Chereads / Rahim Sewaan : Istri Bayaran Sang Bos / Chapter 7 - Sebuah Jebakan -2

Chapter 7 - Sebuah Jebakan -2

Kau tidak akan pernah tahu rasanya, ketika cinta yang bahkan belum menyapa, rasa patah hati sudah datang secara nyata. Sosok yang mungkin awalnya kau banggakan dengan sempurna, ternyata adalah sosok yang paling menyebalkan di seluruh dunia. Dan hingga saat itu kau baru sadar jika, tidak ada yang namanya cinta, tidak ada yang namanya bahagia, sebelum dua orang yang saling bertemu telah mengenal satu sama lain, dan dendam itu berguguran seperti daun-daun di musim gugur dengan begitu menyedihkan.

Keyra hanya bisa pasrah, saat tubuhnya ditarik paksa dan dengan sangat kasar oleh beberapa orang yang dibawa oleh Marvin. Dia tidak pernah tahu, dia juga tidak pernah menyangka jika hidupnya akan menjadi seperti ini sekarang. Hidupnya akan menjadi bahan percobaan oleh orang-orang yang bersikap kejam. Bagaimana tidak, dia benar-benar tidak merasa melakukan apa pun, bahkan kemarin dia izin tidak masuk ke kantor karena sibuk mengurus operasi ibunya. Namun bagaimana bisa, setelah semua hal yang terjadi, dia menjadi tersangka dari kasus yang sama sekali bukan dia pelakunya? Sebuah hal yang membuat Keyra tersentak, memang. Bagaimana tidak, dia seolah merasakan apa yang telah dirasakan oleh ayahnya. Ya, meski Keyra sendiri tidak tahu kebenaran tentang ayahnya yang telah melakukan kecurangan, hanya saja dia merasa jika apa yang dialami saat ini, rasa sakit yang dia alami saat ini benar-benar seperti ketika ayahnya dipaksa untuk pergi ke penjara oleh orang-orang jahat bermuka dua tersebut.

Brak!

Keyra terjatuh dengan sempurna, di sebuah ruangan yang cukup gelap, remang-remang dengan sedikit cahaya. Bahkan vertilasi udara di ruangan itu hanya cukup untuk membuat secercah cahaya menjadi harapan hidup bagi makhluk hidup yang ada di dalam sana. Makhluk hidup? Bahkan rasanya tidak ada yang sudi hidup di dalam ruangan pengap ini. Bagaimana tidak, rasa pengap dan lembab benar-benar membuat semua orang ingin muntah. Namun, kenapa Keyra diajak di sini? Didorong sampai jatuh dengan sangat nyata di sini? Bukankah seharusnya dia dipertemukan dengan Fabian Wijaya untuk diadili? Lantas kenapa dia malah dikurung seolah dia adalah tahanan yang bahkan tidak pantas sama sekali untuk diberi kesempatan hidup. Atau jangan-jangan, CEO dari perusahaan ini akan memberi hukumannya di dalam ruangan mengerikan ini?

"Pak, Pak Marvin, kenapa kau membawaku kesini?" tanya itu pun tanpa jawab, semua orang yang ada di sana menghilang bagai di telan bumi, pintu pun tertutup rapat. Hening, dan gelap, itulah yang dirasakan oleh Keyra sekarang. Membuat dirinya menggigil hebat hingga suara langkah itu terdengar sangat nyata dari belakang tubuhnya.

Keyra menoleh dengan rasa ketakutan yang luar biasa, kemudian dia melihat sepasang sepatu hitam itu berdiri tepat di depannya. Ya, hanya sepasang sepatu hitam yang terlihat oleh cahaya dari cahaya yang dibiaskan oleh vertilasi udara, untuk selebihnya semuanya masih benar-benar gelap seperti biasanya.

Sebuah lampu berwarna kuning itu menyala, membuat mata Keyra langsung tertutup sempurna. Cahaya yang terpendar itu tampak sangat menyilaukan, membuatnya teringat akan kenangan mengerikan itu. Ketika dia harus rela hidup dalam kegelapan, untuk kemudian dia mulai bisa melihat dengan mata yang dimiliki oleh Kenny. Ya, Kenny—saudari kembarnya.

Brak!

Keyra terjingkat untuk kedua kalinya, sebuah dokumen itu dijatuhkan dengan begitu nyata. sosok pemilik sepasang sepatu hitam itu pun kini duduk di sebuah kursi, membuat Keyra pada akhirnya berhasil mendongak. Keyra terdiam untuk sesaat, matanya terkesiap dengan sempurna. Dia tak pernah menyangka jika sosok yang ada di depannya itu adalah Fabian Wijaya—CEO dari perusahaan ini yang memiliki kekuasaan tertinggi.

