Malam ini, seharusnya adalah malam pengantin bagi Keyra dan juga Fabian. Namun sepertinya, tidak untuk sekarang. Jujur, meski Keyra merasa jika semua hal yang dilakukan adalah yang paling tidak masuk akal di dunia. Namun setidaknya, dia merasa telah memiliki tanggung jawab penuh sebagai seorang istri. Lebih dari itu, dia juga memiliki tanggung jawab atas uang yang telah dia terima, dan bahkan uang tersebut pula sudah dia berikan kepada orangtuanya untuk mengurus masalah keluarganya yang mungkin sekarang sedikit terselamatkan.
Ya, Keyra tidak akan pernah peduli bagaimana dia nanti, seberapa besar pengorbanannya ini, atau bahkan apa pun itu. Yang jelas baginya adalah, ketika dia bisa membantu orangtuanya, meski mungkin caranya untuk membantu adalah … salah.
Keyra kembali menghela napas panjang, dia ingat betul bagaimana pertama kali dia menginjakkan kaki di sini, di sebuah rumah yang lebih mirip seperti istana. Bagaimana tidak, jika rumah tersebut memiliki halaman yang sangat luas, memiliki sebuah kebun bunga yang sangat indah, dan juga labirin yang cukup membuat Keyra tercengang. Lebih dari itu, rumah ini memiliki beberapa bagian bangunan, ada rumah utama untuk tempat tinggal Fabian, kastil sisi utara untuk tempat tinggal beberapa orang yang Keyra tidak tahu sama sekali, kastil sebelah selatan untuk para pegawai laki-laki atau tukang kebun dan juga supir pribadi, dan yang terakhir adalah kastil yang terletak sedikit di belakang, bahkan letaknya sedikit jauh dari rumah utama. Yaitu kastil untuk para pelayan wanita, sama sepertinya. Ya … dia ditempatkan oleh Marvin di sana, menurutnya itu adalah sesuatu intruksi dari Fabian. Namun, Keyra sama sekali tidak peduli dan tidak akan keberatan atas apa pun itu. Bahkan ketika dia datang pertama kali, nyaris semua pelayan yang ada di rumah ini mengira jika dia adalah pembantu baru, Keyra tersenyum kecut setiap kali mengingat hal itu.
Pembantu baru, kah? Faktanya memang, dia benar-benar seorang pembantu. Bagaimana tidak, dia adalah pembantu dan bahkan akan menjadi budak dari seorang Fabian Wijaya sendiri.
"Kau tidur dan tinggal di ruangan ini, karena menurut Pak Marvin kau sama sekali tidak pantas untuk tinggal di rumah utama. Jadi, nikmatilah hidupmu di sini, bekerjalah ketika di rumah seperti yang lainnya. Sebab, jika kau tidak bekerja kau tidak akan mendapatkan makan, di sini banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan dan tentunya kau bukan Ratu di rumah ini, bersikap selayaknya seorang tamu, maksudku adalah, bersikaplah selayaknya seperti seorang pelayan dan budak yang setia kepada majikanmu, karena kau tentunya tidak lupa, dengan uang yang telah kau dapatkan untuk orangtuamu itu, kan?"
Bahkan perkataan dari Marvin itu teringiang dengan sangat sempurna, seolah mengoyak ulu hatinya dengan begitu nyata. Keyra sadar jika dulu dia hidup mewah dengan orangtuanya, rumahnya meski bukan rumah yang seperti istana seperti apa yang dilihat di sini pun bisa dibilang sangat megah. Hanya saja, semenjak rumah dan semua hal disita bank, Keyra nyaris tak memiliki tempat tinggal. Sebuah kontrakan mungil yang harus dia bagi dengan pengontrak lainnya pun harus rela dia sewa karena mengingat uangnya yang tidak pernah akan cukup untuk kehidupan sehari-harinya.
