Pukul empat subuh Ify sudah pergi menuju gedung pernikahannya. Selain untuk melangsungkan acara resepsi, di sana juga sekalian akan melangsungkan ijab kobul.
Betapa riang hatinya kini, seakan dunia milik sendiri. Ify ingin melompat bahagia, tetapi dia sadar melakukan itu nanti hanya akan membuatnya malu.
Dia teringat Sofia sepanjang dirias oleh MUA. Bibirnya menyungging sinis. Merasa yakin bahwa kini hati wanita itu tengah meradang.
'Dia pasti nangis bombay. Rasain!' kutuknya sungguh bahagia. 'Udah nikah sama cowok bermuka tembok gitu, dingin. Dia pasti menderita dua kali lipat. Karena Naran bakal nikah denganku, sementara dia terpaksa menjalani rumah tangga sama cowok itu. Iyewh.'
Hatinya menjerit keras. Puas akan ucapan batin sendiri. Mengira jika sangkaan-sangkaan itu adalah suatu hal yang nyata terjadi. Bahwa Sofia hidup menderita.