Pagi ini, agaknya tubuh Keyra terasa begitu remuk. Bahkan rasanya dia enggan untuk sekadar bangkit dari tempat tidurnya. Keyra lantas membuka matanya dengan sempurna, gorden kamarnya tak cukup mampu membuat sinar matahari untuk sekadar berhenti merayapi celah-celahnya, sehingga mata yang masih ingin tertutup pun kini terbuka dengan sangat nyata.
Ya, semalam Keyra telah menjadi seorang istri yang sangat utuh, entah utuh karena penyiksaan atau apa pun itu. Bahkan untuk sekadar mengingatnya pun Keyra merasa sangat malu dan sakit. Dia sama sekali tak menyangka jika pada akhirnya tubuhnya telah dijamah dengan sangat nyata oleh seorang lelaki yang bahkan tidak dia cintai, seorang lelaki arogan yang bahkan begitu membencinya. Bahkan yang dihadiahkan oleh lelaki itu bukan tanda-tanda cinta, melainkan tanda-tanda benci. Memar di sebagian besar tubuhnya, serta ujung bibirnya yang berdarah akibat pukulan karena Keyra terus berusaha mengelak.
Sakit? Pasti.
Terluka? Tentu saja?
Namun, apa yang bisa Keyra lakukan? Dia hanya bisa menahan dan menerima semua hal yang dilakukan oleh Fabian, karena dia tahu jika Fabian sekarang adalah suaminya. Terlebih lagi, uang yang telah dia terima pastinya bukanlah uang dengan harga yang sangat murah. Bahkan tubuhnya seolah tidak akan pernah sebanding dengan banyaknya uang yang telah dikeluarkan oleh Fabian kepadanya. Keyra tampak meringis, dia meraba ujung bibirnya yang sakit, hingga kemudian suara gedoran pintu itu pun terdengar sangat nyata.
"Hey, Wanita Jalang! Kau pikir kau di sini sebagai seorang Nyonya dari keluarga ini, iya? Lancang sekali pelayan baru sudah bangun kesiangan, apa kau mau makan dan tidur gratis di sini? Lekas keluar dan kerjakanlah pekerjaanmu, Bodoh! Atau aku akan membuat perhitungan denganmu!"
Seruan itu membuat Keyra mengerutkan kening, sungguh Keyra sama sekali tidak tahu jika dirinya di sini pun harus mengerjakan pekerjaan semacam itu juga. Mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah pekerjaannya. Lantas bagaimana bisa Keyra harus melakukan semuanya juga?
Keyra melirik spreinya yang kotor, kemudian dia menahan napas. Bahkan mencuci pun dia tak pernah melakukannya. Namun sekarang apa yang harus dia lakukan dengan prei kotor ini? Selain dia harus mencucinya sendiri. Mana mungkin dia dan Fabian yang mengotori tapi menyuruh orang lain, di saat dirinya di sini tak lain adalah pelayan. Ya … hanya seorang pelayan dan pemuas nafsu, tidak lebih dari itu sama sekali.
Keyra menghela napas panjang, sampai pada akhirnya pintunya terbuka dengan sempurna oleh dobrakan selanjutnya. Seorang wanita memakai pakaian pelayan itu tampak berkacak pinggang, memandang Keyra dengan mimik wajah sengitnya. Matanya melotot, hidung mancungnya tampak berkerut, Keyra tak pernah menyangka jika ada jenis manusia seperti sosok yang ada di depannya itu.
"Apa kau tuli? Atau kau buta? Apakah kau di sini hanya ingin memakan gaji buta? Sini! Lekas lakukan pekerjaanmu, Bodoh!"
Keyra kembali tersentak ketika tangannya ditarik paksa oleh wanita tersebut, tak pernah terbayangkan sama sekali olehnya jika akan diperlakukan sekasar ini, bukan hanya oleh Tuan rumah saja, melainkan oleh pelayan yang ada di sini. Bahkan rasanya Keyra berpikir jika mungkin semua orang yang ada di sini memiliki tabiat yang sama, yaitu sama-sama memiliki penyakit yang sangat sulit untuk dihindari oleh semua orang, penyakit yang bahkan lebih mengerikan lebih dari siapa pun juga, yaitu penyakit tidak memiliki hati.