"Yo, emang cewek lo gak cemburu liat kita kayak gini?" tanyaku di balik punggung Rio. Tanganku mencengkeram sweaternya agar tak terjatuh oleh laju motor yang seperti orang kesurupan ini. Dan lebih gregetnya lagi, tanpa helm!
Kadang aku suka heran, dia punya pacar tapi kalau pulang sekolah pasti selalu denganku, dilihat dari sikap Cinta yang sepertinya tidak suka denganku membuat aku berpikir apakah gadis itu akan cemburu ketika aku sedang bersama dengan Rio?
Aku mengaitkan daguku di pundaknya. Sangat nyaman ketika daguku bersandar di pundaknya. Rasanya sangaaat nyaman.
Dengan santai ia menjawab, "enggak."
Sudah, hanya satu kata itu doang jawabannya?
"Yakin, Cinta gak cemburu sama gue?" tanya gue mulai menggodanya.
"Engga, Ta. Gue udah cerita ke Cinta kalo lo itu sahabat gue. Apapun yang gue sama lo lakuin, ya karena kita sahabat. Atas dasar sahabat." Rio mengatakannya sembari sedikit menoleh ke belakang, ia melirikku yang tidak berseangat mendengar jawabannya.
Mendengar kalau hubunganku dengannya hanyalah sahabat membuat itu tubuhku melemas. Kita sudah sedekat ini dan hanya dianggap sahabat? Hellooo, daripada Cinta gue yng lebih banyak waktu bersamanya, daripada Cinta gue yang di antar jemput oleh Rio. Dan di banding Cinta, gue yang udah tahu isi kamarnya Rio.
"Tapi..."Aku mengangkat wajahku, nada bicaraku benar-benar sepert seseorang yang sedang putus asa. "Lo ga tau kan di dalam hatinya gimana? Cewek itu suka sembunyiin apa yang sebenarnya dia rasain. Contoh, dia bilang dia gak cemburu tapi, siapa tau di belakang lo dia maki-maki gue pas liat foto gue sama lo di instagram."
"Yo, gue ngomong kayak gini bukan karena apa-apa, tapi gue sama dia itu sama-sama perempuan gue harus menghargai perasaannya. Kalau gue jadi ia, gue pasti bakalan cemburu lah kalau pacar gue anter jemput cewek lain, kan gue pacarnya masa yang diperlakukan spesial itu sahabatnya? Cewek lagi sahabatnya."
Rio tertawa renyah. Manis, aku melihatnya melalui kaca spion.
"Jadi, maksud lo, lo suka sama gue gitu?" tanya laki-laki itu tiba-tiba.
Aku menganga. kenapa dia nanya bgeitu, itu adalah kebenarannya!
Apa perasaan gue akan ketahuan saat ini juga? Tapi gue gak kuat kalau gue harus dinobatkan sebagai orang ketiga antara Cinta dan Rio.
Tepat di lampu merah, ia menghentikan kendaraannya. Lalu menoleh kebelakang. Menatapku, melihat aku yang sedang melamun laki-laki itu melambaikan kedua tangannya d depan wajahku sambil berkata, "hey! ditanya malah bengong."
Suaranya membuyarkan lamunanku. Pipiku tentu saja memerah mendengar pertanyaannya barusan. Bagaimana aku akan menjawabnya? Aku tidak bisa mengakui perasaanku pada Rio di saat laki-laki itu sudah memiliki pacar!
Kok, tiba-tiba Rio tanya itu ke gue? Kalo gue bilang iya, apa dia mau putus sama Cinta dan jadian sama gue? Inilah yang terlintas di pikiranku. Kenapa ttiba-tiba saja dia menanyakan hal itu? Aku tidak bisa mengalihkan pembicaraan karena ia akan selalu menanyakan kembali pertanyaannya yang tidak dijawab.
Entah setan apa yang merasukiku, hatiku berkata untuk mengakuinya saja. Karena kalau bukan sekarang, kapan lagi aku bisa mengatakan kalau aku menyukainya? Ini adalah satu-satunya kesempatan karena belum tentu ada kesempatan lagi untukku mengungkapkan perasaan ini padanya. Gue harus mengungkapkannya sekarang! Batinku menyemangati diri sendiri.
