"Oh, Tuhan! Maafkan aku, Will ... maaf ...," sesal Marion, kala melihat pakaian William sudah penuh dengan isi perut Marion. "Biar aku membersihkannya. Atau kau lepaskan saja semua, aku akan mencucinya sampai bersih—"
Tangan Marion tak henti mengusap sisa makanan yang menempel di permukaan kain yang masih melekat di tubuh William. Pria itu mencekal pergelangan tangan Marion demi menghentikan niat gadis itu.
"Tidak apa-apa, Marion. Nanti petugas kebersihan akan membersihkan semua. Kau tidak perlu khawatir." Pria itu melepaskan tangan Marion, kemudian mengulas senyum, meski dalam hati ia mengeluhkan juga siksaan batin yang harus ia alami sebagai calon ayah.
Kalimat itu lagi. Jangan ditanya bagaimana perasaan William karena itu. Ia bahkan nyaris melompat-lompat kegirangan saat ini. Namun, demi wibawa, dan imejnya di hadapan Marion juga rasanya penting, ia menahan diri untuk tidak melakukannya.