Chereads / Bunga Menikah / Chapter 9 - Pangeran Menjahili Bunga

Chapter 9 - Pangeran Menjahili Bunga

Pangeran menahan tawa, tahu kalau bunga malu. meraih 1 kursi putar yang ada di depan meja rias. lalu duduk mepet ke bunga.

"Belajar materi apa?" tanya sok akrab.

Tiba-tiba Bunga merasa ada yang aneh. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dadanya berdebar nggak karuan. Apa lagi bau sampho Pangeran tercium sangat wangi, bercampur parfum di tubuhnya yang memuat memenuhi indra penciuman. menggeser kursinya.

tatapan Pangeran tertuju pada bibir cemberut itu. Asli, tanpa olesan lipstik atau lip gloss yang sering digunakan intan. sejak kapan dia jadi membanding-bandingkan dengan bunga? memukul kepalanya pelan.

menatap kembali istrinya yang udah sibuk mengerjakan latihan soal di buku tulis.

"Suruh ngajari kok malah belajar sendiri sih?"

Bunga menoleh, masih dengan mulut manyunnya. "Kalau mau belajar bawa buku kamu juga. Mana ada orang belajar pakai tangan kosong gitu. Kamu pikir Belajar bicara?!"

Pangeran tersenyum mendengar Omelan Bunga. Melihat Wajah kesal Bunga, malah membuatnya jadi gemes dan seneng.

"Iya, aku ambil buku dulu."

Beranjak, berjalan keluar lewat pintu balkon menuju kamarnya. Mengambil dua buku yang ada dirak. Matanya yang tertuju pada ponsel yang berkedip diatas tempat tidur. Meraih ponsel itu, tertera nama intan si penelfon.

"Hallo, sayang. Kamu kemana aja sih, dari tadi aku telfonin gak diangkat. "Suara cempreng Omelan intan.

"Baru belajar." Jawabnya santai.

"Apa?! Belajar? Tumben."

"Iya, papa enggak bolehin bawa motor sama mobil kalau nilaiku besok ada yang merah." menghilang nafas dengan pelan.

"Sayang banget, padahal aku pengen ngajak kamu main ke clubnya Norma. Dia ngrayain hari jadian sama Kevin di sana."

Mata Pangeran berbinar, cukup tertarik untuk di keramaian. apalagi akan ketemu sama intan, kekasihnya yang selalu berdandan dan cantik dan modis.

"Aku usahain deh. Jam berapa? "

Terdengar tawa riang dari intan."

jam delapan. sayang. Aku tunggu ya.

Telfon berakhir. kembali meletakkan dua buku yang sudah berada di tangan. lalu ganti baju. nyemprotin parfum, masukin dompet ke saku celana dan mengambil kunci mobil.

papa dan mama yang duduk di sofa depan TV hanya geleng kepala saat melihat anak bungsunya berjalan keluar rumah sambil bersenandung.

"Papa nggak tegur pangeran?"

"Biarin, ma. Kita lihat aja besok. Biar dia tahu rasa berangkat sekolah naik angkot. Nggak dikasih uang jajan." Papa malah bersedekah dengan santai.

"Papa yakin mau menghukum Pangeran seperti itu?"

"Ma, tabrakan di Jogja itu udah kesalahan fatal lho. beruntung keluarga Pak Anis tidak menuntut pangeran. Bahkan Bunga sangat menghormati kita. Pangeran memang harus dikasih pelajaran. Apa bagusnya gadis yang dipacari pangeran itu. Cuma ngabisin duit terus."

Mama memilih diam, karena yang bapak sampaikan memang benar.

Tangan putih mulus itu di lengan pangeran. harga semua mata tertuju pada kedua manusia yang berstatus sebagai kekasih ini. gadis cantik dengan tubuh yang seksi. Dress di atas lutut tanpa lengan dengan dan cukup memperlihatkan dada yang menonjol. Bibir merah menyala dan rambut yang dibiarkan terurai itu sangat mempesona.

Pangeran tetap stay cool, berjalan mengikuti intan yang menyeret tangganya. Menyalami Dia, sahabatnya sekaligus teman sekelas.

Lalu beralih ke Kevin, cowok kelas dua belas dari sekolah tetangga.

