Kepercayaan itu ibarat sebuah gelas..
Jika kita bisa menggenggam dengan kuat maka gelas itu tidak akan jatuh dan hancur..
Tetapi jika kita tidak bisa menggenggamnya dengan kuat maka gelas itu akan jatuh dan hancur berkeping-keping, bahkan tidak bisa diperbaiki lagi..
Dua manusia tanpa sehelai benang terpampang jelas di hadapan ara sungguh pemandangan yang sangat tidak layak untuk di lihat, kekasihnya bersama istri pertama suaminya sedang memadu kasih kini dia tidak tahu harus berbuat apa seakan waktu berhenti berputar hatinya hancur bahkan kini air matanya jatuh dia tidak menyangka pria yang dia percaya kini tega menghancurkan kepercayaan dirinya. Alex yang melihat ara sontak kaget lalu dia segera menghentikan aktifitas itu tetapi belum sempat dia menjelaskan ara sudah pergi meninggalkan kamar itu kemudian dia masuk ke kamarnya lalu mengunci pintunya "Hiks.. hiks..kenapa kamu tega kak..apa salah aku sama kamu sehingga kamu mengkhianati aku." Ara duduk menyenderkan badannya di pintu sambil memeluk kedua kakinya bahkan dia menangis sejadi-jadinya, alex yang panik langsung berdiri lalu memungut bajunya kini dia takut jika ara akan meninggalkan dirinya.
Silvia yang melihat hal itu tersenyum puas penuh kemenangan karena dia berhasil membuat kepercayaan ara terhadap Alex hancur bahkan kini dia ingin saat ini juga mereka berdua putus "Mau kemana sayang, kita kan belum selesai." "Wanita i***s kau sengaja menjebakku kan!!" "Ya kalau aku sengaja kenapa?? Dengar ya alex aku tidak ingin wanita manapun memiliki dirimu!! Karena kau hanya milikku!!" "Kau tidak akan bisa memiliki diriku!! Hanya ara yang pantas bersama denganku!!" Setelah perdebatan panjang bersama wanita itu alex pergi meninggalkan silvia lalu menuju kamar ara, dia mengetuk pintu kamar ara berharap dia membuka pintunya namun yang dia dengar hanyalah suara tangisan ara kemudian alex memutuskan untuk pergi dari mansion tersebut.
Pagi hari seperti biasa ara bersiap untuk pergi ke cafe lalu tiba-tiba silvia masukĀ dia duduk di sofa sambil tersenyum mengejek "Malam yang sangat manis sekali, alex memang terampil." "Baguslah jika alex bisa memberikan sebuah sentuhan manis untuk mba, tapi asal mba tahu ya aku tidak peduli akan hal itu." Setelah selesai menata dan memoleskan lipstik ara segera bergegas meninggalkan silvia sendiri dan tentu saja hal itu membuat dia sangat geram. Di tengah perjalanan saat ara sedang menyetir mobil ponselnya berdering kemudian dia melihat dinda menghubunginya lalu dia segera masang headset bluetooth dan merespon panggilan tersebut ternyata dinda mengajak bertemu di cafe saat jam makan siang lalu ara pun menyetujui permintaan dinda, biar bagaimanapun ara paling susah menolak ajakan dinda karena dia sudah menganggap wanita itu seperti kakaknya sendiri.
Dari tadi steven memperhatikan ara yang tampak murung dia pun berinisiatif untuk bertanya siapa tahu dia bisa membantu meringankan beban di hati ara, steven pun menarik ara menuju lantai dua lalu mengajaknya duduk berdua sambil menatapnya "Coba ceritakan padaku apa yang membuat dirimu murung, bahkan matamu bengkak..aku tahu kau menangis semalaman ra." "Hikss..hikss..kak apa pantas kak alex aku maafin?? "Kenapa kau bicara seperti itu??" "Kak..semalam aku tidak sengaja memergoki kak alex melakukan itu bersama silvia di kamarnya." "Apaaaa..kamu jangan bercanda ara." Lalu ara menunduk karena tidak kuat menahan air matanya lagi kemudian steven menggenggam erat tangan ara, dia tahu saat ini hatinya sangat hancur tetapi dia masih tidak percaya apa betul seperti yang di ceritakan ara padanya setelah berpikir dia memutuskan untuk menanyakan langsung pada sepupunya itu jika memang benar maka bersiaplah alex akan menerima pelajaran dari steven.
Jam makan siang pun tiba steven memberikan coklat hangat untuk ara dan disaat mereka sedang makan siang bersama di ruang kerja dinda pun tiba, ara langsung menyambut hangat wanita itu bahkan dia memesan makanan kesukaan dinda lalu dia segera bergabung bersama ara beserta steven "Ara kamu terlihat kacau." "Ara gak apa-apa kak, hehehhe.." "kakak tahu apa yang terjadi antara kamu dan mas alex, dia sudah cerita tapi saran aku beri dia kesempatan untuk menjelaskan dan kamu baca ini ya." Dinda memberikan hasil laboratorium kepada ara setelah dia membacanya kemudian dinda menjelaskan bahwa malam itu alex di berikan obat p********g hingga membuatnya lupa diri dan menjadi liar, ara terkejut mendengar hal tersebut namun apa yang dia lihat pun sangat menyakitkan walaupun kekasihnya itu di bawah pengaruh obat.
