Sofia dan Nazam masih belum memejam mata usai melaksanakan malam indah mereka. Di bawah cahaya yang tipis dari lampu hias di nakas, mereka masih bertaut saling memeluk.
"Jadi, kamu memilih untuk ikhlas sekarang?" tanya Nazam dalam keheningan malam.
Sofia mengangguk pelan dalam dada hangatnya.
"Aku akan tetap menjenguk ayah setiap hari mulai sekarang, Mas mengizinkan, kan?"
Dia menatap nanar bola mata Nazam. Berharap banyak.
"Tentu Sayang. Mana mungkin aku akan melarang istriku bertemu dengan ayahnya. Kamu ngaco," jawab Nazam diselingi tawa. Dia juga mencolek batang hidung Sofia. Kadung gemas.
"Makasih, Mas." Sofia berucap tulus. Sungguh, ia sangat bersyukur memiliki seorang suami yang sangat pengertian.
Sofia termenung. Kembali diingatkan akan sosok sang ayah. Wajahnya seakan menari-nari di kepalanya. Ia cukup sedih karena tak puas melepas rindu pada sang ayah karena waktu itu perasaannya sedang dipenuhi dengan emosi.
