Chereads / Princess Pamela / Chapter 29 - Hanya Mimpi

Chapter 29 - Hanya Mimpi

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Pamela. Drak sudah terlanjur mengetahui jika dia bukanlah Ximana.

"Sekarang kau tidak bisa mengelak! Jadi namamu itu Pamela, ya?" tanya Drak seraya tersenyum sinis.

"A-aku, bukan—"

"Diam!" Bentak Drak. Pamela pun tak bisa melawan lagi, dia terdiam tanpa kata. Jantungnya beredegub dengan kencang.

'Mati aku! Pasti setelah ini Drak akan membunuhku,' batin Pamela.

"Baru kali ini ada yang berani menipuku. Biasanya kalau ada yang berbuat salah sedikit saja kepadaku ... aku langsung membunuhnya?" ujar Drak  dengan nada mengancam.

"A-pa kau akan membunuhku?" tanya Pamela dengan suara bergetar.

"Niatnya sih, iya! Tapi aku masih membutuhkanmu." Jawab Drak.

"Lalu?" tanya Pamela yang seakan tak sabar menunggu kalimat Drak selanjutnya.

"Pamela, aku akan memberimu penangguhan. Asal kau mau menuruti permintaanku!" ucap Drak.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Pamela.

"Tatap berpura-puralah menjadi Ximana!" jawab Drak, "mudah, 'kan?" Drak tersenyum licik di hadapan Pamela.

Pamela menganggukkan kepalanya. Dan dia juga sedikit kaget mendengar permintaan dari Drak ini.

Memang inilah yang dia inginkan, yaitu tetap berpura-pura menjadi Ximana.

Namun Pamela hanya takut jika Drak akan mengadukan hal ini kepada Ratu Marigold, dan tentu saja hal ini bisa membuat keinginan Ratu Vivian untuk kembali bertemu denganmu Raja Sky akan gagal. Tentu saja Pamela tidak ingin semua itu terjadi.

Sementara itu Drak malah begitu bahagia mendengar ini semua. Yang artinya dia tidak memiliki tanggungan untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Kerena yang ada di hadapannya bukanlah Ximena. Yang artinya tidak ada ikatan darah.

Drak bisa dengan leluasa melakukan apapun terhadap istrinya, meski saat ini dia belum memiliki niat untuk bercinta dengan Pamela, namun jika suatu hari dia mulai tergoda, dengan paras cantik gadis ini, maka dia tidak perlu lagi bersusah payah untuk menahan diri.

"Drak, kenapa kamu tersenyum begitu?" tanya Pamela yang merasa heran, "apa kau punya rencana lain?" timpalnya.

Drak tidak menjawab pertanyaan itu, dia malah merebahkan tubuhnya di samping Pamela. Namun dia memunggungi gadis itu sambil tersenyum.

'Dia itu, aneh sekali,' batin Pamela.

Namun Pamela tak mau mengambil pusing, sekarang kedua matanya sudah terasa sepat dan mengantuk, dia ingin tidur.

Pamela juga mulai merebahkan tubuhnya. Dia tidak lagi menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

Entah mengapa dia tidak lagi takut seperti tadi.

Perasaan was-was jika Drak akan melakukan hal yang tidak senonoh terhadapnya mendadak hilang. Terlebih saat melihat Drak tidur memunggungi dirinya.

'Agak sedih juga sih, bahkan suamiku sendiri tidak tertarik kepadaku,' batin Pamela. 'Tapi ini ada sisi baiknya. Toh tubuhku aman dari sentuhan lelaki yang baru saja kunikahi ini!'

Pamela mulai memejamkan matanya. Begitu pula dengan Drak.

Keduanya mulai bermimpi secara bersamaan.

Dan memimpikan hal yang sama pula.

Pamela tengah berada di antara hamparan bunga lavender, dan dia menggunakan gaun berwarna ungu.

Dia membawa cermin yang sama persis dengan cermin pemberian Ximana.

Pamela melihat wajahnya pada cermin itu.

Dan tampak melihat wajah aslinya, bukan lagi wajah Ximana.

Pamela benar-benar terkejut dengan hal ini, anehnya wajahnya begitu cantik.

Ini benar-benar wajah aslinya, namun terlihat berbeda, karena kulitnya yang tampak bercahaya dan mulus tanpa adanya noda sedikitpun.

"Ini, benar-benar wajahku?" ucap Pamela seraya berkaca.

Dia begitu bahagia, dan tak menyangka wajahnya bisa terlihat secantik ini. Karena wajahnya dulu boleh dibilang sangat jelek, dia tak pernah sekalipun melakukan perawatan.

