Andrianna menatap ke arah kamera dengan mengeluarkan semua pesonanya. Dia menantang lampu blitz kamera yang berkedip setiap saat. Para Kru majalah Voque, salah satu majalah Fashion Internasional, selalu berdecak kagum saat melihat hasil dari jepretan sang fotografer. Andrianna benar-benar sangat memukau. Dan hanya dengan sekali jepretan, hasilnya sudah bagus dan tidak perlu mengulang.
"Ini adalah dress terakhir yang harus kamu kenakan."
Andrianna mengangguk dan berjalan menjauh dari posisinya saat ini. Sudah ada seorang Stylist yang sudah menunggunya. Wanita berumur tiga puluh tahun itu sedang memegang sebuah Dress yang cukup cantik. Dress berwarna merah muda dengan model Off Shoulder. Dress ini benar-benar menonjolkan bahu lembut Andrianna. Ditambah lagi dengan payet yang diletakkan sepanjang kain di garis bahu. Ini benar-benar terlihat sangat indah.
"Senang rasanya bekerja sama dengan Andrianna. Kamu bisa menggunakan semua jenis gaun ataupun lainnya yang kami sediakan. Tanpa sedikitpun mengalami kesulitan dalam hal memadukan dengan aksesoris lainnya," puji Caroline, Stylist dari Majalah Vaque.
Andrianna hanya tersenyum. Dia sudah terbiasa dengan orang-orang yang kagum dengan dirinya. Andrianna memang selalu bisa memuaskan orang-orang di dunia fashion ini.
"Ayo, take satu kali lagi setelah itu selesai," ucap Caroline dengan bersemangat.
Ini bukan pertama kalinya Andrianna menjadi model majalah Vaque, tapi entah mengapa Caroline masih sangat bersemangat. Dia senang karena pekerjaannya menjadi lebih mudah. Terlebih lagi Andrianna tidak begitu banyak menuntut. Asalkan para stylist itu tidak menyentuh garis bawah seorang Andrianna.
***
"Setelah ini, adakah acara lain untukku?" tanya Andrianna dengan perasaan lelah.
Sejak pagi hingga mendekati sore hari, Andrianna sibuk dengan pemotretan dengan majalah voque. Untung saja tidak ada halangan apapun sehingga pemotretan berjalan dengan lancar. Andrianna akan merasa lebih lelah jika harus bersitegang dengan para kru majalah itu.
"Ada acara makan malam dengan salah satu anak pembisnis top di negara ini," jawab Kelly dengan datar. Hal ini membuat Andrianna menoleh tidak percaya ke arah Kelly. Bukan karena Andrianna kaget dengan sikap datar dan dingin Kelly, tapi dia kaget karena Kelly menjadwalkan kegiatannya dengan acara seperti ini.
"Bukankah aku sudah mengatakan jika kamu harus menolak ajakan seperti ini?" tanya Andrianna dengan dingin. Meski sikap Andrianna tidak kasar, tapi Kelly benar-benar merasa jantungnya berdetak dengan lebih keras.
"Ya, tapi kamu tidak pernah berpikir bagaimana sulit aku untuk menolak. Apa susahnya kamu hadir di acara itu? Itu hanya sekadar makan malam!" ucap Kelly dengan intonasi yang cukup tinggi.
Andrianna mendengus dengan sinis saat Kelly sudah seperti ini. Dia benar-benar jengah dengan setiap sikap Kelly. Jika Andrianna tidak cocok dengan jadwal yang Kelly buat, Kelly akan marah dan merajuk seperti ini. Bahkan Sopir yang saat ini bersama mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Jika begitu, kamu saja yang datang ke sana dan makan malam. Aku sudah mengatakan padamu sejak jauh-jauh hari. Dan itu urusan kamu bagaimana harus menolak setiap ajakan makan malam yang ada. Karena kamu adalah managerku. Untuk apa ada kamu jika aku harus melakukan segala hal yang tidak penting?"
Kelly menatap ke arah Andrianna dengan kesal. Dia ingin menggenggam erat tangannya untuk meredam amarahnya. Merasa bahwa harga dirinya saat ini diinjak-injak oleh Andrianna untuk ke sekian kalinya. Namun, bukan Andrianna yang menginjak-injak harga diri seorang Kelly Stone. Itu adalah Kelly sendiri yang melakukannya demi sebuah uang.
