Sebuah dering telfon mengusik sore Sagara yang saat ini sedang tertidur. Dia terbangun secara terpaksa, meraba ranjang di sekitarnya untuk mencari ponsel yang nyatanya ada di bawah tubuh dia sendiri.
"Aargh!" Frustasi karena tak kunjung menemukan ponselnya, Sagara duduk di ranjang. Manik matanya yang berwarna coklat melihat ke sekeliling. "Fuck! Di sana lo ternyata setan!" Dia mengumpat saat menemukan ponselnya yang berada tepat di bawah pantat.
Dengan tangan yang begitu cekatan, Sagara meraih ponselnya. Dia juga turut menjawab telfon yang masuk.
"Apa Kek?!" Tidak perlu bertanya siapa yang menelfon. Karena ponsel satu ini menang digunakan Sagara untuk menghubungi orang-orang terdekatnya. Tidak terkecuali dengan Kakek Dome dan Shayna.
Mata yang tadinya sayu mendadak langsung terbuka lebar. Nyawa yang tadinya belum terkumpul sepenuhnya mendadak langsung menyatu saat mendengar sang kakek berbicara.
"Ada cewek datengin Kakek dan mengaku hamil anak kamu." Kata Kakek Dome.
Sagara yang mendengar itu syok dibuatnya. "Kek… jangan bercanda deh. Saga ngapain hamilin anak orang hah?! Ngehamilin istri aja belum bisa gimana mau ngehamilin anak orang?!" Dengusnya kesal.
Sang kakek di seberang sana menatap lurus pada perempuan di depannya. Perempuan yang mengaku dihamili oleh Sagara.
"Dia mengelak." Kata Kakek Dome pada perempuan tersebut. Perempuan dengan nama Herlina. Seseorang yang mengaku bertemu Sagara di sebuah pesta dansa bergengsi.
"Tapi aku tidak berbohong. Alther yang menghamiliku." Herlina keukeuh dengan ucapannya. Dia begitu konsisten dengan apa yang dirinya katakan.
"Dia sangat yakin dihamili olehmu." Kakek Dome berbicara pada Sagara.
Sambil merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap, Sagara membalas. "Dihamili Kakek kali, bukan dihamili Saga." Balas Sagara meledek.
Kakek Dome dongkol mendengarnya. Bisa-bisanya cucu satu ini berbicara tidak sopan padanya. Tidak tau diri sekali. Padahal, selama ini Kakeknya selalu baik pada dia. Membiayai segala macam kebutuhan berfoya-foya nya.
"Cucu setan kau ya!"
"Kalau gitu berarti Kakek setan dong?" Sagara semakin menyulut amarah Kakek Dome yang baru saja meledak.
"Emang dasar ya cucu satu ini gak tau diuntung sekali. Awas saja kamu ya! Awalnya kakek berniat mengurus dia sendiri. Tetapi, saat dengar kamu seperti ini… kakek tidak akan ikut campur. Kau urus sendiri saja selingkuhan kamu ini." Dengusnya kesal.
Sagara yang masih merasa tidak menghamili siapapun merasa tidak takut. "Kek… Sagara selama ini selalu main sama cewek yang udah bersih. Udah di sterilisasi. Jadi gak mungkin Saga sampai menghamili cewek lah… tanyain dia coba kita ketemu dimana?"
"Di mana kalian bertemu?" Kakek Dome bertanya pada Herlina.
Tunggu, kenapa dia jadi seperti perantara antara keduanya ya? Sedikit menjengkelkan namun mau bagaimana lagi?
"Di acara Dier Festival 2022. Saat pesta berlangsung, kami berdansa dan… dia menyeretku ke dalam kamar." Jelas Herlina secara detail.
Kakek Dome melanjutkan ucapan Herlina pada cucunya. "Dier Festival 2022. Kamu menyeret dia ke kamar setelah dansa."
"Dansa? Festival? Kakek gila ya? Emangnya Saga pernah mau dateng ke acara kayak gitu? Dateng ke acara ulang tahun perusahaan aja udah syukur alhamdulillah." Sagara mengusap wajahnya secara kasar. Dia jadi ikut frustasi.
Tau masalah ini tidak akan berakhir dengan mudah, Kakek Dome memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada Sagara. "Namanya Herlina. Dia akan Kakek suruh menemui kamu langsung. Tunggu saja."
Kakek Dome memutus panggilannya secara sepihak, menyisakan Sagara yang masih disiksa rasa penasaran.
"Dier Festival 2022? Gila apa— Fuck!" Sagara mendadak bangkit, melotot. Seolah menyadari sesuatu, dia berteriak kesetanan dan mengucap banyak sumpah serapah.
"Sialan! Bajingan! Brengsek! Udah gue bilang jangan sebut nama gue! Dasar Brengsek satu itu!"
***
***
Tubuhnya terasa pegal setelah seharian ini sibuk dengan banyak meeting hingga datang ke acara peletakaan batu pertama pada salah satu hotel yang akan dibangunnya. Hotel milik Najendra Estate yang terletak tiga jam dari kota ini.
Jam menunjukkan pukul delapan malam. Dan Shayna baru saja akan pulang setelah seharian ditimpa lelahnya pekerjaan.
Sebelum pulang, dia seperti biasanya menemui Abi terlebih dahulu untuk menanyakan jadwal dia. "Abi, besok Mbak ada jadwal penting apa?" Tanya Shayna.
Abi langsung membuka tab miliknya, kemudian mengecek list jadwal Shayna besok pagi.
"Cuman satu Mbak."
"Tumben?" Shayna sedikit kebingungan.
"Besok 'kan Mbak ke New York. Jadi, jadwalnya cuman satu." Ujar Abi.
Shayna tepuk jidat, sadar dirinya lupa jika besok ada perjalanan dinas ke New York untuk mendatangi klien yang berniat mengadakan sebuah pameran karya seni ternama di Indonesia. Dan pameran tersebut niatnya akan bertempat di Najendra Hotel. Tentu Shayna harus meninjau sendiri perkembangan dari proyek ini.
"Mbak udah mulai capek kayaknya minggu ini karena padet banget. Nanti habis dari New York, Abi coba kurangin dikit jadwal Mbak Shayna." Ucap Abi, tidak tega melihat Shayna yang kelelahan.
Shayna tidak masalah dengan itu. Lagipula lelah adalah makanan sehari-harinya. "Gak perlu. Mbak udah biasa. Oh iya… buat manager IT yang direkrut saat Mbak bulan madu, terima aja. Mbak liat CV nya lumayan bagus."
Abi tersenyum miring, seolah puas mendengarnya. Senyum yang hanya terjadi selama kurang dari tiga detik. "Tumben gak Mbak wawancarai sendiri?"
"Gak ada waktu, Abi. Nanti tinggal Mbak pantau aja buat sebulan dua bulan kerja. Kalau aman, lanjut… kalau enggak ya langsung phk. Mending bayar denda kontrak daripada punya karyawan gak bener." Jelas Shayna sambil menenteng tasnya.
"Mbak pulang dulu ya? Udah capek banget soalnya. Bye Abi!" Shayna pergi setelahnya. Menyisakan Abi dengan senyuman puasnya.
"Ternyata strategi Tuan bagus juga."