Naran mendesah dalam sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai ke sandaran kursi kerja. Demi apa pun, dirinya sungguh belum siap menghadapi ayahnya secara langsung setelah hampir dua hari bolos bekerja.
Semua hanya gara-gara galau badai memikirkan dusta istrinya. Tentang Ify yang bertindak tanpa sepengetahuannya. Dan dia benar-benar kecewa.
Lalu, melampiaskannya dengan cara mabuk-mabukkan seperti biasa. Kebiasaan buruk yang tak pernah bisa Naran hilangkan.
Namun, suara aneh mendekat ke ruangannya. Perhatian Naran pun teralihkan. Menatap pintu utama ruang kerjanya penasaran.
"Apa itu? Terdengar seperti kaki bangku atau meja yang digeser-geser."
Naran berdiri. Melangkah mendekat ke arah pintu. Dia heran, apakah mungkin di luar ruangannya ada setan yang memainkan kubikel kerja kosong? Tidak mungkin, kan? Pikinya.
BRAAAK!
"NARAAN!"
Suara menggelegar muncul bersamaan dengan hantaman keras di sebalik daun pintu. Mengakibatkan Naran hampir jantungan di tempatnya.