Sheilah tidak bisa mencerna apa yang diucapkan oleh Lin barusan.
"Melahap? Aku ini musuh kalian tapi aku tidak sebejat itu,"
Lin menggeleng saat mendengar pernyataan Sheilah barusan. Dia ingin berbicara kembali tapi urung saat Han di pangkuannya merintih kesakitan.
Sheilah melihat tubuh dan wajah Han yang sedikit demi sedikit terurai menjadi serpihan-serpihan cahaya kecil. Lin menangis dan mulai meraung-raung memanggil namanya.
"Susah dipercaya. Matinya pun tetap tidak bisa dikebumikan," sesal Sheilah.
Sesaat si suara berbicara lagi di dalam kepalanya. "Penguraian tersebut disebabkan terjadinya penyebaran molekul yang terlalu banyak menyerap atom negatif yang dilepaskan dalam dimensi–"
"Bisa gak dijelaskan dengan lebih gamblang?" desis Sheilah memotong penjelasan suara di kepalanya.
"Permintaan diproses, mengubah pembicaraan ke mode santai. Kini mode santai sudah digunakan ... intinya, mereka berdua terlalu lama berdiam di dimensi luar dunia sehingga ketika mati tubuh dan ingatannya akan menghilang menjadi energi tanpa ada kejelasan."
Sheilah mengangguk-angguk menerima jawaban si suara. "Ah, sebenarnya aku masih kurang paham, sih. Tapi intinya dia tidak bisa dimakamkan seperti manusia pada umumnya, ya?"
"Benar," jawab si suara. "Jika mau, Anda bisa mempertahankan ingatannya dalam (lautan memori) milik Anda," lanjutnya.
"Lautan memori?"
Sebenarnya Sheilah masih ingin bertanya, tetapi apa yang terjadi di hadapannya saat ini lebih genting. Tubuh Han tersisa separuh dengan wajah yang hampir seluruhnya hilang.
Lin meratap, menangis, dan berteriak, "Tidak ... tidak! Jangan tinggalkan aku sendiri! Kita bisa memulainya lagi dari awal. Jadi ... kumohon, jangan pergi!" raungnya.
Han tersenyum dengan bagian wajah yang tersisa. Tangannya yang masih proses penguraian terulur menyentuh wajah Lin, berujar tenang, "Jangan ... khawatir ...."
Sheilah segera memanggil suara yang berada di kepalanya. "Hey, suara. Tuntun aku cara menyimpan Han ke dalam lautan memori," titahnya.
Si suara menanggapi. "Apa Anda mengizinkan?"
Sheilah mengangguk. Dia mendekat kepada Han, menaruh tangannya diatas dadanya.
"Lin, aku tidak melahapnya. Namun, akan kuselamatkan dia–"
Sekejap Lin memegang tangan Sheilah, memotong ucapannya dengan permintaan, "Bawa aku juga! Aku pernah membaca manuskrip lain soal ras emas. Keunikan mereka yang memiliki (lautan memori) akan menyambungkan kenangan-kenangan yang saling terpaut."
Sheilah menatap Lin, berkata memastikan, "Kamu yakin? Itu hanya mitos belaka. Kamu selamat, sehat, dan normal. Lin juga cantik. Aku yakin kamu bisa dengan mudah mendapat pekerjaan normal disini dan hidup damai."
Lin menggeleng dan memeluk Han. "Aku tidak bisa hidup dalam penyesalan. Aku sudah menemukan cintaku, dan itu sudah cukup. Kumohon dengan segenap jiwaku, bawa aku juga bersama Han," pintanya.
Sheilah beralih ke arah Han dan melihat isyarat pesan yang tergambarkan di matanya seolah-olah berkata 'tolong selamatkan Lin agar tetap hidup di dunia ini'.
"Maaf, Lin ... aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Kuharap kamu tetap hidup dan menjalani kehidupan yang baru," putus Sheilah.