"T … Pak Fabian …" cicit Keyra. Bahkan sepertinya dia tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang. namun dia harus menjelaskan, menjelaskan apa pun agar Fabian percaya kalau dia tidak bersalah tentang kasus ini. "Aku, aku tidak bersalah, Pak. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana bisa semua bukti itu ada di meja kerja saya. Saya berani bersumpah demi Tuhan, Pak. Jika saya tidak tahu sama sekali dengan apa pun itu. kemarin bahkan saya izin tidak ke kantor, karena Ibu saya sedang menjalani sebuah operasi besar yang mempertaruhkan nyawanya. Jadi, bagaimana bisa, ketika aku tidak ada di kantor, ada semua bukti itu di meja saya? Lagian pun kalau seumpama aku adalah tersangkanya, saya juga tidak bodoh, saya tidak mungkin menaruh bukti seperti itu di meja saya dan seolah dengan sengaja menjebak diri saya sendiri. Bukankah seharusnya seperti itu, Pak Fabian? Dan aku sangat berharap jika Pak Fabian percaya dengan apa yang aku ucapkan, aku berjanji akan segera mencari pelaku aslinya dan menyerahkan pelaku itu di depan Pak Fabian secara langsung."

Ucapan itu terus mengalir dengan begitu lantang, seolah-olah Keyra mendapatkan sebuah kekuatan dari dalam dirinya. Bahkan, Keyra yang memang terkenal lebih pendiam setelah insiden yang terjadi kepada saudari kembarnya, kini bisa berbicara sebanyak itu sekarang.

Namun sialnya, lawan bicara Keyra sama sekali tidak peduli. Dibandingkan menanggapi, lelaki bermata bak caramel itu pun hanya terdiam. Wajahnya begitu dingin dan angkuh, garis rahangnya yang tegas membuatnya tampak sangat menakutkan. Tatapan tajamnya bak elang, seolah ingin menjadikan Keyra mangsa yang harus dia terkam dengan sangat sempurna.

"Ck! Apakah kau pikir semua penjahat akan mengakui kejahatannya? Bahkan pencuri pun tidak akan mengakui kalau dirinya pencuri, pembunuh tidak akan mengakui jika dirinya telah membunuh, seorang cabul pun tidak akan pernah mengatakan jika dirinya cabul. Mereka akan mengatakan jika mereka tidak bersalah, dan mereka tidak melakukan semua hal yang dituduhkan meski semua bukti sudah mengarah kepada mereka,"

Mulut Keyra menganga dengan sempurna, dia bahkan tidak tahu hal apa lagi yang harus dia katakan kepada Fabian agar lelaki itu mau memberinya kesempatan atau bahkan percaya kepadanya. Hingga pada akhirnya, Keyra mulai menyerah. Ya, bagaimana tidak, ini adalah salahnya, semua bukti sudah terpampang nyata. bahkan rekening pribadi atas nama dirinya pun juga ada di sana, sungguh Keyra benar-benar tidak menyangka jika dia akan dijebak dengan cara paling licik seperti ini.

"Sekarang kau hanya memiliki dua pilihan, Mbak Keyra. Lekas mendekam ke penjara menyusul ayahmu atau …" kata Fabian terhenti, kemudian dia menarik sebelah alisnya, rahangnya mengeras memandang Keyra dengan sempurna. "Atau tanda tangani kontrak yang ada di depanmu itu,"

"Kontrak, kontrak apa, Pak Fabian? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau ucapkan,"

Sejenak suasana itu kembali hening, tidak ada jawaban dari Fabian. Lelaki itu kini lantas berjongkok tepat di depan Keyra, mencengkeram rahang Keyra dengan sempurna. tatapan mata Fabian penuh dengan api kebencian yang membara, seolah Keyra telah melakukan kesalahan yang sangat besar hingga tidak bisa dimaafkan.

"Kau tahu, melihat wajahmu benar-benar membuatku muak, apalagi melihat matamu. Kau … ya, kau, bahkan tidak pantas untuk memiliki mata indah ini!"

Setelah mengatakan itu, Fabian langsung mendorong wajah Keyra, sehingga rasa panas dan sakit pun menjalar dengan sempurna. tak pernah terpikirkan olehnya jika sosok seperti Fabian akan sekasar itu kepada seorang wanita.

"Bacalah pelan-pelan isi kontrak itu, aku akan datang untuk mengambilnya dan tentu saja setelah kau menandatanganinya,"