Pagi itu, untuk pertama kalinya Rara masuk kerja di kantor Yuda. Sesuai alamat yang di berikan Yuda, Rara pagi itu datang lebih awal. Yang padahal, belum ada seorang pun yang datang saat itu.
"Waduh, kayaknya aku kepagian deh. Ini benar tidak ya kantornya Yuda?"
Tak tak tak
Rara berjalan di atas lantai keramik yang menimbulkan bunyi detak sepatunya dengan keras. Keadaan masih sunyi, belum ada orang sama sekali. Namun Rara tetap masuk untuk memastikan.
"Dih, kantor sebesar ini kok gerbangnya tidak di kunci ya? Kalau ada maling yang masuk bagaimana?"
Rara masuk dengan bebas dan terus menyusuri teras kantor. Namun tiba-tiba dia terasa ingin buang air kecil. Karena sudah tidak bisa di tahan lagi, Rara segera menuju belakang yang untuk mencari toilet.
"Coba aku lihat dulu di belakang, mungkin saja ada toilet di luar ruangan."
Kebetulan, memang ada toilet di luar kantor. Sehingga dengan cepat pula Rara untuk menuju toilet.
"Yah, malah mules juga nih perut. Bakalan lama nih di WC!"
Selain buang air kecil, Rara juga merasa ingin buang air besar. Kebiasaan Rara kalau di rumah, selalu buang air besar setiap pagi dan menimbulkan suara kentut yang besar. Juga pasti dia akan berlama-lama di dalam WC.
"Kebiasaan deh nih perut kalau pagi,"
Brott Brett!
"Ups, lega!"
Tidak lama kemudian, petugas kebersihan kantor sudah datang. Dia menuju ke toilet untuk di bersihkan.
"Ah, cek toilet dulu deh."
Office boy itu menuju toilet untuk mengecek apakah sudah di bersihkan.
"Oh iya, lupa. Kemarin sebelum aku pulang kan sudah aku bersihkan. Hem, tapi lupa kunci dari luar. Nanti tikus got masuk pula!"
Lalu OB itu pun mengunci satu demi satu pintu dari luar menjaga agar tidak ada binatang yang masuk. Termasuk toilet yang di gunakan Rara saat itu. Kebetulan, Rara juga asyik mendengarkan musik menggunakan handset. Jadi dia tidak mendengar kalau suara pintu sedang terkunci.
Setelah beberapa menit, Rara baru menyadari. Kalau dirinya hampir setengah jam di dalam. Melihat jam sudah menunjukkan angka ke delapan.
"Waduh, sudah jam delapan. Pasti kantor sudah ramai."
Rara segera membasuh diri lalu hendak keluar. Tiba-tiba, saja pintu terkunci ketika hendak dia buka.
"Loh, kok terkunci dari luar. Siapa yang sudah kunci ya!"
Brak!
Suara gayung seperti jatuh di sebelah toilet yang di gunakan Rara.
"Hah, suara apa itu? Sepertinya tidak ada orang sama sekali. Tapi kok ada suara barang jatuh ya! Ih, serem! Duh bagaimana aku bisa keluar ini?"
Tiba-tiba suara desahan kembali terdengar.
"Loh, kok ada suara desahan orang yang. Duh, aku panggil tidak ya! Nanti kalau aku panggil, ternyata hantu. Kan serem! Lebih baik aku telpon Yuda saja deh!"
Akhirnya, Rara memutuskan untuk menelepon Yuda untuk membukakan pintu toiletnya. Untung saja, Yuda sudah sampai di kantor. Namun menjelang datangnya Yuda, Rara terus mendengar suara pria yang sedang mendesah di sebelah toiletnya.
"Duh, Yuda lama banget sih. Nih lagi, orang sebelah lagi ngapain sih. Mau ganggu, mau panggil, takut salah." Ucapnya.
"Hallo, Ra. Kamu di mana? Kok tidak ada di toilet sih?"
"Tidak ada bagaimana? Jelas-jelas aku terkunci di sini. Cepat buka,"
"Ya masalahnya, kamu tidak ada. Memangnya kamu masuk toilet mana sih?" Tanya Yuda kebingungan.
Tidak lama kemudian, akhirnya Yuda menuju toilet pria. Ternyata, Rara salah masuk toilet. Dia masuk toilet pria yang pintunya bersebelahan dengan toilet wanita.
