Alex masih sibuk dengan pekerjaannya maklum saja dia adalah CEO sekaligus pemilik rumah sakit tersebut, walaupun dia seorang yang memiliki kuasa namun alex tetap melakukan pekerjaannya secara profesional "Jadi ini identitas dirimu yang sebenarnya." Gumamnya dalam hati sambil menatap layar komputer yang menampilkan beberapa informasi penting serta foto dari rahman yang dia selidiki, dugaannya memang benar dan sesuai ternyata memang pria itu penyebab dari kematian saudara kandungnya.
Rahman yang sudah mengetahui fakta yang sebenarnya saat ini hanya bisa diam karena dia tidak mau rencananya gagal karena salah satu pelakunya adalah adik dari ayah mertuanya yaitu arifin dan satu lagi adalah ayah dari istri pertamanya, bisa di bayangkan bagaimana situasi hatinya saat ini penuh dengan kebimbangan apa yang harus dia lakukan saat ini dan di tengah kebimbangannya tiba-tiba pintu di ketuk tok..tok.. "Masuk.." "Maaf boss ada masalah besar." Rahman yang tadinya sedang duduk dan sibuk dengan pemikirannya pun terbangun saat melihat ekspresi anak buahnya lalu mereka dengan langkah terburu-buru langsung menuju ke tempat yang di maksud oleh anak buahnya.
Dinda tengah sibuk mengurus pasien korban kecelakaan yang baru datang dari kejauhan wandi memperhatikan gadis tersebut, entah sejak kapan perasaan itu muncul setiap kali wandi berpapasan dengannya atau sekedar menyapa dia merasakan suatu perasaan hangat di dalam hatinya lalu jika melihat dinda yang kelelahan pun dia mendadak khawatir "Kenapa setiap melihatnya hati ini menjadi hangat, lalu kenapa aku selalu salah tingkah jika berhadapan dengannya." Ujarnya dalam hati lalu tidak sengaja tatapan mereka bertemu dan dinda tersenyum padanya sontak hal itu membuat wandi jadi salah tingkah dengan berlalu meninggalkan IGD yang saat ini sedang ramai.
Silvia yang melihat suaminya pergi meninggalkan mansion pun terlihat gembira karena dia bisa bebas mau pergi kemanapun kemudian dia bersiap untuk pergi ke rumah sakit menemui alex namun tanpa dia sadari rahman sudah menyuruh seseorang untuk mengawasinya, silvia segera bergegas menuju rumah sakit dengan hati yang gembira karena suaminya tidak akan berada di rumah untuk beberapa hari ini. Saat tiba di rumah sakit dia harus sedikit kecewa karena alex sedang sibuk mengurus pasien lalu terpaksa dia harus menunggu beberapa jam di ruangan alex namun karena jenuh silvia pergi untuk membeli minuman di lobby rumah sakit setelah itu dia kembali dan melihat alex sudah berada di ruangannya kemudian wanita itu segera menarik alex untuk duduk di sofa bersamanya "Sayang..kamu sibuk ya." "Ya tadi ada beberapa pasien darurat di IGD." "Aku kangen kamu.. sayang." Silvia bergelayut manja sambil memancing g****h alex, entah apa yang ada di otak silvia saat ini yang dia pikirkan hanya bagaimana membuat alex tidak meninggalkan dirinya.
Ara yang saat ini berada di cafe pun sangat senang karena suaminya itu pergi untuk beberapa hari, bahkan steven pun bingung melihat ara hari ini karena wajahnya ceria sekali "Eh ra..loe kenapa?? Senyum-senyum sendiri..aku jadi ngeri." "Ih..kak steven..ara masih normal ya, ini karena si rahman gak ada di rumah selama beberapa hari." "Oooo.. pantesan kamu senang." Lalu mereka tampak asik bercanda hingga membuat para karyawan yang lain yang menatap mereka pun ikut tersenyum karena ara mengerjai steven. Alex berdiri di depan pintu masuk cafe sambil melihat kebersamaan sepupunya bersama ara dan dia sedikit terganggu karena wanitanya tertawa bersama pria lain walaupun itu sepupunya tetap ada rasa cemburu di dalam hatinya.
Kedua partner itu tidak sadar jika ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan mereka berdua hingga salah satu waiter menghampiri steven yang asik bercanda di area pantry, setelah di beritahu mereka berdua menoleh ke arah yang di tunjuk oleh sang waiter "Sudah selesai bercandanya??" "Eh bro..sorry gue gak tau loe datang..hehehehe." "Kak alex sejak kapan di situ?? Maaf kami gak lihat.. hehehhe." Setelah itu mereka berdua menghampiri alex dan duduk di garden area yang terletak di balkon sambil menyesap minumannya alex mengeluarkan ipadnya dan menunjukan sesuatu kepada steven dan ara, dan saat mereka melihat informasi yang di tunjukan ara tercengang dengan hal tersebut ternyata rahman adalah pemimpin dari grup tersebut.
