Nazam berjalan cepat melebihi siput balap. Dengan wajah cemasnya, ingin segera sampai ke ruang kerja. Sebab, baginya, hanya di sanalah tempat teraman untuk membicarakan segala hal.
Sial, ketika berjalan secepat itu, ia malah tersandung ember berisi air. Kontan Nazam terjatuh, bokongnya mendarat lebih dulu ke atas ubin. Dan hal itu membuat wajah putihnya memerah.
"Astaga! Pak Nazam!" Mulyo kaget sekagetnya, nyaris melemparkan tab yang selalu tak pernah ketinggalan ke mana-mana.
Sementara petugas kebersihan yang saat itu sedang ngepel lantai di sana hanya berdiri sambil membekap mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangan. Terlampau kaget sampai tak mampu menggerakan kaki barang selangkah.
Alhasil air pel lantai itu menggenang di mana-mana sekarang. Dan tentu saja membasahi Nazam yang tengah terduduk kesakitan.
Antara sakit dan malu, Nazam berusaha meredam suaranya sampai kedua pipi mengembung bagai perut ikan buntal. Dan sepasang matanya melotot besar, kosong.