Keyra menghela napas panjang, apa yang dipikirkan dia sekarang? Kenapa dia menjadi begitu melankolis dan terus merutuki semua yang telah terjadi kepada dirinya? Bukankah seharusnya dia bahagia sekarang? Bukanjah seharusnya dia telah merasa lega? Bahkan seluruh biaya rumah sakit ibunya telah dia bayarkan dengan sempurna, dia juga telah membantu ayahnya dalam masalah yang telah menjadi polemic selama ini, dan sekarang tugasnya hanyalah menunggu. Ya, menunggu. Menunggu hingga ibunya bisa dinyatakan melewati masa kritis, dan bisa sadar kembali juga sehat, menunggu hingga ayahnya keluar dari penjara. Setelah semua itu, Keyra akan kembali kepada orangtuanya, dan Keyra akan memulai hidup baru bersama dengan mereka semua. Keyra ingin benar-benar kembali seperti kehidupannya yang dahulu kala, tentu saja kalau bisa ada Jenny di sampingnya, sosok yang begitu dirindukan oleh Keyra saat ini adalah saudari kembarnya.
"Kenny, kau tahu, aku di sini benar-benar sedang membutuhkanmu. Semua semangatmu, dan semua hal tentang kamu yang selalu membuatku bersemangat. Kadang-kadang, aku merasa bersalah ketika setiap kali kau bisa melihat apa pun yang tak bisa kulihat, dan aku terus memakimu karena kau sangat egois. Namun rasanya, kau tahu, aku adalah manusia paling egois sedunia. Aku telah merenggut penglihatanmu, aku juga telah merenggut nyawamu, aku telah merenggut kebahagiaanmu, hingga mungkin Tuhan murka, dan inilah semua yang Tuhan berikan kepadaku. Sebuah hukuman yang bahkan tidak ada habisnya sama sekali. Kenny, aku rindu kamu. Aku harap kamu bisa menemuiku lewat mimpi, aku benar-benar merindukanmu, Kenny,"
Keyra pun langsung bergegas berbaring, sambil memeluk sebuah boneka beruang kecil yang mengenakan pakaian santa dia memejamkan matanya dengan erat, mata itu basah, bulu mata yang lentik itu mengembungkan cairan bening bak tetesan embun. Hingga akhirnya, mata Keyra terbelalak sempurna, ketika dia tahu ada yang menyeret kakinya sampai dia terjatuh dengan sempurna dari ranjang. Ya, sosok yang telah menyeret kakinya itu adalah Fabian. Laki-laki itu kini tampak sangat tidak seperti ketika dia berada di kantor, penampilannya acak-acakkan, bahkan dasi yang melilit di lehernya itu pun sudah tidak dalam keadaan rapi sama sekali, rambutnya acak-acakan, matanya merah, wajahnya tampak seperti seorang monster yang ingin menerkam mangsanya. Fabian … mabuk.
"Bangun kau, Jalang! Lancang sekali kau tidur di saat kau bahkan belum melakukan pekerjaanmu! Apakah kau di sini kubayar untuk makan dan tidur saja, huh! Bangun dan berhentilah membuatku muak kepadamu!"
Keyra langsung bergegas bangkit, bagaimana tidak, dia sudah ketakutan setengah mati dengan Fabian. Keyra, takut disakiti atau bahkan dibunuh oleh laki-laki yang bahkan sudah tidak bisa sadar dengan dirinya sendiri itu.
Keyra kembali memekik, ketika rahangnya dicengkeram kuat oleh Fabian, sambil menyeringai Fabian memandang wajah Keyra dengan penuh kebencian, bahkan rahang Fabian kini telah mengeras dengan sempurna.
"Kau tahu kenapa aku begitu membencimu dan begitu ingin menghancurkanmu, Keyra?" tanya Fabian, Keyra tak mengatakan apa pun, bahkan suaranya terasa tercekik di tenggorokan dengan sempurna. Napasnya tampak tersengal, Keyra takut setengah mati karena sikap kasar yang bukan main dari Fabian. "Karena kau adalah putri dari Dony Alfaro, karena wajahmu yang memuakkan itu, terlebih … karena mata itu. Lancang sekali kau mengambil mata itu, Jalang! Dan aku … aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun bisa memiliki mata itu apa pun caranya!"
"K … kau sudah gila, kau tahu, kau sudah gila, Pak Fabian,"
Plak!
Keyra langsung jatuh setelah menerima tamparan itu, sambil menangis Keyra menggam pipinya yang terasa panas, Keyra kembali mendongak, melihat Fabian mulai melepas dasi serta kancing-kancing kemejanya, dan pada akhirnya malam ini, Keyra benar-benar telah kehilangan segalanya di tangan Fabian. Laki-laki yang Keyra sendiri pun tidak tahu, kenapa membencinya dengan begitu dalam. Ya, Keyra tidak pernah tahu tentang hal itu.