POV Anita
Seperti kehangatan keluarga, Anita dan Ibunya pun sama. Mereka masih melanjutkan perbincangannya.
Sesekali terselip kisah masa lalu. Yang kembali diutarakan, untuk kemudian ditanggapi dengan rasa yang berbeda. Begitulah, waktu jadi peredanya. Termasuk perihal memaafkan.
Entah itu memaafkan orang lain, ataupun tak jarang yang lebih berat adalah memaafkan diri sendiri.
"Nak... setiap orang di dunia ini, rasanya mustahil tak pernah sakit hati. Hanya berbeda kadarnya."
"Ibu juga tentu pernah sepertimu. Merasa benci dengan seseorang. Bahkan, saat itu Ibu tak selembut sekarang. Ibu tak segan bermain fisik."
"Ibu tak segan menonjok dan melawannya begitu ada orang lain yang begitu mudah menyakiti orang lainnya. Tak peduli dia perempuan atau laki-laki sekalipun," tuturnya kembali memenuhi meja makan dua orang itu.
"Oh ya? Ibu suka beladiri memangnya?"
"Pernah ikut. Tapi sekarang sudah lupa."
"Oh ya? Pas Bapak masih ada dulu, Bapak tahu ndak, ibu pernah kegitu?"