"Mana tisunya, Fy?" Tangan Naran sudah menggantung di udara, berharap Ify segera memberikannya.
Tak adanya jawaban memaksa Naran untuk menoleh. Matanya kontan melotot ketika mendapati Ify sedang memandangi foto itu.
'Ah, lupa tak kusimpan di tempat lain,' batinnya mengerang.
Peluh sebesar jagung itu jatuh bertepatan dengan ketika Ify menatap gahar. Wanita itu memejeng fotonya dengan jari, memperlihatkan dengan jelas kepada Naran.
"Kok, masih simpan ini? Masih cinta banget, ya, sama Sofia?" tanyanya itu seperti bom yang siap meledakkan Naran. Menghancurkan tubuhnya menjadi kepingan kecil yang akhirnya habis dibawa burung pemakan bangkai.
'Sial. Dia pasti kesal lagi.'
Naran memaksakan senyum yang sebenarnya tak mau ia lakukan. Keramahannya ditunjukkan hanya demi untuk mengobati kekesalan Ify. Ia tahu wanita itu tak suka apa pun yang berkaitan dengan sofia.