Air mata Lin semakin mengalir deras ketika mendengar penolakan Sheilah. Dia menangis tergugu. Wajahnya yang sudah bersimbah air mata semakin terlihat mengenaskan.
Sheilah tidak bisa mementingkan ego dengan menghibur Lin dulu baru menyerap Han. Dia merasa harus segera memindahkan Han ke lautan memori atau tubuhnya akan terurai habis dan tidak bisa diselamatkan lagi.
Gadis ini pun mendengar laporan peringatan dalam kepalanya, "Perhatian! Terdeteksi satu tubuh lain yang mengalami penguraian serupa," peringatnya.
Sheilah pun terkejut, "Bagaimana bisa ada lagi?! Ah, jangan-jangan ... Lin!"
Benar saja, Sheilah menyaksikan tubuh Lin yang juga mulai terurai persis seperti Han.
"Maaf, Han ... maaf, Sheilah."
"Kamu ... bunuh diri?!" berang Sheilah.
Wajah Lin menghadap ke arah Sheilah, sejurus kemudian dia pun tersenyum, "Maaf, Sheilah. Tolong jangan merasa menyesal. Ini adalah keputusanku. Sekarang aku akan selalu bersama Han kemanapun dia pergi," putusnya.
Sheilah tidak pernah menyangka jika cinta akan bisa segila ini. Pepatah yang berbunyi "tidak ada hal yang lebih rumit ketimbang cinta", sekarang dia akan lebih mempercayainya.
"Cinta kalian ini ... benar-benar bodoh. Yeah, meski begitu aku akan berdoa agar setelah ini kalian selalu bahagia bersama. Kalian beruntung karena akulah orang pertama yang merestui hubungan kalian," ucap Sheilah, matanya berkaca-kaca.
Lin melihat ke arah Han yang tersenyum, lantas menatap ke gadis keturunan ras emas ini, berkata, "Terima kasih. Kami juga berdoa agar kamu juga berhasil menemukan cinta sejati."
Si suara yang selalu menuntun Sheilah dari dalam kepalanya kembali berbicara, "Persiapan menuju (lautan memori) sudah selesai. Apa Anda setuju mengizinkan?" tanyanya.
"Yeah," jawab Sheilah.
"Baik. Silakan arahkan tangan Anda–"
"Tunggu," ujarnya memotong arahan si suara, "Aku tidak tahu kamu sebenarnya siapa, tetapi bisakah kamu menggantikanku melakukannya?"
Si suara menjawab, "Apa Anda mengizinkan pertukaran kepribadian? Kendali tubuh Anda akan dilimpahkan seluruhnya."
"Oh, bisakah pikiranku tetap terjaga?" tanyanya lagi. Ada perasaan khawatir jika tubuhnya diambil alih, fisik ini akan mengamuk dan lepas kendali.
"Kesadaran Anda tidak hilang. Anda tetap bisa berkehendak dan berkeinginan. Anda bisa membatalkan pertukaran kepribadian jika merasa tidak nyaman," jelas si suara.
"Baiklah, kuizinkan," jawab gadis ini mantap.
"Dimengerti. Memulai pertukaran kepribadian. Pergerakan tubuh akan diambil alih sementara."
Setelahnya Sheilah merasakan mati rasa. Pikirannya masih terjaga, tetapi tubuhnya bergerak sendiri dikendalikan oleh si suara.
Tangannya mengarah ke arah Lin dan Han. Si suara ini juga berucap dengan nada bicara dan mulutnya Sheilah. "Memulai pemindahan menuju (lautan memori). Dengan keunikan teknik ras emas, semua akan dilahap tanpa kecuali."
Dari tangannya, muncul cahaya lembut berwarna keemasan, mulai menyelimuti mereka berdua hingga sempurna terbungkus olehnya. Setelahnya cahaya itu menyerap mereka berdua dan mengubahnya menjadi bola-bola cahaya yang masuk ke dalam tubuh Sheilah. Si suara juga membentangkan tangannya, menarik serpihan-serpihan kecil yang sudah terurai dari tubuh Han sebelumnya agar masuk ke dalam tubuhnya juga.