Alex tidak bisa fokus dengan pekerjaannya bahkan beberapa kali di saat meeting dengan dewan direksi dia terlihat melamun, bahkan membuat asistennya yaitu wandi bingung melihat bosnya itu karena baginya ini pertama kalinya alex tidak konsentrasi seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya "Bos apa kita tunda rapat ini sampai anda bisa berkonsentrasi??" "Hmm..baiklah kita tunda dulu sampai tiga hari, karena ada hal yang harus aku selesaikan..tolong kamu tutup rapat ini." Lalu sesuai instruksi wandi menutup meeting hari ini, ya wandi baru saja di angkat jadi asisten merangkap tangan kanan alex karena baginya wandi yang cocok di posisi tersebut. Wandi mengejar alex yang langsung masuk ke ruangannya dan saat dia membuka pintu alex terlihat sedang gelisah sambil memandang foto ara bahkan saat wandi masuk pun dia tidak menyadarinya karena terlalu larut dalam kesedihannya.
Tiga hari sudah ara dan alex tidak saling bicara bahkan kini mereka berdua terlihat murung, di saat ara sedang di pantry menyiapkan pesanan mamanya datang membawa kue kesukaan ara "Ara sayang..mama datang..ini kue kesukaan kamu." "Kelihatannya enak nich tante, aku boleh cobain gak??" "Ya boleh..ini potong dulu kuenya ya steve, tante mau ambil beberapa kotak lagi untuk yang lain biar sama rata." Ara tersenyum melihat steven yang menatap kue tersebut seakan ini memakannya semua tanpa tersisa, padahal yang dia tahu lelaki itu tidak suka manis tapi berbeda jika dia menyantap kue atau cookies buatan sang mama itu akan terlihat berbeda. Dewi yang menyadari anaknya itu sedang bersedih dia pun mendekati dan bertanya apa masalahnya saat ini akhirnya ara bercerita dengan mamanya dan menunjukkan hasil laboratorium dari dinda, emosi dewi memuncak melihat hasil lab itu dia berpikir bagaimana bisa silvia menggunakan cara licik untuk mendapatkan alex lalu dia berniat untuk membalas perbuatan wanita licik itu.
Malamnya alex datang ke cafe disana masih ada dewi yang menemani ara dan saat dia datang steven menatapnya sinis seperti ingin menerkamnya tapi dia sudah tahu mengapa steven seperti itu, alex sedang berjalan menuju pantry namun tiba-tiba steven keluar dari area pantry lalu buuuggghhhh.. satu pukulan mendarat ke alex hingga membuatnya tersungkur dan menyebabkan sudut bibirnya mengeluarkan darah dalam arti terluka hingga memancing emosi alex dan terjadilah baku hantam diantara mereka, para pengunjung yang melihatnya terkejut dan memisahkan mereka berdua yang sudah siap untuk baku hantam kemudian ara datang dari arah dapur lalu menarik steven bersama alex ke balkon tepatnya area outdoor yang saat ini tidak terlalu ramai kemudian mendudukkan mereka berdua untuk di sidang.
Ara bersama dewi duduk di depan mereka berdua sedangkan alex dan steven hanya bisa diam karena saat ini ara menatap mereka sangat tajam dengan rasa kecewa dan juga marah "Kalian seperti anak kecil tau gak!!" "Ara aku emosi sama pria b******k ini!!" "Siapa yang b******k asal loe tau, gue di jebak sama wanita i***s itu." Seketika suasana menjadi hening setelah perdebatan itu, ara yang tampak berpikir sedangkan kedua pria itu masih saling menatap seolah siap berduel lagi hingga merubah atmosfer balkon menjadi panas dan disaat situasi seperti ini dinda bersama dengan wandi tiba lalu mereka heran kenapa suasana menjadi canggung bahkan ara terlihat menahan emosi kepada kedua pria di hadapannya saat ini.
Dinda bersama wandi lalu berjalan ke arah meja yang di duduki ara dan bergabung bersama mereka untuk membantu memberikan penjelasan sekaligus menjadi penengah untuk mereka, lalu alex berlutut sambil menangis di hadapan ara sambil memohon kepada kekasihnya itu " Ara maafin aku.. please..aku tahu ini semua salahku karena mempercayai wanita itu hingga aku di jebak." "Kak..ara tahu ini sepenuhnya murni bukan kesalahan kamu, tapi hatiku sakit karena melihat itu." "Aku di bawah pengaruh obat itu ra..kumohon percaya padaku..tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Ara yang melihat alex tidak tega karena dia rela menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang lelaki demi mendapatkan maaf darinya namun ara bimbang dan bingung apa yang dia harus lakukan di satu sisi hatinya hancur namun di sisi lain dia sangat mencintai pria itu, apa dia harus memberikan kesempatan kepada alex untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan hanya korban dari jebakan silvia.