Pekerjaan sudah selesai. Namun, Nazam dan Mulyo belum juga pulang. Mereka menunggu kedatangan teman Mulyo yang merupakan seorang polisi.
Namaya Rio.
Tak sampai menunggu berjam-jam. Rio tiba.
Seketika Nazam terkesima kala melihat lelaki yang tampak berkarisma itu.
'Waduh, bahaya banget kalau sampai Sofia melihatnya.'
Konyol. Di detik-detik keseriusan itu ada, bisa-bisanya dia berkata demikian walau hanya dalam hati saja.
"Pak, ini Rio."
Ucapan Mulyo meruntuhkan segala khayalan Nazam yang baru saja jadi menara. Apalagi setelah Rio mengulurkan tangannya ke hadapan muka Nazam.
Kontan Nazam menerima jabatan tangan itu meski penuh dengan keraguan.
"Silahkan duduk," ucap Nazam kemudian menyuruhnya untuk duduk dan bersantai saja. "Mul, jangan lupa minuman sama cemilan, ya."
Tak lupa juga menyuruh Mulyo untuk menyuguhkan kudapan untuk tamunya.