Pamela meraba wajahnya lagi sambil tersenyum.

Dia merasa benar-benar seperti putri yang sesungguhnya.

"Aku lah Putri Pamela!" ucapnya dengan bangga.

"EHEM!" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang berdehem.

Pamela menengok kearah belakang.

Mata Pamela membulat sempurna, saat mengetahui jika orang itu adalah Drak.

Jantung gadis itu berdegup dengan kencang.

Entah mengapa Drak sudah ada di belakangnya. Dan wajahnya terlihat lebih tampan dari biasanya.

Dia juga sangat gagah sekali.

"Drak," tukas Pamela.

"Kau siapa?" tanya Drak.

"Aku ... aku Ximena! Eh! Maksudnya, aku Pamela!" jawab Pamela dengan suara terbata-bata.

"Pamela?" Drak mematung untuk beberapa saat.

Dia terpesona dengan kecantikan Pamela.

Ini kali pertamanya ia melihat wajah asli Pamela.

"Kau, benar-benar Pamela?" tanya Drak memastikan.

"Iya! Aku Pamela!" jawab Pamela meyakinkan Drak.

Seketika suasana mendadak canggung, bukan hanya Pamela yang merasa deg-degan karena berhadapan dengan Drak. Tetapi juga Drak. Ini untuk pertama kalinya jantung pria itu berdegup kencang di depan wanita.

Dia sudah sering menemui wanita cantik, bahkan lebih cantik dari Pamela.

Namun entah mengapa Pamela terlihat mempesona dari wanita lain.

Pamela juga terlihat memiliki daya tarik tersendiri.

"Drak, sejak tadi kamu melamun? Kamu tidak ingin mengocehiku? Atau mungkin akan mengancamku?" tanya Pamela.

"Kenapa kau bicara begitu?" tanya Drak.

"Ya, bu-bukanya, kamu memang selalu begitu? Aku agak aneh saja kalau kamu diam begini?" ujar Pamela.

Sejenak Drak kembali terdiam, dia merasa bersalah karena selalu memperlakuan Pamela dengan buruk.

"Ah ... jangan bicara ngelantur! Ayo sekarang ikut aku!" ajak Drak, dia menarik tangan Pamela dengan paksa.

"Kau akan membawaku kemana?" tanya Pamela.

"Ayo ikut saja!" sahut Drak.

Dia mengajak Pamela terbang ke atas langit, dan mereka melihat pemandangan indah dari atas sana.

Gumpalan awan putih yang menghiasi langit biru membuat Pamela takjub, dan di sini dia bisa melihat kumpulan burung-burung yang sedang terbang bergerombol.

"Wah, benar-benar indah!" ucap Pamela yang begitu takjub.

Drak turut bahagia saat melihat Pamela tersenyum melihat pemandangan ini.

Perlahan Drak mulai meraba, dan menggandeng tangan Pamela. Tentu saja Drak melakukan hal ini dengan menahan derap jantungnya yang bergemuruh.

Tangan itu semakin erat menggenggam tangan lembut Pamela.

Seketika Pamela tersentak, saat ada telapak hangat menyentuh jemarinya.

'Di-dia menggengam tanganku?' batin Pamela.

'Apa aku ini sedang bermimpi, ya?'

'Ah, sebaiknya aku mencubit diriku sendiri!' Pamela benar-benar melakukan hal yang ia pikirkan.

Secara diam-diam Pamela mencubit kulit bagian perutnya sendiri.

Dan dia tidak merasakan apapun, meski dia sudah melakukannya dengan sekuat tenaga.

'Yah, rupanya hanya mimpi saja,' batin Pamela. Ada sedikit guratan kekecewaan di wajahnya.

Namun dia malah memanfaatkan kesempatan ini.

'Ternyata Drak jauh lebih tampan di dunia mimpi. Dan dia juga terlihat jauh lebih baik dari pada di dunia nyata.'

'Bahkan dia bisa menjadi pria yang aku impikan. Oh, andai saja ini dunia nyata,'

'Eh, mumpung Drak sedang menjadi pria baik, maka aku akan bertingkah manja di depannya. Karena kalau di dunia nyata aku tidak mungkin melakukannya,' batin Pamela. Kemudian dia menyandarkan kepalanya di pundak Drak.

Dan bertingkah manja layaknya sepasang muda-mudi yang sedang berpacaran.

Drak juga sedikit kaget melihat tingkah Pamela yang sedikit manja kepadanya.

'Dia mengapa seberani ini kepadaku?' batin Drak.

'Ah, apa aku juga harus bertingkah manis di hadapannya?'

'Ah, kurasa tidak ada salahnya, 'kan?'

Bersambung ....