Sofia jijik. Sungguh. Jika saja di dunia tak ada yang namanya hukum, sudah dia enyahkan Naran dengan tangannya saat ini juga. Entah mengapa, rasa mual di hatinya kian menggunduk saja.
'Seenaknya saja datang dan pergi. Dia pikir aku ini apa?! Apakah wajahku tampak seperti pelacur yang bisa didatangi dan ditinggalkan begitu saja? Sialan!' erang Sofia tak tahan.
Air mata telah menggunduk di pelupuk mata. Hampir meluncur bebas, tetapi sekuat hati masih dia coba tahan agar tak jatuh.
"Sofia ...." Naran menyentuh, bahkan menggenggam punggung tangan wanita itu dengan berani.
Wah. Ini adalah hal terkurang ajar yang pernah Naran lakukan. Dan hal itu akhirnya bisa mengeluarkan Sofia dari keterdiaman yang sedari tadi merantainya untuk tetap bungkam.
"Naran! Apa yang kamu lakukan!" pekik Sofia.
Di saat sama, Rio menghampiri, mencoba menarik lengan temannya sebelum sebuah keributan besar terjadi. Lelaki itu tahu jika Sofia tak sendiri. Pasti datang bersama suaminya.