"Tadi silvia datang ke rumah sakit." "Terus kak alex kenapa ke sini??" "Aku risih karena dia berusaha menggodaku, jadi aku tinggalkan dia di sana." "Tapi kakak gak tergoda sama dia kan." "Buatku dia sama seperti p*****r." Ara tergelak mendengar perkataan alex dan tertawa lepas bagaimana bisa kekasihnya itu menolak wanita secantik silvia yang berbeda dengan dirinya steven pun ikut tertawa mendengar hal itu, malam pun menjelang lampu LED yang berada di balkon menyala dengan gaya aesthetic menambah keindahan di tempat tersebut memang sungguh terlihat romantis sekali dan pengunjung pun makin banyak di tambah dengan hiburan live music yang di sediakan.
Silvia tampak kesal karena tadi siang dia di tinggal begitu saja oleh alex lalu dia menghubungi seseorang untuk segera membawa apa yang dia pesan, tidak berapa lama orang tersebut datang menemui silvia di mansion dengan membawa obat yang di pesannya "Ini pesanan loe, kalau gue boleh tau loe mau kasih ke siapa??" "Gue mau kasih buat alex, gue harus bisa menjadikan dia milik gue." Silvia sudah merencanakan untuk menjebak alex dengan memberikan dia obat p********g, setelah itu membuat hubungan ara dan alex hancur karena wanita itu sangat berambisi untuk bisa memiliki pria itu. Di saat alex sedang bersama kekasihnya beserta sepupunya terdengar ponselnya berdering saat di lihat silvia menghubungi dia dan memberitahu bahwa saat ini dia terjatuh di tangga, tentu saja hal itu membuat alex sedikit kaget lalu dia memutuskan untuk ke mansion dan menolong silvia karena menurut keterangan dari wanita itu di mansionnya tidak ada orang.
Beberapa hari ini memang silvia sedang tidak enak badan dan sering mual dia juga mengalami morning sickness karena dia sedang hamil anak dari rahman namun karena obsesinya terhadap alex dia tidak peduli akan hal itu, saat alex tiba di mansion memang keadaannya sepi tidak ada orang bahkan pria itu tampak heran kemana semua ART di rumah ini kemudian alex segera naik ke atas tepatnya ke kamar silvia lalu dia melihat silvia sedang tiduran dengan menggunakan baju tidur yang sangat sexy dengan bahan yang tipis yang menerawang namun alex tidak menanggapi hal itu dan dia segera memeriksa luka silvia "Lex tadi pesan makanan dan sekarang sudah tiba di bawah, bisa tolong ambilkan." "Oh ok..kamu tunggu ya." Setelah alex kebawah lalu silvia memasukan serbuk obat itu ke minuman alex dan dia segera menghubungi ara untuk menemaninya karena dia merasa kesepian dan takut sendiri, saat alex tiba dengan menenteng makanan yang dia pesan silvia langsung duduk di tempat tidurnya dengan di bantu alex lalu karena merasa haus dia meminta segelas air putih dan silvia segera menyerahkan air putih kepadanya dan tanpa rasa curiga alex meminumnya.
Setelah meminum air putih dari wanita itu alex merasa gelisah lalu seketika dia menjadi agresif, silvia yang melihat hal itu tersenyum lalu dia mendekati alex memeluknya dari belakang tapi pria itu segera menghindar tapi di saat dia mau keluar dari kamar wanita itu menahannya "Apa yang kau berikan padaku!!" "Aku yakin kau tidak akan mampu menahannya sayang.." Ya apa yang di katakan silvia memang benar efek dari obat itu sangat kuat apa lagi dengan kondisi silvia yang sangat menggoda, tanpa disadari dia segera membuka seluruh pakaiannya dan pakaian silvia lalu dia menggendong wanita itu ala bridal style saat ini silvia tersenyum puas karena alex sudah masuk dalam jebakannya tentu saja ini akan di lihat oleh ara dan di saat pergumulan panas terjadi antara silvia dan alex tiba-tiba saja ara yang baru saja datang langsung membuka pintu kamar silvia yang tidak terkunci betapa terkejutnya dia melihat kekasihnya sedang melakukan aktifitas panas bersama silvia.