"Maka dari itu saya juga sering meragukan kamu, takutnya kamu dan laki-laki yang lain sama saja. Awalnya manis di ujung pahit."
"Bukankah pahit dulu yang kamu rasakan bersama saya?"
Kening Anna pun mengernyit seraya memandangi Aksel sebab saat itu Aksel mengatakan hal tersebut dan juga meminum kopinya.
Bila Anna pikirkan kembali, memang apa yang dikatakan oleh Aksel itu benar, awal mula bersama Aksel bersama kepahitan dahulu barulah beberapa hal manis yang dia dapatkan. Tetapi, Anna tetap saja harus berhat-hati karena ia sudah teramat sering dibohongi oleh laki-laki.
Sebenarnya sedari awal tidak ada niatan apa pun dari Anna untuk dekat dengan Aksel. Tujuan Anna hanya ingin bekerja dengan gaji yang tinggi hingga ia bisa keluar dari rumahnya, meninggalkan beberapa luka di sana.
Namun, Tuhan berkata lain, Anna bukan hanya mendapatkan gaji yang besar untuk menghidupinya tetapi juga ikut bersama Aksel untuk tinggal bersamanya.
"Mereka itu tetaplah mereka, saya beda."