"Duh, salah lagi. Kenapa aku ceroboh sekali sih. Seharusnya aku tidak peduli dengan kotak tadi. Tapi kalau orang itu benar Renata bagaimana? Ya Allah, sebenarnya aku masih mencintai Renata tidak sih? Apa aku sudah jahat menghukum dia selama ini hidup di luar. Apa yang harus aku lakukan!"
Rangga berdiri menatap kepergian Wulan, dan melihat pintu gerbang terus menerus. Dengan tatapan sendu, dia tidak bisa mengatakan dan berpikir apa-apa lagi saat ini.
"Rangga, kamu kenapa? Masuklah. Bicara sama Ibu! Ayo!" Ibu mengajak Rangga untuk mengatakan yang sebenarnya. Ibu menuntun Rangga yang kini terlihat lemah.
"Bu, apa aku salah jika menikah dengan Wulan?"
"Itu terserah kamu saja, Rangga. Kamu yang menentukan. Ibu hanya bisa nasihati kamu untuk melakukan yang terbaik. Namun kebaikan itu hanya ada di hati kamu. Ikuti kata hati kamu."
"Iya, Bu. Tapi aku bingung."
"Apa yang buat kamu bingung? Sebenarnya kamu cinta tidak dengan Wulan?"
