aku sudah sangat siap untuk mendengar apa yang ingin ia bicarakan. Dengan gugup ia berbisik, "gue mau keluar...."
Kedua mata gue melebar mendengar kalimat itu, gaya bicara Rio sangat seksi sehingga membuat pikiran gue kemana-mana. "Anjir! Rio jorok lo, dasar omeess!!! Bisa gak sih lo itu bikin gue tenang sehariii aja!"
Aku beranjak dan memukulnya dengan buku tulis Bahasa indonesia dimana sekarang ini pelajarannya. Ia melindungi kepala menggunakan kedua tangannya. Bu Ruli segera merelai kami. Semua pasang mata melihat kearahku yang tiba-tiba saja mengeluarkan kata tidak baku dan hukumannya adalah hormat di tiang bendera selama pelajaran berlangsung.
Jadi, saya mau bilang ke Nagita, kalo saya mau keluar dari eskul fotografi yang di pimpin dia, Bu. Soalnya kebentrok sama les saya bareng Cinta. Itulah alasan Rio ketika Bu Ruli bertanya apa yang sedang terjadi, dan memang pikiran gue aja yang ngeres nganggap dia ngapa-ngapain. Akhirnya aku yang dihukum.
Kata Cinta soal UN itu yang terpenting kita harus mengerti ilmu dasar. Makanya Cinta mau ngajarin saya sepulang sekolah.
Cinta, Cinta, Cinta mulu. Ish! Gara-gara Cinta nih!.
Ini semua gara-gara cinta...
Gara-gara Cinta apa?
Karena Cinta gue jadi di suruh dua jam hormat di tiang bendera gini?! Ah, enggak. Itu mah gue-nya aja yang parnoan. Tapi, kok gue jadi benci yah waktu Rio sebut nama Cinta.
Ugh! Panas, gerah banget sih badan gue rasanya mau meledak. Bel pulang sekolah kapan siiih? Kalo di sekolah dua jam udah kaya dua tahun. Bagian di rumah satu hari udah kaya satu jam.
Aku lelaaah, lemas, letih, lesu, lungai. Adakah orang yang ingin menolongku dari dehidrasi ini?
"Kak." aku menoleh ke sumber suara dengan tangan yang masih dalam posisi hormat. Melihat gadis yang berdiri disampingku, alisku mengkerut. Cinta? Ngapain dia kesini? Bikin gue tambah badmood ajaa! Kesalku dalam hati.
Entah kenapa menyebut nama gadis itu saja aku jadi emosi, padahal kita saling mengenal juga baru tadi pagi. Telingaku panas ketika Rio berterita tentangnya, sekarang saat sudah saling mengenal aku makin panas melihat orangny saja.
Gadis itu berdiri di depanku dan menyodorkan botol air mineral ke arahku.
"Ini, lo pasti haus," kataya memberiku minuman dengan senyum manisnya.
Aku memang membutuhkan minuman itu, tapi kalau Cinta yang ngasih ...
"Gak usah, makasih. Sekarang ini gue masih di hukum dan tangan gue gak boleh turun sampai jam pelajaran selesai," tolakku secara halus, namun dengan intonasi yang nyolot abis.
Aku sudah bilang kan kalau melihat gadis itu saja aku sudah kesal, apalagi bicara dengannya? Dan sekarang gadis itu memperlakukanku dengan baik, aku merasa direndahkan olehnya dengan perlakuan seperti itu.
"Sayang banget ya, gue gak bisa terima pemberian lo, kalau aja lo kasih minumannya pas pulang sekolah." Aku sengaja bersikap seperti ini untuk menolaknya secara halus, kalau aku terang-terangan memperlihatkan sisi tidak sukaku padanya, Rio pasti akan marah.
"Tapi, kan, sekolah udah bubar lima menit lalu. Belnya rusak jadi kepsek kasih pengumuman pulang lewat speaker kelas."
What the....
"Eh. Jadi, udah pulang?"
"Iya, dari beberapa menit yang lalu malah.
Aku langsung merampas air dingin di tangan Cinta dan segera meneguknya sampai setengah habis. Umm, lemon tea! Segaaar.