Selamat Membaca
Semalam Gina sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Hari ini gadis itu langsung masuk sekolah lagi. Semenjak kejadian kemarin, Gina tidak pernah lagi bertegur sapa dengan Abila. Memangnya, siapa yang akan dengan mudah memaafkan kesalahan seseorang? Apalagi perbuatan Abila telah membuat Gina merasa bersalah. Karena dia harus merepotkan Reynand untuk menjaganya di rumah sakit selama empat hari.
Seorang gadis yang Gina kira akan menjadi titik terang bagi nasibnya di sekolah, ternyata memberi luka yang semakin banyak. Abila yang dulu berteman dengan mereka, menentang perundungan habis-habisan. Sekarang malah berubah karena satu hal, yaitu cinta. Ah, iya, sebenarnya bukan hal yang asing lagi di dunia ini, jika seseorang bisa berubah kapan saja karena cinta.
"Gina"
"Iya," jawab Gina dengan bahasa isyaratnya.
"Kepalanya masih pusing gak? Kamu gak lupa bawa obat, 'kan?" tanya Reynand sembari memakai helmnya.
"Udah gak pusing, sih. Ini aku udah bawa obatnya. Ada di dalam tas."
Reynand menepuk pucuk kepala Alaska dua kali. "Pinter. Yuk, kita berangkat." Gina mengangguk. Lantas, ia naik ke motor sport berwarna hitam milik Reynand. Seperti biasa, gadis itu akan memeluk pinggang pacarnya itu.
"Peluk yang kuat, ya. Nanti kamu jatuh."Gina mengangguk walaupun tidak bisa dilihat oleh Reynand. Dia mematuhinya dengan memeluk Reynand lebih erat lagi. Setelah itu, Reynand langsung menancap gas menuju SMA Tunas Bangsa.
Dua puluh menit kemudian, mereka tiba di sekolah. Dua orang sejoli tersebut langsung melangkahkan kaki mereka menuju Kelas Unggulan 1.
Bolehkah Reynand bersikap jahat sekali saja? Saat ini ia sedang bergandengan tangan dengan Gina seraya berjalan menuju meja mereka berdua yang terletak di barisan paling belakang. Reynand ingin memperlihatkan perlakuan ini kepada Abila. Dia ingin gadis itu sadar, bahwa Reynand memang secinta itu pada Gina. Jadi lebih baik Abila mundur saja.
"Kamu udah siapin tugas matematika?" tanya Gina melalui bahasa isyarat.
"Udah, nih. Kamu mau liat?"
"Enggak. Aku udah siap dari minggu lalu. Cuma nanya aja, takut kamu lupa bikin."
"Perhatian, nih, ceritanya?" tanya Reynand sembari terkekeh geli.
"Ya, bagus, dong. Kamu mau aku cuek-cuek aja?"
"Enggak! Enggak mau. Kamu harus perhatiin aku, begitu pun sebaliknya." Gina tertawa kecil tanpa suara. Lalu, ia mengangguk pelan.
"Manis banget, sih. Pacar siapa, hm?" ucap Reynand dengan suara pelan. Takut-takut ada yang mendengar.
Gina meletakkan telapak tangannya di dada Reynand. Tidak menjawab apa-apa. Hanya langsung mempraktekkannya. Tahu kenapa mereka bebas berlaku seperti ini di kelas? Karena memang tidak ada yang peduli. Sangat jarang anak-anak Kelas Unggulan 1 itu mengambil tahu tentang Reynand dan Gina. Jadi bila mereka berpegang tangan sekali pun, tidak akan ada yang sadar. Jika ada, orang itu pasti Abila.
"Selamat pagi, Anak-anak," sapa Bu Lita selaku Guru Biologi.
"Pagi, Bu," sahut seisi kelas.
"Kita mulai pembelajaran pagi ini, ya. Ibu mulai dengan absen dulu." Pembelajaran pertama pun dimulai dengan pelajaran biologi.
***
Sekitar enam jam mereka menimba ilmu hari ini. Kini waktunya siswa-siswi pulang ke rumah dan melakukan aktivitas masing-masing.Gina menepuk bahu Reynand dua kali. Sang empu pun menolehkan kepalanya ke arah sang kekasih. "Iya?"
"Kamu tunggu di parkiran dulu, ya. Aku mau ke minimarket depan sekolah."
"Sekalian pakai motor aja sama aku," ujar Reynand.