"Loh, kamu di toilet pria? Astaga!" Yuda membuka pintu. Lalu Rara keluar.
"Toilet kamu seram ya, kok bisa-bisanya aku di kunci dari luar."
"Di sini memang begitu, aku selalu perintah kan pada OB untuk kunci jika tidak di gunakan. Mungkin kemarin dia lupa kunci, jadi tadi pagi sewaktu dia datang langsung dia kunci."
"Oh begitu! Oh iya, di sebelah siapa yang pakai. Kok sejak tadi aku mendengar suara, Hem. Maaf. Suara desahan!"
"Suara desahan. Maksud kamu? Orang yang lagi berbuat senonoh?"
"Iya, Yuda. Coba kamu cek!"
Belum sempat Yuda buka, pintu toilet itu di buka dari dalam. Terlihat karyawannya seorang pria keluar dan membenarkan celananya. Tidak lama kemudian, di susul lagi dari belakang seorang pria juga keluar dan sedang mengelap mulutnya.
"Eh, Bapak!" Sapanya dengan senyum tidak enak ketika melihat Yuda sudah menunggu di luar. Terus mereka berlalu begitu saja.
"Astaga, apa yang sudah mereka lakukan?" Ucap Yuda. Lalu memanggil mereka berdua untuk menghadap.
"Candra, Bayu. Kemari kalian!" Yuda memanggil keduanya sebelum pergi jauh.
"Mau kamu apa kan mereka Yuda?" Tanya Rara.
"Kamu lihat saja apa yang akan aku lakukan sama mereka berdua."
Lalu Candra dan Bayu datang menghampiri Yuda saat itu dengan gelagat yang sangat takut.
"Kok mereka terlihat takut ya!" Ucap Rara lalu terkekeh.
"Iya, ada apa, Pak?"
"Kalian berdua, sudah berapa kali lakukan hal itu di kantor. Sudah berapa kali aku tegur kalian, kenapa pagi ini kalian ulangi lagi."
"Maaf, Pak. Kami tidak sengaja!"
"Haha, tidak sengaja!" Ucap Rara lalu terkekeh kembali. Merasa lucu ketika melihat dua pria yang saling menyukai. Sehingga berani melakukan hal tidak senonoh di kantor Yuda saat itu.
"Kamu bilang tidak sengaja? Setelah sudah terjadi. Hem, sepertinya sudah tidak ada ampun lagi untuk kalian berdua."
"Maksudnya, kami berdua di pecat?"
"Iya, kalian di pecat! Karena kantor ini tidak akan memperkerjakan orang yang selalu berbuat dosa. Mending nih kalau sama wanita, tapi ini sudah melampaui batas. Kalian menyukai sesama jenis. Memalukan!"
"Maafkan kami, Pak. Kami janji tidak akan ulangi lagi."
"Tidak, sudah tidak ada ampun lagi bagi kalian."
"Tapi, Pak."
"Tidak ada tapi-tapian. Pergi!"
"Pak!" Bayu mendekati Yuda bermaksud untuk merayu dengan genit. Rara yang melihat itu hanya tertawa dengan geli. Sedangkan Yuda menggeliat geli melihat tingkah Bayu.
"Heh, kamu mau ngapain?"
"Mau rayu Bapak supaya tidak pecat kami!"
"Oke, sekarang sudah terlihat siapa yang sudah menyalahi kodrat seperti perempuan. Bayu, kamu yang aku pecat, dan Candra tetap di sini kerja dengan aku."
"Loh, kok begitu. Tapi kami salah berdua."
"Kalian memang salah berdua, tapi di antara kalian berdua kinerja yang paling bagus adalah Candra. Dia juga normal seperti pria biasa, namun yang perlu di rubah adalah kebiasaan Candra. Dengan aku memisahkan kalian, setidaknya kalian tidak begitu dekat lagi."
"Dasar, kamu jahat!" Ucap Bayu dan berlalu begitu saja meninggalkan mereka. Hari itu terakhir dia datang ke kantor. Untuk selanjutnya, dia tidak dapat lagi bekerjasama sama dengan Yuda. Bayu pergi dengan gelagat seperti wanita, berjalan dengan body melenggang.