Ify baru kembali ke rumah ketika acara sarapan pagi keluarga telah selesai. Semua mata menatapnya serius.
"Fy, kenapa diam aja di situ? Ayo ikut gabung sarapan," ajak ibu mertuanya seramah mungkin.
Mereka semua sudah mendengar kabar bahwa dia menginap di rumah ibunya yang baru.
"Keluyuran aja. Memangnya kamu pikir bisa seenak jidat bolak-balik begini?!" Seperti biasa, nenek Naran memang paling culas dan selalu cari masalah dengan Ify.
Ify menunduk. Memperlihatkan akting sedihnya seperti yang selalu ia lakukan.
"Maaf."
Satu kata ini sulit sekali keluar. Dan Ify memaksakan diri. Semua hanya untuk membuat keadaan menyebalkan ini segera berakhir.
"Sudahlah, Nek. Ify cuma ke rumah ibunya. Nenek juga seorang ibu, kan?" bela Naran.
Diam-diam bibir Ify menyungging tipis. Sangat tipis sehingga tak ada yang menyadarinya.
Davin memilih bungkam. Namun, matanya terus memandang sang menantu dengan tidak suka. Ia ingat dengan apa yang Ify lakukan kemarin. Yaitu membongkar rahasia bodohnya.
