"Siap untuk?"
"Kalau kita benar-benar kehilangan semuanya."
"Semuanya?"
"Iya. Semua harta kita."
"Memang itu punyanya Mas?" Mala setengah tertawa.
"Kok ketawa?"
"Biar kamu gak keliatan terlalu serius." Ledek Mala.
"Ish... ditanya serius juga."
"Mas... apa sih yang benar-benar milik kita?"
"Kehilangan. Apa sebenarnya yang milik kita, dan apa sebenarnya pantas untuk merasa kehilangan, Mas?"
"Mas merasa bersalah kalau harus mengajakmu nanti kembali hidup susah."
"Susah? Agaknya perlu dipikirkan lagi."
"Hum?"
"Iya. Siapa yang bernilai seorang perawat ladang adalah pekerjaan orang susah? Pun siapa yang pantas menilai orang berdasi adalah pekerjaan orang kaya?" Mala bertanya seperti seorang pembawa acara di acara debat di salah satu stasiun TV. Namun, tetap dengan nada anggunnya.
Ardi makin makin mantap memilih hal itu. Esok, adalah penentunya.
***