Gina menggeleng. "Jalanan, tuh, lagi macet banget. Banyak orang tua yang jemput siswa. Nanti kalau kamu pakai motor nyebrang, bakalan susah. Aku jalan aja, deket, kok."
Reynand tersenyum tipis. "Oke, tapi hati-hati, ya? Menyeberang jalan liat kanan kiri dulu."
"Iya."
"Aku bakal nunggu di halte bus nanti. Jadi kamu gak jauh-jauh lagi jalannya."
"Oke."
Lantas, mereka berpisah di depan gerbang. Gina langsung keluar untuk pergi ke minimarket, dan Reynand ke parkiran motor.
Seperti ketentuannya tadi, Reynand akan menunggu Gina Di halte bus. Nanti gadis itu akan menyeberang.Gina tersenyum lebar sembari memandangi kantong plastik belanjaannya. Beberapa makanan ringan ia beli untuk dimakan bersama Reynand di taman nanti.
Gadis itu mulai melihat ke kanan dan ke kiri sebelum menyeberang ke halte bus. Setelah dirasa aman, Gina melangkahkan kakinya. Seketika ia membelalakkan matanya lebar saat sebuah mobil berwarna merah melaju kencang ke arahnya. Mobil itu sudah sangat dekat. Gina panik, dia tidak tahu harus berbuat apa. Hendak lari pun rasanya sudah tidak mampu.
BRAKK!
Gina merasa dirinya didorong oleh seseorang ke pinggir jalan. Ia baik-baik saja, namun orang tersebut?. Gina melihat ke tengah jalan, dan tubuhnya langsung melemas. Ia tidak salah lihat, bukan? Dia Kenzaki Reynand Regantara. Seseorang yang telah menyelamatkan Alaska dari tabrakan mobil tadi.Beberapa warga yang ada di sekitar situ mengangkat tubuh Reynand ke halte bus. Gina segera menyeberang untuk melihat kondisi pacarnya. Sementara mobil merah tadi? Sudah melarikan diri.Gina menangis terisak-isak. Perasaannya campur aduk. Cemas, takut, tidak tenang. Sekelebat memori tentang percakapannya dan Reynand di rumah sakit tempo hari hinggap di kepalanya.
Kepala Reynand berdarah. Luka di mana-mana. Kondisi laki-laki itu tampak sangat mengenaskan.Gina mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan sesuatu.
"Saya, jadi saya tidak bisa bicara. Tolong bawa Reynand ke Rumah Sakit Cahaya Medika secepatnya, Pak. Saya akan menyusul dengan motor ini." Gina menunjuk motor sport milik Reynand yang terparkir rapi di depan halte.
"Bawa pakai mobil saya saja. Kebetulan ada di dekat sini," tutur seorang laki-laki yang diperkirakan berkepala tiga.
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama. Ayo! Kita harus bawa dia secepatnya. Sebelum terjadi sesuatu yang lebih buruk." Lantas, dua orang pria mengangkat tubuh Reynand masuk ke dalam mobil. Mobil itu langsung melaju dengan cepat menuju rumah sakit.Tubuh Gina bergetar hebat. Kejadiannya berlangsung sangat cepat.
"Tuhan, jangan ambil dia. Gina masih sangat membutuhkan Reynand," batinnya.
Gina memakai helm lalu menaiki motor sport Reynand. Perlu diketahui, gadis ini pernah diajari oleh Reynand untuk membawa motor besar. Maka bukan hal yang susah untuk Gina membawa motor Reynand. Gina membawa motor itu dengan kecepatan tinggi. Pikirannya hanya tertuju pada Reynand. Dia tidak mau kehilangan laki-laki itu. Dia tidak mau kehilangan pelindungnya. Jangan, jangan untuk saat ini.
Sesampainya di Rumah Sakit Cahaya Medika, Gina langsung masuk ke IGD untuk melihat keadaan pacarnya.
"Keluarga Reynand?"
Gina sontak berdiri lalu mendekati sang dokter. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan balasan. "Saya pacarnya, Dok. Gimana keadaan Reynand? Hmm, saya bisu. Jadi saya gak bisa bicara." Dokter Farrel menghembuskan nafasnya. "Kondisi Reynand saat ini sangat kritis. Kita belum tahu kapan dia akan sadar, yang pasti dia akan masuk PICU."
"Gimana sama hatinya, Dok? Reynand itu sakit kanker hati."