Dia menatap tajam kearah pangeran, kelihatan kurang suka dengan kehadirannya. Intan yang menyadari itu, segera menarik lengan Pangeran untuk mencari kumpulan mereka.

mengajaknya duduk di sofa yang melingkar, ada Caca dan beberapa pria lainnya, teman kelas 12 semua.

Pangeran hanya sedikit tersenyum

memilih duduk dan mengeluarkan ponsel.

"Beib, aku ke toilet bentar ya." Bisik Intan. Pangeran hanya ngangguk dengan senyum manis.

"kamu kalau mau pesan minum, pesan dulu aja."

"Iya, sayang. Ntar aku pesen. jangan lama-lama, ya." pintanya dengan senyum manis.

Intan langsung mengecup pipi Pangeran dengan lembut. dia selalu kena saat melihat senyum ini pangeran. "Iya."

Pangeran kembali menatap ponselnya. Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

[Aaku Iqoar]

mengerutkan kening saat mendapat pesan singkat itu.

Melangkah dengan santai, berjalan bak model menuju ke toilet. Tentu banyak pria yang menatap ke arahnya.

salah satu dari mereka mengikuti langkah Intan. Berdiri di samping toilet wanita menanti Intan keluar.

Sreett!

menarik lengan Intan saat gadis itu keluar dari toilet.

"Aaaa!" teriak Intan karena cukup terkejut. "Kevin! Kamu ngapain?"

"Aku kangen." Kevin memeluk intan dengan penuh kerinduan.

Intan membalas pelukan itu. "kamu jahat! tidak pernah ada waktu buat aku!"

Kevin mengurai pelukan. "maaf, sayang. Dia meminta aku mengurus semua acara ini."

"kapan kamu putusin dia? katanya mau putus, malah ngadain acara kayak gini. "mulut merah menyala itu manyun.

"Sabar, sayang. Aku pasti putusin dia.

"malam Minggu kita ke puncak yuk." Rengek Intan ya memang suka berkelana.

Kevin terdiam, terlihat sedang berfikir. "Ok, besok aku atur."

"Makasih, sayang."

pukul 11. 30 malam

mobil sport warna merah memasuki parkiran rumah megah berlantai dua. Segera turun, mengunci remote mobilnya dan berjalan sambil bersenandung memasuki rumah. Keadaan rumah udah sepi. Itu artinya mama sama papa dan bik sari udah tidur.

Pangeran ngambil sebotol air dingin dari kulkas dan membawanya menaiki tangga.

"Yah, hilang. Nyarinya dimana ya."

terdengar suara dari kamar bunga. Bahkan lampu kamar itu masih menyala dengan terang. karena penasaran, Pangeran menempelkan telinganya kepintu.

"kok tulisannya jadi besar semua sih, "gerutu bunga dari dalam kamar. "Eehh ... kok udah pindah di atas sih. kok ada nama pangeran di sini?"

Ddrrt .... drrtt

ponsel Pangeran kembali bergetar. para tokohnya dan mengamati layarnya. ada sebuah pesan masuk lagi dari nomor tak dikenal itu. kembali keningnya berkerut.

[Izroil]

kangen Ayah pengen ke Jogja

menggaruk tengkuknya dan kembali berjalan masuk ke kamarnya. keluarga balkon setelah berganti pakaian.

"kok cuma ada nama pangeran aja sih? namanya arga nggak ada?"

kembali terdengar suara bunga yang menggerutu. rasa penasaran itu muncul lagi. Pangeran mendekati kamar bunga.

"Dasar bodoh!" merutuki bunga karena pintu balkon tidak dikunci. membuka pintu itu dengan percaya diri masuk ke kamar bunga.

terlihat bunga yang duduk di atas ranjang dengan ponsel layar tipis di tangan. Mulutnya manyun dengan jari telunjuk yang mengusap -ngusap layar.

Ddrrt .... ddrtt

Ponsel pangeran kembali bergetar, pesan masuk dari nomor itu lagi.

"yah, tulisannya pindah lagi. ini hp kok bikin kesel sih!"

Mata Pangeran melotot saat menyadari sesuatu. Melangkah mendekati istri sahnya itu.

"Jadi yang dari tadi ngirim pesan itu kamu?"

"Aaaa!! teriaknya cukup keras.

Pangeran langsung naik ke atas ranjang, membungkam mulut bunga dengan tangan.

dan langsung menatap wajah bunga