"Pemindahan menuju (lautan memori) selesai. Kepribadian akan dikembalikan seperti semula. Silakan ambil alih kembali kendali tubuh Anda."
Sheilah yang tidak siap akhirnya limbung jatuh terduduk. Rasa kantuk menyerang gadis ini, membuatnya memejamkan mata sejenak. Di dalam lautan memori, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bola-bola cahaya milik Han dan Lin bersatu membentuk sebuah kepingan. Ada beberapa kepingan lain mendekat dan menyatu dengannya.
Di dalam kepingan itu, Sheilah melihat Han dan Lin yang berkencan di sebuah kedai kue manis. Wajah mereka berdua terlihat senang. Ada sebuah cincin tunangan yang melingkar di jari manis keduanya.
Sheilah menghembuskan napas. Dia menatap langit sore yang kini berwarna jingga dan berkata, "Meski mereka tidak bisa mengungkapkan cinta dengan tubuhnya di dunia ini, setidaknya mereka saling terhubung dalam ingatan yang bersatu. Akhir yang tragis tapi mereka bahagia disana. Ah, kalau dipikir-pikir lagi, apa aku ini terlihat sebagai orang yang baik atau yang jahat?"
Beragam pertanyaan memenuhi pikiran gadis keturunan ras emas ini sampai menyadari topeng si nomor lima alias milik Lin ada berada di dekatnya. Dia pun meraihnya dan memerhatikan secara seksama benda ini. Ia juga mengetuk-ngetuknya pelan seakan sedang menguji ketebalannya.
"Topeng ini terlihat bagus, tetapi aku tidak suka dengan ukiran dan coraknya, nyeremin. Juga, sepertinya tidak ada lobang mata agar bisa melihat. Eh, lobang ventilasi agar bisa bernapas juga tidak ada. Apa Lin dan Han tidak merasa pengap saat memakainya?" pikirnya.
Dia berpikir sejenak, menimang-nimang apa yang ingin dilakukannya sekarang. Sejurus kemudian ia menggeleng seakan tidak terima dengan pikirannya sendiri.
"Hmm ... sebaiknya aku menjaga topeng ini sebagai peninggalannya. Tapi, aku juga tidak tahan ingin mencoba memakainya."
Pikiran Sheilah berkecamuk antara ingin merasakan memakai topeng atau menyimpannya. Akhirnya, gadis ini menyerah atas rasa penasarannya. "Pakai sekali gak papa, deh ... Lin, izin makai topengmu, ya."
Sheilah memasang topeng itu di wajahnya. Awalnya ia ragu jika ukurannya tidak pas, tetapi setelah memakainya justru terasa nyaman dan bentuknya sesuai dengan mukanya. Dia juga masih bisa melihat dengan jelas dan dapat bernapas dengan mudah. Gadis ini merasakan dadanya berdegup kencang saking senangnya dengan topeng ini.
"Gila! Topeng ini rasanya nyaman banget seakan tidak memakai apa-apa. Aku juga masih bisa melihat, malah pandanganku jadi terasa lebih jernih. Rasanya kalau makai topeng ini aku jadi orang jahat yang baik hahahaaa ...."
Sheilah tertawa puas sampai dia tersentak teringat apa yang harus dilakukannya. "Ah, sudah cukup senangnya. Sekarang, mari kita rawat baik-baik topeng ini sebagai peninggalannya."
Tangan Sheilah terulur hendak melepas topeng ini. Namun, yang disentuhnya justru kulit wajahnya sendiri. Dia bingung apa yang terjadi hingga akhirnya gadis ini gelagapan menyadari topengnya hilang.
"Hehh ... topengnya kemana?!"