"Iya. Dokter Ghea sudah mengabari saya tentang kondisi Reynand. Maka dari itu, kecelakaan ini sangat berbahayanya untuk penyakitnya. Reynand mengalami gegar otak berat, sehingga menyebabkan dia koma. Untuk kanker hatinya, tidak ada masalah. Hanya saja kita harus pantau lebih ketat, takut kankernya semakin parah karena kecelakaan ini," jelas Dokter Farrel.
"Gegar otak berat? Jadi dia harus dioperasi, Dok?"
"Kita tidak bisa melakukan prosedur operasi sampai kondisi pasien stabil. Jadi kita harus menunggu Reynand sadar dari koma baru bisa operasi."
Gina mengangguk paham. "Terima kasih, Dok. Kalau gitu urus apa yang perlu diurus. Saya akan mengabari keluarganya Reynand."
"Baik. Saya permisi dulu."
Gina menghampiri Reynand lalu mengambil ponsel laki-laki itu di saku celananya. Lantas, ia mengirimkan pesan kepada Bi Sarti.
Beberapa menit kemudian, kedua orang tua Reynand, Bi Sarti, dan Mang Ijat tiba di rumah sakit.
"Anak saya kenapa? Kenapa dia kayak gini?" tanya Nagita sembari menangis meraung.
Gina mengetikkan balasan untuk Nagita. "Reynand ditabrak mobil karena nyelamatin saya, Tante. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya."
"Kenapa kamu balas pakai teks? Gak bisa ngomong?"
"Maaf, Tante. Saya seorang tunawicara."
Nagita mengusap wajahnya kasar. "Kamu kenal sama Reynand? Gimana ini bisa terjadi?"
"Saya pacarnya Reynand, Tante. Waktu itu saya mau nyebrang ke halte bus, saya habis dari minimarket. Pas di tengah jalan, ada mobil yang melaju ke arah saya. Saya udah gak bisa ngelag, dan tiba-tiba saya didorong ke tepi jalan. Pas saya lihat siapa yang dorong saya, orang itu adalah Reynand."
Tubuh Nagita melemas. Tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Reno. "Bagaimana bisa Reynand pacaran sama kamu? Saya gak salah liat, kan, ya? Kamu bisu, dan pacaran sama anak saya?"
Gina menunduk takut. Ia sudah menebak hal ini. Karena ini jugalah Reynand tidak pernah memberi tahu orang tuanya tentang hubungan mereka.
"Maaf, Nyonya. Kalau Nyonya pernah dengar nama Alaska, dia orangnya. Non Gina ini satu-satunya orang yang mau temenan sama Den Rey. Jadi wajar kalau Den jatuh cinta sama Non Alaska," sahut Bi Sarti.
"Kenapa harus seorang tunawicara? Apa kata rekan bisnis saya kalau tahu penerus Regantara Group pacaran sama cewek yang bisu? Pernah kamu mikirin itu, Sarti?" jawab Reno.
Bi Sarti diam tak berkutik. Jika dia menyahut lagi, bisa-bisa dia dipecat.
"PERGI KAMU DARI SINI! KAMU UDAH BISU, GAK SADAR DIRI, MAU-MAUNYA PACARAN SAMA ANAK SAYA! SEKARANG KAMU MALAH BIKIN DIA CELAKA! PERGI KAMU, GINA! JANGAN PERNAH DATANG LAGI!" teriak Naqia penuh emosi. Beberapa pasang mata sampai tertuju pada mereka.
Tubuh Gina semakin bergetar. Sungguh, dia sangat takut sekaligus sedih saat ini. Lagi dan lagi, kekurangan ini membawa kesialan bagi hidupnya. Gina berlari pergi meninggalkan IGD. Ia memberhentikan taksi yang berada di sekitar rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, Gina terus menangis. Dia khawatir akan kondisi Reynand. Dia juga kecewa dan marah kepada dirinya sendiri. Mengapa ia selalu menjadi beban untuk Reynand? Mengapa ia terlahir sebagai tunawicara?
Gina sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik. Ia selalu mencoba untuk memantaskan diri menjadi pacar Reynand. Ia selalu mencoba untuk tidak menjadi beban. Ia selalu mencoba untuk memberikan kebahagiaan kepada kekasihnya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Reynand koma karena dirinya. Ia juga tidak diterima di keluarga itu.
"Tuhan, sehina inikah diriku?"
Bersambung