"I-iya. Gue suka sama lo, Yo." ucapku malu-malu, aku menerjapkan mata tidak mau melihat ekspresinya. Aku menunggu bagaimana reaksinya mendengar pengakuanku itu, apa dia akan memberikan reaksi diluar dugaanku?
"Bagus!" aku membuka mata, sebuat ibu jari tepat berada di depanku. Rio menunjukkan ibu jarinya dan senym lebarnya. Aku bertanya-tanya, apa maksud dari kelakuan laki-laki ini?
"Berarti lo gak suka sama gue dong," ucap laki-laki itu kemudian.
Aku terdiam tidak mengerti maksud dari ucapan Rio barusan.
"Tadi kan lo bilang, kalo cewek suka sembunyiin perasaannya."
"Mereka juga suka mengatakan hal yang sebaliknya kan? Itu berarti kalo lo bilang suka sama gue berarti itu artinya gak suka."
Penjelasan itu membuat aku tercengang. Ternyata dia salah paham dengan apa yang aku katakan beberapa waktu yang lalu, dia mengingat kalimatku yang mengatakan kalau perempuan akan mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan apa yang ada di harinya.
"Hebat kan gue?!" ucapnya menyombongkan diri merasa dirinya hebat. Laki-laki ini memang sama sekali tidak mengerti perasaanku.
IYAAA HEBAT BIKIN BIKIN GUE EMOSIII!!! Ucapku dalam hati.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Plak!!!
Dengan kekuatan bulan aku memukul kepala Rio. Laki-laki itu meringis ketika kelapanya ku pukul. Mungkin, sekarang ia menyesal berkendara tanpa helm. Agak keras sih, pengendara lain di sekitar kami sampai menoleh seolah aku dan Rio sedang ada di acara reality show di mana si cewek marah pada si cowok.
Tapi maaf ya kita ini beneran dan gak lagi syuting katakan putus. Pacaran aja engga.
"Sakit, Ta!" ringisnya memegangi bagian kepala yang kupukul.
"Sukurin!" sengitku membiarkan Rio menikmati rasa sakitnya.
Lagian, siapa suruh bikin gue terbang terbang tinggi terus dijatuhin?! Sakit tau! Ucapku di dalam hati.
Tiiiin... Tiiin... suara klakson terus menggema di belakang kamu, saat aku lihat lampu lalu-lintas sudah menyalakan lampu hijaunya. Aku memukul-mukul pundak Rio untuk segera melajukan kendaraannya.
"Woy! Jalan dong, pacaran jangan di lampu merah!" teriak seorang bapak-bapak yang melongok dari mobil di belakang kami. Aku mengisyaratkan permintaan maaf pada mobil tersebut bersamaan dengan Rio yang menekan pedal gas.
Kami tertawa bersama, meskipun terkesan memalukan namun ini adalah satu dari sekian kejadian yang pernah kami lalui berdua. Selama bersama dengan Rio, banyak sekali kejadian yang membuatku bahagia, meskipun terkesan memalukan.
Kejadian aku yang menyatakan cintaku barusan, itu akan aku lupakan. Aku akan menganggap aku sudah menyatakannya dan bagaimana Rio menanggapinya itu bercanda atau serius biarlah akan menjadi urusan laki-laki itu. Yang penting aku sudah mengatakan perasaan yang tidak bisa ku ungkapkan. Terimakasih atas kejadian ini!
"Ta, nanti gue kerjain PR di rumah lo ya," kata Rio. Ya, PR tadi pagi belum sempat ia kerjakan dan nilai di pelajaran tersebut akan dikurangi. Meskipun begitu Rio tetap harus mengumpulkan PR-nya besok dan akulah tujuannya untuk mengerjakan PR tersebut.
"Gue gak yakin lo mau ngerjain PR, tapi gue yakinnya lo bakalan nyuruh gue yang ngerjain PR lo," balasku kembali menyandarkan daguku di pundak laki-laki itu.
"Hahaha ... tau aja lo tujuan gue sebenernya," tawa laki-laki itu.
Ya, gimana gue gak tahu tetang lo kalau gue suka sama lo, Yo.
Gimana gue gak tahu tentang lo kalau kita selalu bersama dalam waktu yang lama.
*****