***
Apartemen mewah tempat Andrianna tinggal terlihat sangat sepi. Setelah pulang dari pemotretan, dia memilih untuk mengurung diri di kamar. Enggan bertemu dengan Kelly karena kemungkinan Andrianna akan luluh. Karena ini sudah berulang kali Kelly melakukan hal seperti ini. Membuat janji dengan pria-pria kaya raya itu tanpa sedikitpun mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Andrianna.
Saat Andrianna sedang relaksasi dengan cara berendam di bathupnya, Kelly sedang dalam keadaan kebingungan. Dia benar-benar takut jika anak pengusaha ini akan berbuat nekad kepada dirinya. Apalagi banyaknya uang yang sudah lelaki itu keluarkan hanya untuk semalam dengan seorang Andrianna Starla. Kelly juga sangat mengutuk Andrianna karena sudah tidak mau mengikuti keinginannya. Karena selama ini, Andrianna adalah orang yang tidak enakan. Dia akan melakukan apa saja yang Kelly jadwalkan meskipun dalam keadaan hati yang dongkol dan marah.
"Apa yang harus aku lakukan jika sudah seperti ini?" gumam Kelly dengan perasaan dongkol. Dia sibuk mondar-mandir di kamarnya ketika ponselnya bergetar. Nada dering yang berbunyi cukup keras membuat Kelly melonjak kaget.
"Siapa sih?" gerutu Kelly.
Kelly beranjak ke arah meja riasnya, di mana dia meletakkan ponsel dengan logo apel tergigit itu. Saat Kelly memandang ke arah layar ponselnya, dia merasakan panas dingin. Bahkan pungungnya terasa berkeringat dingin. Kelly sangat enggan untuk mengambil ponselnya itu dan menjawab panggilan. Namun, jika Kelly tidak menjawab, pastinya lelaki di seberang telepon sana akan meraung karena marah.
"Justin Hugs," gumam Kelly dengan gemetar.
Kelly akhirnya memilih untuk menjawab panggilan telepon itu. Meski tangannya bergetar hebat, dia berusaha untuk meredam rasa takutnya. Kelly tidak ingin Justin tahu tentang betapa takut dan gugupnya dia saat ini.
"Hallo, Tuan Justin," sapa Kelly dengan lembut. Meski begitu, jantungnya berdetak dengan lebih kencang.
"Aku kira kamu menolak untuk menjawab panggilanku," jawab Justin dengan nada mengejek.
"Maaf karena terlambat menjawab. Saya baru saja dari ruang makan sehingga tidak mendengar adanya telepon," ucap Kelly berbohong. Dia hanya ingin menghindari kemarahan Justin saat ini.
"Bagaimana kabar My Sweety Heart Andrianna?" tanya Justin dengan nada penuh cinta.
Hal ini membuat Kelly merasa cemburu di dalam hatinya. Karena semua laki-laki hanya memandang ke arah Andrianna saja. Jika sekali saja ada lelaki yang menyukai Kelly, lelaki itu hanyalah seorang pekerja miskin yang sering kekurangan orang.
"Aku tahu bahwa Andrianna pasti menolak, bukan? Yah, aku tahu bagaimana mahalnya Ratuku itu. Jadi tugas kamu sekarang adalah membawa Andrianna ke sebuah kapal pesiar yang menunggu kalian di Sungai Thames. Kamu hanya perlu datang dan aku akan mengurus semuanya," perintah Justin.
Sebelum Kelly bisa menjawab perintah yang diberikan oleh Justin, panggilan telepon itu sudah tertutup. Kelly hanya bisa mendesah dengan gusar. Dia merasa jengkel karena tidak bisa menolak perintah itu. Dan lagi, Kelly sangat ingin membuat Andrianna mendapatkan balasannya karena menjadi sombong.
"Aku akan membawa Andrianna ke sana apapun yang terjadi. Tidak mungkin aku mengorbankan diri karena kemarahan lelaki itu," gumam Kelly. Dia akhirnya memilih untuk menuju ke kamar Andrianna. Dia benar-benar akan menyeret Andrianna bagaimanapun caranya. Bahkan jika harus melukai gadis itu, Kelly benar-benar tidak peduli. Keselamatannya adalah yang utama untuk saat ini. Terlebih lagi, Andrianna pasti tidak akan mengelak jika dia memaksa. Itulah kesalahan Andrianna sehingga dia bisa diinjak-injak oleh managernya.