Hujan turun di siang bolong, tetapi hal itu tak membuat Beno kedinginan. Yang ada malah tambah gersang. Dia yang masih menangisi segala hal tentang rasa bersalahnya terus merasakan sesak hebat dalam dada.
"Bang, tolong bicara yang jelas. Kalau Abang gini terus, mana paham aku," ucap Sofia mulai merasa sedih tanpa alasan. Mungkin karena melihat kakaknya menangis sesegukan seperti ini.
Entahlah, Sofia tak mengerti. Sebab ini kali pertama dirinya melihat sang kakak seemosional inu.
"Padahal suami lo udah bersedia kasih pinjam gue dananya. Calon investor juga udah siap kerjasama. Tapi semua gagal karena ide ayah dicuri."
Beno tambah histeris. Dia melepas genggaman tangannya. Duduk, meremas rambut kepala frustrasi.
Gagal? Apa maksudnya? Sofia bertanya-tanya dalam hati.
"Bang, apa ada masalah dengan urusan kantor? Kenapa kamu begini, hm?"
Sungguh. Sofia sama sekali tak mengerti dengan apa yang kakaknya katakan. Terlalu berbelit dan membuat bingung.