Anya mengeluarkan uang yang berasal dari dalam sapu tangan ajaibnya.
"Ada berapa?" tanya Xav seraya mengintip.
"Empat ribu lima ratus enam puluh dolar," bisik Anya.
"Hanya itu?" Xav histeris.
"Diam, kenapa kau berteriak kepada ku?!" Anya mendorong muka Xav yang posisinya terlalu dekat.
"Kalau bukan karena kau, kita bisa menggunakan uang ini nanti, untuk keperluan darurat!"
"Ya, ya, ya, aku tahu ini salahku!" Xav menunduk.
Keduanya kini duduk lemas di halte bis yang telah sepi sembari meratapi nasib sial yang baru saja mereka alami. Letak bandara lumayan jauh dari pusat kota, sehingga untuk mencapainya mereka harus naik bis. Karena sudah masuk jam malam, jarang sekali ada bis yang lewat. Terbukti, mereka sudah menunggu di halte itu hampir satu jam lamanya namun belum ada satupun bus lewat.
"Aahhh, mau sampai kapan kita disini?" keluh Xav sambil menguap-nguap.
